Dampak Kebijakan Impor Aluminium Trump ke Indonesia

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
05 March 2018 17:30
BPH Migas meminta Pertamina memperhatikan distribusi BBM, sebab ada laporan kelangkaan di luar wilayah Jawa dan Bali
Foto: Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia- Amerika Serikat (AS) akan mengenakan bea masuk yang tinggi terhadap impor baja dan aluminium untuk melindungi produsen dalam negerinya. Trump mengatakan akan memberlakukan tarif masing-masing sebesar 25% dan 10% untuk impor baja dan aluminium dalam jangka waktu yang sangat panjang.

Keputusan yang diumumkan Presiden Donald Trump hari Kamis (1/3/2018) itu dikhawatirkan akan memicu perang dagang, menyusul negara-negara mitra dagang AS seperti Kanada, Uni Eropa, dan China siap untuk melancarkan "pembalasan"bagi kebijakan Trump tersebut.



Lantas bagaimana perkembangan pasar aluminium dunia, dan bagaimana dampak kebijakan Trump terhadap Indonesia? Berikut ulasan Tim Riset CNBC Indonesia.

Melansir World Aluminium, produksi primary aluminium (aluminium mentah) dunia mencapai 63,4 juta ton sepanjang tahun 2017, naik 5,7% dibandingkan 2016. Penguatan produksi global disebabkan oleh melonjaknya produksi China hampir sebesar 2,69 juta ton, dari 22,42 juta ton pada 2016 menjadi 25,11 juta ton pada 2017.

Sebagai informasi, China mendominasi produksi aluminium global, dengan produksi tahun 2017 yang berkontribusi hingga 39,6% dari produksi global. Meskipun demikian, produksi China sudah jauh menurun dibandingkan tahun 2015 yang mampu mencapai 31,4 juta ton.

Region Asia (kecuali China), Amerika Selatan, dan Eropa Timur dan Tengah juga menunjukkan penguatan tahun lalu, meskipun tidak terlalu signifikan. Di sisi lain, region sisanya menunjukkan penurunan produksi, misalnya region Amerika Utara menunjukkan penurunan produksi sebesar 1,91% ke 3,95 juta ton pada tahun 2017. Produksi aluminium negara Paman Sam yang menyumbang sekitar 19% dari produksi region Amerika Utara tercatat mengalami penurunan sebesar 9,47%, dari semula 818,4 ribu ton pada 2016 menjadi 740,9 ribu ton di 2017.

Dampak Kebijakan Impor Aluminium Trump ke Indonesia Foto: Raditya Hanung Prakoswa


Apabila disusun secara peringkat berdasarkan data produksi aluminium mentah per negara yang tersedia (data tahun 2015), China menduduki peringkat 1, jauh mengungguli negara-negara lain, dengan produksi sebesar 31,4 juta ton (54,6% dari produksi global). Capaian tersebut disusul oleh Russia (3,53 juta ton), Kanada (2,88 juta ton), dan Uni Emirat Arab (2,4 juta ton)

Dampak Kebijakan Impor Aluminium Trump ke Indonesia Foto: Raditya Hanung Prakoswa


AS sendiri hanya puas bertengger di posisi 7 pada tahun 2015, dengan produksi hanya sebesar 1,59 juta ton, atau hanya berkontribusi sebesar 2,76% bagi produksi aluminium global. Seperti sudah dibahas sebelumnya, produksi AS tahun lalu hanya sebesar 740,9 ribu ton, atau sudah turun 739,31 ribu ton hanya dalam 2 tahun. Dengan catatan terbatasnya produksi aluminium seperti itu, tim riset CNBC Indonesia menilai kebijakan kenaikan tarif bea impor aluminium Trump malah berpotensi besar memicu kenaikan harga komoditas tersebut di Negeri Paman Sam.

Padahal, menurut perhitungan United States Geological Survey (USGS), total konsumsi aluminium AS mencapai 4,32 juta ton pada 2016. Maka dari itu, pada tahun 2016, negara adidaya tersebut mengimpor aluminium hingga 6,02 juta ton. Pasokan impor aluminium tersebut paling besar berasal dari Kanada (2,92 juta ton), disusul oleh Rusia (737 ribu ton), Uni Emirat Arab (549 ribu ton), dan China (371 ribu ton).

Dampak Kebijakan Impor Aluminium Trump ke Indonesia Foto: Raditya Hanung Prakoswa


Melihat daftar di atas, dapat dilihat Kanada merupakan negara merupakan negara pengekspor aluminium terbesar ke AS, sekaligus menjadi negara yang paling terancam dengan kebijakan tarif impor aluminium Trump.

Lalu di mana posisi Indonesia? Indonesia sendiri hanya mengekspor aluminium sebesar 44 ribu ton ke AS pada tahun 2016. Namun demikian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, total ekspor alumunium Indonesia tercatat sebesar 167,63 ribu ton pada 2016, yang berarti ekspor aluminium Indonesia ke AS memiliki porsi sebesar 26,24% dari total ekspor aluminium Indonesia.
Dengan porsi seperti itu, tim riset CNBC Indonesia berpendapat bahwa kebijakan kenaikan bea impor aluminium AS akan cukup berdampak pada pendapatan ekspor aluminium Indonesia, berbeda kasusnya dengan ekspor baja Indonesia ke AS yang hanya berkisar 1-2% dari total ekspor baja Indonesia. **
(gus/gus) Next Article Duh, Donald Trump Diancam Diculik & Dibunuh

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular