Pusing Soal Harga Bensin, Pertamina Bingung untuk Efisiensi

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
20 March 2018 13:52
Keputusan pemerintah mempertahankan harga BBM jenis premium dan solar hingga akhir tahun 2019 bikin pusing PT Pertamina (Persero).
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia- Keputusan pemerintah mempertahankan harga BBM jenis premium dan solar hingga akhir tahun 2019 bikin pusing PT Pertamina (Persero). Sebab, disparitas harga riil dan harga bensin yang berlaku semakin lebar dan berpotensi menggerus keuangan perusahaan pelat merah migas tersebut.

Direktur Pemasaran Ritel dan Korporat Pertamina M. Iskandar memaparkan efisiensi seperti apapun yang dilakukan perseroan tidak akan berpengaruh. "Sebab masalahnya adalah harga minyak," kata dia, dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Senin (19/3/2018).



Iskandar mengaku tambahan subsidi sebesar Rp 500 atas solar memang bisa mengurangi beban Pertamina. Namun tetap, secara keseluruh keuntungan perusahaan tergerus jauh.

Dia mengatakan untuk solar, selisih harga keekonomian dan harga jual dengan subsidi Rp 500 adalah sebesar Rp 3.200. Sedangkan untuk premium sebesar Rp 2.150. Maka dari itu, perusahaan berpotensi rugi Rp 3,9 T pada dua bulan kemarin.

"Baru dua bulan saja sudah pusing," tutur Iskandar.

Pengamat energi Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto menilai kebijakan tidak menaikkan harga BBM memang politis dan tidak rasional. Salah satunya karena keputusan itu diambil di tengah tingginya harga minyak mentah dunia.

Menurut dia jika memang pemerintah memutuskan untuk mempertahankan harga BBM, ada dua hal yang perlu dilakukan. Pertama adalah melakukan revisi atas jumlah subsidi dalam APBN 2018.

Saat ini memang telah ada subsidi tambahan sebesar Rp 500 atas solar, namun itu dia nilai tidak cukup. "Terlalu besar selisihnya. Kan bukan hanya solar, ada premium yang juga wajib untuk Pertamina distribusikan," kata Pri kepada CNBC Indonesia, Selasa (20/3/2018).

Penambahan subsidi atas solar saat ini, kata dia, tidak akan membantu banyak perusahaan plat merah itu. Hal itu bisa dilihat dengan potensi kerugian Pertamina sepanjang dua bulan pertama tahun ini yang mencapai Rp 3,9 T.

Selain itu, bila pemerintah ngotot untuk mempertahankan harga BBM, Pri menyarankan pemerintah untuk memberi potongan harga atas pembelian minyak mentah yang nantinya diolah Pertamina.

"Itu bisa dilakukan dengan harga khusus, seperti yang dilakukan atas harga khusus batu bara kepada PLN," tutur Pri.

Pri menegaskan kalau saat ini tidak banyak hal yang bisa dilakukan oleh Pertamina. Sebab permasalahan utama ada di tangan pemerintah. Di sisi lain, usaha Pertamina untuk efisiensi pun tidak akan berpengaruh karena masalah utama ada di harga bahan pokok yaitu minyak.
(gus/gus) Next Article ESDM: Soal Tambahan Subsidi Solar Mesti Jaga Fiskal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular