
BI : Perang Dagang Bisa Turunkan Volume Perdagangan Global
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
22 March 2018 18:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menyebut, proteksionisme perdagangan yang dilakukan sejumlah negara berpotensi menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini memang diperkirakan akan tetap meningkat, terutama dari kondisi terkini di Amerika Serikat (AS).
"Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik berpotensi meningkatkan volume perdagangan dunia, yang berdampak pada tetap kuatnya harga komoditas global," kata Agusman, Kamis (22/3/2018).
Namun, kecenderungan proteksionisme perdagangan yang dilakukan sejumlah negara berpotensi menimbulkan retaliasi dari negara lain, yang dapat menurunkan volume perdagangan dan ekonomi dunia.
"Sejumlah risiko tetap perlu diwaspadai baik yang bersumber dari eksternal seperti [...] kecenderungan penerapan inward-oriented trade policu di sejumlah negara," jelasnya.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi mengatakan, bank sentral masih perlu mengkaji secara komprehensif dampak dari proteksionisme dagang tersebut, terutama dampaknya terhadap Indonesia.
"Kami masih perlu melihat lebih dalam lagi terkait hal tersebut," jelasnya dalam kesempatan berbeda.
Sebagai informasi, keputusan Presiden AS Donald Trump mematok tarif bea masuk impor baja dan alumunium mematik amarah dari sejumlah negara-negara lain.
Uni Eropa pun telah mengancam akan mengenakan tarif balasan terhadap produk AS bila tidak dikecualikan. Korea Selatan juga sedang berusaha mendapatkan pengecualian, sementara China mengatakan tidak akan tinggal diam bila kepentingannya dirugikan.
(roy/roy) Next Article Sedih, Perbaikan Ekonomi RI Tak Secepat yang Diperkirakan
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini memang diperkirakan akan tetap meningkat, terutama dari kondisi terkini di Amerika Serikat (AS).
"Sejumlah risiko tetap perlu diwaspadai baik yang bersumber dari eksternal seperti [...] kecenderungan penerapan inward-oriented trade policu di sejumlah negara," jelasnya.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi mengatakan, bank sentral masih perlu mengkaji secara komprehensif dampak dari proteksionisme dagang tersebut, terutama dampaknya terhadap Indonesia.
"Kami masih perlu melihat lebih dalam lagi terkait hal tersebut," jelasnya dalam kesempatan berbeda.
Sebagai informasi, keputusan Presiden AS Donald Trump mematok tarif bea masuk impor baja dan alumunium mematik amarah dari sejumlah negara-negara lain.
Uni Eropa pun telah mengancam akan mengenakan tarif balasan terhadap produk AS bila tidak dikecualikan. Korea Selatan juga sedang berusaha mendapatkan pengecualian, sementara China mengatakan tidak akan tinggal diam bila kepentingannya dirugikan.
(roy/roy) Next Article Sedih, Perbaikan Ekonomi RI Tak Secepat yang Diperkirakan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular