
LNG Tangguh Train 3 untuk Proyek Kawasan Industri Bintuni
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
21 March 2018 11:56
Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah menyepakati hasil produksi LNG Tangguh Train 3 dialokasikan sebagian untuk pengembangan Kawasan Industri Teluk Bintuni.
Pengembangan proyek hulu migas prioritas menghadapi persoalan dalam hal penyerapan gas di dalam negeri. Proyek seperti Tangguh Train 3, Jambaran Tiung Biru, dan Masela membutuhkan industri yang siap menerima pasokan gas yang akan diproduksi.
Gas yang diproduksi oleh proyek-proyek tersebut sebenarnya bisa dimanfaatkan tak hanya untuk sektor kelistrikan, "Gas tersebut juga dapat berperan penting dan menciptakan multiplier effect yang positif terhadap industri petrokimia di Indonesia," ujar laporan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Rabu (21/3/2018).
Untuk menyelesaikan masalah ini, KPPIP berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian yang menangani pengembangan industri petrokimia.
Hasilnya didapat Kementerian Perindustrian memutuskan proyek pemanfaatan hilir gas yang akan difokuskan pertama adalah untuk Kawasan Industri Teluk Bintuni, yang akan memanfaatkan sebagian gas dari proyek Tangguh Train 3 sebagai bahan baku.
Pabrik di kawasan Teluk Bintuni ini nantinya akan menghasilkan methanol yang merupakan komponen substitusi untuk bahan bakar bensin dan LPG. Masalahnya, saat ini baik KPPIP dan Kemenperin juga skema pendanaan yang pas untuk memgembangkan kawasan industri tersebut.
Sebelumnya diketahui LNG atau gas alam cair dari Tangguh Train 3 akan diproduksi pada 2020. Nilai investasi proyek diperkirakan mencapai US$ 8 miliar dengan kontribusi gas mencapai 3,8 MTPA (juta ton per tahun). Selain untuk Kawasan Industri Bintuni, gas dari Tangguh Train 3 juga dialokasikan untuk PLN.
(gus/gus) Next Article Produksi Merosot, Ekspor LNG RI Bakal Turun di 2019
Pengembangan proyek hulu migas prioritas menghadapi persoalan dalam hal penyerapan gas di dalam negeri. Proyek seperti Tangguh Train 3, Jambaran Tiung Biru, dan Masela membutuhkan industri yang siap menerima pasokan gas yang akan diproduksi.
Untuk menyelesaikan masalah ini, KPPIP berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian yang menangani pengembangan industri petrokimia.
Hasilnya didapat Kementerian Perindustrian memutuskan proyek pemanfaatan hilir gas yang akan difokuskan pertama adalah untuk Kawasan Industri Teluk Bintuni, yang akan memanfaatkan sebagian gas dari proyek Tangguh Train 3 sebagai bahan baku.
Pabrik di kawasan Teluk Bintuni ini nantinya akan menghasilkan methanol yang merupakan komponen substitusi untuk bahan bakar bensin dan LPG. Masalahnya, saat ini baik KPPIP dan Kemenperin juga skema pendanaan yang pas untuk memgembangkan kawasan industri tersebut.
Sebelumnya diketahui LNG atau gas alam cair dari Tangguh Train 3 akan diproduksi pada 2020. Nilai investasi proyek diperkirakan mencapai US$ 8 miliar dengan kontribusi gas mencapai 3,8 MTPA (juta ton per tahun). Selain untuk Kawasan Industri Bintuni, gas dari Tangguh Train 3 juga dialokasikan untuk PLN.
(gus/gus) Next Article Produksi Merosot, Ekspor LNG RI Bakal Turun di 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular