Internasional

Donasi Soros Picu Kontroversi Dalam Proses Brexit

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
10 February 2018 19:28
Soros dikenal mendukung Inggris tetap bertahan dalam Uni Eropa tetapi yayasan sosialnya memberikan sumbangan £400.000 bagi pendukung Brexit
Foto: REUTERS/Thomas Peter
Jakarta, CNBC Indonesia – Kabar miliarder George Soros, 87 tahun, pendukung kelompok yang berupaya membuat Inggris bertahan di Uni Eropa (EU) memercikkan api di perdebatan Brexit, Kamis (8/2/2018). Kelompok pendukung Best of Britain (Brexit) menuding mereka merencanakan ‘kudeta’.

Kelompok kampanye Brexit mengkonfirmasi bahwa pihaknya menerima £400.000 atau senilai Rp 7,5 miliar dari Soros. Soros  dikenal di Inggris karena menghasilkan miliaran dari taruhan di tahun 1990-an. Ia adalah target kampanye jahat media oleh pemerintah nasionalis di negara asalnya Hungaria, serta sosok yang dibenci oleh kelompok sayap kanan di Eropa Timur dan Amerika Serikat (AS).

Best of Britain mengatakan pihaknya telah mematuhi semua peraturan tentang pendanaan politik untuk menerima donasi dari Soros, seperti dilansir dari Reuters.

Pihak Perdana Menteri Theresa May berulang kali menegaskan bahwa keputusan untuk keluar dari EU di tahun 2019 setelah voting di tahun 2016 adalah final dan tidak akan ditarik kembali. Mereka juga membela kelompok sayap kanan untuk menerima donasi.


Harian Daily Telegraph, yang pertama kali melaporkan keterlibatan Soros, mengatakan mantan manajer pengelola investasi (hedge fund) ini mendukung ‘rencana rahasia’ untuk hentikan Brexit. Artikel tersebut ditulis oleh Nick Timothy, mantan kepala staf May.

Mark Malloch-Brown, mantan diplomat Inggris yang juga menjabat sebagai kepala Best of Britain, mengatakan bahwa kelompoknya tidak pernah menyembunyikan tujuannya, termasuk untuk bertahan di EU.

“Yayasan George Soros serta sejumlah penyumbang besar lainnya juga telah melakukan kontribusi penting untuk pekerjaan kami,” kata Malloch-Brown lewat sebuah pernyataan resmi, yang mengkonfirmasi bahwa Soros memberikan £400.000 lewat yayasan sosialnya.

“Ada banyak kelompok politik dan kampanye di negara ini, hal yang lumrah dan akan ditemui di demokrasi. Posisi Perdana Menteri untuk masalah ini jelas. Negara sudah memilih untuk keluar dari Uni Eropa, itu yang akan kami sampaikan dan tidak akan ada referendum kedua.” ujar Juru Bicara Theresa May.
(roy/roy) Next Article Berpotensi Dicopot, Theresa May Optimistis Brexit Terlaksana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular