Internasional

Inflasi AS Tinggi, Perhatian Tertuju Pada Powell dan The Fed

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
15 February 2018 06:57
Tugas The Fed menjadi semakin rumit setelah angka inflasi AS bulan Januari lebih tinggi dari perkiraan
Foto: Reuters
Washington, CNBC Indonesia - Tekanan terhadap Jerome Powell, gubernur baru bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, untuk mencegah perekonomian menjadi overheating semakin tinggi setelah indeks harga konsumen AS di bulan Januari ada di atas perkiraan pasar.

Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan hari Rabu (14/2/2018) inflasi bulan Januari berada di angka 0,5% karena naiknya harga bensin, sewa rumah, dan layanan kesehatan. Sebelumnya, inflasi tercatat 0,2% di bulan Desember, dilansir dari Reuters.


Inflasi tahunan ada di angka 2,1%, lebih tinggi dari konsensus sebesar 1,9%.

Namun, laporan tersebut dianggap melebih-lebihkan kondisi inflasi sebenarnya sebab para ekonom berpendapat kenaikan beberapa komponen harga, terutama harga pakaian dan asuransi kesehatan, tidak akan bertahan lama.

Inflasi, yang kemungkinan akan makin terdorong oleh ketatnya pasar tenaga kerja dan naiknya belanja pemerintah, bisa saja membuat The Fed lebih agresif menaikkan suku bunga acuannya tahun ini dibandingkan yang telah diperkirakan sebelumnya. Hal itu akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.


Bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali tahun ini di mana kenaikan pertama diproyeksikan terjadi bulan Maret. Powell mengambil alih jabatan Janet Yellen di The Fed awal bulan ini.

“Sementara kami menantikan angka inflasi menjadi lebih pasti, kami melihat kenaikan harga bulan lalu mungkin saja melebih-lebihkan tren yang sebenarnya,” kata ekonom JPMorgan, Michael Feroli.

“Angka inflasi ini bisa jadi menguatkan rencana The Fed menaikkan suku bunganya di rapat bulan Maret. Kami sekarang juga berpikir bahwa mereka akan merevisi arah kebijakan pada rapat tersebut dari yang sebelumnya menargetkan tiga kali kenaikan.”

Inflasi inti tercatat 0,3% di bulan Januari, bergerak naik dari 0,2% di bulan sebelumnya, dan secara tahunan berada di angka 1,8%, masih di bawah target The Fed yang sebesar 2%.

Inflasi inti dianggap lebih mencerminkan kondisi yang sedang terjadi dibandingkan inflasi secara keseluruhan.

The Fed juga mencatat indeks harga yang berbeda, yaitu indeks konsumsi personal yang mengeluarkan komponen harga makanan dan energi. Indeks tersebut terus-menerus berada di bawah target bank sentral sebesar 2% sejak pertengahan 2012.

“Tugas The Fed menjadi semakin rumit akibat pemotongan pajak baru-baru ini dan rencana anggaran pemerintah yang diperkirakan akan semakin mendorong perekonomian ketika pasar tenaga kerja juga sedang mendekati kapasitas maksimalnya,” kata kepala ekonom PNC Financial, Gus Faucher.
(prm) Next Article Inflasi Inti AS Tumbuh 0,3% di Juni 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular