Internasional

Brexit Jadi Ancaman Terbesar untuk Pusat Keuangan Inggris

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
29 January 2018 14:31
Survei CBI dan PwC menunjukkan sektor jasa keuangan mengkhawatirkan efek Brexit
Foto: Reuters
London, CNBC Indonesia – Ketidakpastian masa depan hubungan dagang antara Inggris dan Uni Eropa (UE) setelah proses keluarnya negara itu dari UE (Brexit) adalah ancaman paling serius untuk London yang menjadi pusat keuangan dunia, menurut hasil sebuah survei bisnis yang diumumkan Senin (29/1/2018).

Survei kuartalan dari Konfederasi Industri Inggris (CBI) dan perusahaan konsultan PwC menunjukkan optimisme terhadap sektor jasa keuangan menurun dalam tiga kuartal berturut-turut hingga Desember tahun lalu. Hal ini menandakan sentimen yang datar atau menurun selama dua tahun meski transaksi secara keseluruhan tetap stabil.

Perusahaan-perusahaan ingin segera mendapat kejelasan tentang masa depan hubungan dagang yang diinginkan Inggris.

“Untuk memperbaiki kepercayaan, perusahaan jasa keuangan tentunya harus, sangat harus, segera mendapatkan kejelasan tentang tujuan Inggris dalam negosiasi Brexit, tentang kesempatan-kesempatan yang tersedia bila [negosiasi] berhasil dan konsekuensinya apabila gagal,” kata kepala ekonom CBI, Rain Newton-Smith, lewat sebuah pernyataan resmi yang dikutip oleh Reuters.

EU memiliki waktu sampai hari Senin untuk menyetujui kriteria negosiasi dalam periode transisi yang akan menjembatani proses Brexit pada bulan Maret 2019 dan memulai kesepakatan perdagangan yang baru.

Andrew Kail, kepala jasa keuangan di PwC, mengatakan periode transisi mungkin terjadi, tetapi sektor keuangan di Inggris harus bersiap untuk beroperasi di luar UE.

"Industri perlu mengambil tindakan positif untuk mempertahankan status perdagangan dan model bisnis,” kata Kail.

Survei menemukan bahwa keuntungan perusahaan keuangan terus membaik dalam tiga bulan terakhir tahun lalu, dengan tren serupa yang muncul di kuartal ini. Jumlah pekerja juga diprediksi akan tetap stabil.

Secara terpisah, City of London Corporation, otoritas untuk distrik keuangan “Square Mile”, mengatakan hampir satu dari lima pekerja di perusahaannya pada tahun 2016 adalah pendatang dari negara Eropa. Angka tersebut dinyatakan sebagai rekor tertinggi.

Sebanyak 18% pekerja di City datang dari Kawasan Ekonomi Eropa, meningkat 8% dari satu dekade sebelumnya. Terdapat 59% warga Inggris yang bekerja sebagai staf di perusahaan tersebut, sisanya datang dari luar Eropa.

“Data ini menunjukkan pentingnya pekerja Eropa bagi pusat keuangan terbesar di Inggris, dan perlunya kebijakan imigrasi yang jelas pasca-Brexit,” kata Catherine McGuinness, kepala kebijakan City of London.

CBI dan PwC mengatakan 54% dari 92 perusahaan yang mereka survei ingin kemudahan merekrut staf baru untuk bekerja di sektor teknologi finansial (fintech) di Inggris.

Sebagai catatan, Paris, Frankfurt, Dublin dan Luksemburg berlomba untuk menarik minat perusahaan jasa keuangan yang saat ini berkantor di London dan merasa perlu melanjutkan akses ke konsumen di UE setelah Brexit.

Bruno Le Maire, Menteri Keuangan Perancis, bahkan mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat (26/1/2018) dalam beberapa tahun Paris bisa jadi akan menyusul London sebagai pusat keuangan paling penting di Eropa.
(prm) Next Article Inggris Resmi 'Cerai' dengan Eropa, What's Next?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular