
Internasional
Wall Street Menguat Setelah Investor Cerna Data Inflasi AS
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
15 February 2018 06:23

New York, CNBC Indonesia - Saham-saham Wall Street dibuka melemah pada perdagangan hari Rabu (14/2/2018) namun kemudian merangkak naik dengan stabil setelah investor mencerna data inflasi bulan Januari Amerika Serikat (AS) yang di atas perkiraan.
Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan hari Rabu indeks harga konsumen AS naik 0,5% bulan lalu dibandingkan kenaikan 0,2% di bulan Desember. Secara tahunan, inflasi AS berada di angka 2,1%, lebih tinggi dari 1,9% yang diperkirakan pasar.
Inflasi yang tinggi dikhawatirkan akan mendorong bank sentral AS, Federal Reserve, menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat tahun ini.
Dow Jones Industrial Average naik 253,38 poin atau 1,03% menjadi 24.893,83 sementara S&P 500 menguat 35,75 poin atau 1,34% dan ditutup di level 2.698,69. Nasdaq Composite menambah 130,11 poin atau 1,86% menjadi 7.143,62, dilansir dari Reuters.
Kepala ekonom Bank Natixis, Joseph LaVorgna, mengatakan angka inflasi tersebut harus dipahami sesuai konteksnya. Walaupun inflasi secara umum berada di atas perkiraan pasar, angka inflasi inti tahunan masih ada di angka 1,8%, di bawah target 2% yang ditetapkan The Fed.
Dengan mengeluarkan komponen harga makanan yang bergejolak dan energi, inflasi inti AS tercatat 0,3% di bulan Januari.
“Pasar bergerak tepat sebagaimana seharusnya, yaitu bereaksi terlebih dahulu baru kemudian mengajukan pertanyaan,” kata chief equity strategist Federated Investors, Phil Orlando.
Para investor sepertinya akan tetap merasa khawatir hingga The Fed mengadakan rapat perdananya dengan gubernur baru, Jerome Powell, di bulan Maret mendatang, tambahnya.
“Akan ada beberapa penurunan di pasar karena kami sedang mencoba memahami apa yang sedang terjadi dalam perekonomian dan bagaimana The Fed akan menyesuaikan kebijakan moneternya di bawah kepemimpinan baru dan di tengah data makroekonomi yang seperti ini,” kata Orlando.
Investment strategist di Russell Investments, Paul Eitelman, mengatakan tidak mungkin The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebab tindakan itu sedikit terlalu berani bagi seorang gubernur baru dan terlihat sebagai reaksi yang berlebihan terhadap satu data saja, yaitu inflasi, sementara banyak data yang masih perlu diperhatikan.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan hari Rabu indeks harga konsumen AS naik 0,5% bulan lalu dibandingkan kenaikan 0,2% di bulan Desember. Secara tahunan, inflasi AS berada di angka 2,1%, lebih tinggi dari 1,9% yang diperkirakan pasar.
Inflasi yang tinggi dikhawatirkan akan mendorong bank sentral AS, Federal Reserve, menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat tahun ini.
Kepala ekonom Bank Natixis, Joseph LaVorgna, mengatakan angka inflasi tersebut harus dipahami sesuai konteksnya. Walaupun inflasi secara umum berada di atas perkiraan pasar, angka inflasi inti tahunan masih ada di angka 1,8%, di bawah target 2% yang ditetapkan The Fed.
Dengan mengeluarkan komponen harga makanan yang bergejolak dan energi, inflasi inti AS tercatat 0,3% di bulan Januari.
“Pasar bergerak tepat sebagaimana seharusnya, yaitu bereaksi terlebih dahulu baru kemudian mengajukan pertanyaan,” kata chief equity strategist Federated Investors, Phil Orlando.
Para investor sepertinya akan tetap merasa khawatir hingga The Fed mengadakan rapat perdananya dengan gubernur baru, Jerome Powell, di bulan Maret mendatang, tambahnya.
“Akan ada beberapa penurunan di pasar karena kami sedang mencoba memahami apa yang sedang terjadi dalam perekonomian dan bagaimana The Fed akan menyesuaikan kebijakan moneternya di bawah kepemimpinan baru dan di tengah data makroekonomi yang seperti ini,” kata Orlando.
Investment strategist di Russell Investments, Paul Eitelman, mengatakan tidak mungkin The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebab tindakan itu sedikit terlalu berani bagi seorang gubernur baru dan terlihat sebagai reaksi yang berlebihan terhadap satu data saja, yaitu inflasi, sementara banyak data yang masih perlu diperhatikan.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular