Internasional

Gak Percaya Bank, Ini 5 Fakta Kenapa Milenial Doyan Kripto

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
26 June 2021 14:55
Ilustrasi/ Cryptocurrency / Aristya Rahadian
Foto: Investor milenial di BEI/CNBC Indonesia/Tahir Saleh

2. Ketidakpercayaan dengan Institusi Keuangan

Tentu saja, banyak Gen Z dan investor milenial muda pada awalnya beralih ke cryptocurrency karena menghindari lembaga keuangan tradisional (bank, bank sentral, manajer investasi, sekuritas atau broker saham), tetapi tetap memupuk kekayaan.

Reichel, Scanlon dan Kilbride, yang semuanya melakukan penelitian sendiri dan berinvestasi tanpa bantuan penasihat keuangan, mengatakan sebagian dari ketidakpercayaan mereka karena menyaksikan sendiri sistem keuangan saat ini tidak adil dan tidak efisien.

"Generasi muda khawatir terhadap kekayaan dan masa pensiun mereka," kata Reichel.

Mereka tidak ingin bergantung pada sistem tradisional yang sama seperti yang dilakukan para orang tua mereka.

"Saya pikir banyak orang melihat hal yang tidak efisiensi dan benar-benar ingin mengubahnya," katanya.

Scanlon setuju. Dia juga percaya ketakutan atas inflasi juga ikut mendorong minat kalangan anak muda terhadap aset kripto. Selain penghalang untuk masuk pun tidak terlalu banyak.

"Ini tentang aksesibilitas," kata Cooper Turley, ahli strategi kripto di aplikasi streaming berbasis ethereum, Audius.

"Hampir sebagian besar token, tidak ada IPO [initial public offering, penawaran saham ke publik]. Investor ritel memiliki peluang yang sama untuk berkontribusi dan mendapatkan nilai dari proyek [kripto] tahap awal yang sama seperti yang dilakukan pemodal ventura."

Turley, 25 tahun, berinvestasi dalam bitcoin dan ether pada 2017 saat kuliah, dan sekarang, dia mengatakan investasi itu telah membuatnya menjadi jutawan

"Pergeseran paradigma kepemilikan demokratis yang dipasangkan dengan perdagangan 24/7 dan selalu berubah setiap saat jauh lebih dekat dan disukai oleh generasi yang paham internet daripada menggunakan broker," katanya.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ada kerugian signifikan pada kripto. Para ahli memperingatkan investor untuk berhati-hati saat memasukkan uang ke dalam aset kripto, karena bisa sangat tidak stabil dan memungkinkan kehilangan seluruh investasi.

3. Kecintaan terhadap Meme

Banyak investor muda juga memilih untuk 'bersenang-senang' dengan investasi mereka seperti membeli koin meme, dogecoin, dan saham perusahaan game GameStop dan AMC Entertainment, yang menjadi tren budaya belakangan ini (meme)

"Saham kripto dan meme lebih mudah diingat oleh investor muda daripada perusahaan tradisional," kata Turley.

"Investor muda tidak terlalu peduli dengan laba perusahaan dan lebih peduli tentang meme atau narasi yang dapat mereka bagikan secara kolektif dengan teman-teman mereka."

Dogecoin, misalnya, diluncurkan pada tahun 2013, muncul atas ide Jackson Palmer seorang manager Adobe Inc. di Sydney, Australia. Palmer menciptakan dogecoin sebagai bentuk sindiran pada cryptocurrency.

Palmer memberikan logo Dogecoin diambil dari meme (istilah penyebaran budaya) yang populer saat itu yang menampilkan kata "doge" yang sengaja salah eja untuk menggambarkan anjing asal Jepang, Shiba Inu. Palmer tak bermaksud agar dogecoin dianggap serius, tapi kini menjadi salah satu dari 10 cryptocurrency teratas berdasarkan kapitalisasi pasar, dengan nilai pasar lebih dari US$ 22 miliar (Rp 314,6 triliun).

Kayla Kilbride, 24 tahun, melihat dogecoin sebagai cara untuk memperkenalkan kripto kepada orang-orang.

"Karena sangat murah dan terjangkau sehingga mudah dimengerti," kata Kilbride.

"Investasi bitcoin dan ethereum bertambah banyak karena [keuntungan] dari dogecoin."

"Saham meme menghilangkan aspek keuangan yang sangat menakutkan itu," kata Reichel.

"Ketika Anda berpikir tentang pasar saham, gambaran khasnya adalah semua pria tua berjas yang telah bekerja di sana selama bertahun-tahun."

Itu tidak berlaku untuk sesuatu seperti dogecoin.

Tapi terkadang, ini lebih dari sekadar hiburan semata. Bagi banyak orang, pertarungan saham yang digandrungi anak muda AS seperti GameStop dan AMC melambangkan perlawanan terhadap para hedge fund Wall Street. Ini semacam 'perlawanan' dari perasaan para milenial yang meyakni "kurangnya akses untuk 'masyarakat kecil," kata Kilbride.

Bagi Scanlon, "ada kebencian mendasar karena orang tua kami bisa memiliki portofolio saham/obligasi 60/40 dan baik-baik saja serta pensiun tanpa khawatir sama sekali. Tapi itu tidak terjadi pada generasi kami ini."

Namun, meskipun mereka memasukkan uang ke dalam investasi yang "menyenangkan" seperti kripto ini, para investor muda ini tetap berhati-hati.

Bagi Kilbride, caranya adalah dengan menghindari koin yang tidak jelas dan berisiko.

"Ketika ada begitu banyak hype [pada satu kripto tertentu] ... banyak orang yang tertipu, sementara itu banyak orang lain yang berpikir itu lucu, tetapi ketika Anda tidak mampu untuk kehilangan banyak [uang], itu terlalu berbahaya," ujarnya.

4. Berinvestasi sebagai Bagian dari komunitas

Jika investasi tradisional dianggap susah diakses oleh investor muda, banyak yang menemukan adanya rasa kebersamaan dalam investasi alternatif seperti aset kripto dan saham meme (maksudnya saham-saham yang digandrungi anak muda AS yakni GameStop).

Hal ini karena mereka menemukan komunitas baru. Untuk kasus saham GameStop, para investor ritel yang tergabung dalam komunitas situs web Reddit, ramai-ramai melakukan aksi beli sehingga saham GameStop melejit dan membuat fund-fund gede di Wall Street tekor di transaksi short selling.

Jelas fund-fund itu rugi, lantaran short selling adalah transaksi yang digunakan investor dengan meminjam dana untuk melakukan penjualan saham yang belum dimiliki dengan harga tinggi dengan harapan bisa membeli pada saat harga sahamnya turun.

"Pascapandemi, saya pikir ada rasa kesepian. Orang-orang menemukan komunitas di pasar saham, di server Discord, di Reddit. Orang-orang hanya mendambakan komunitas dan kebersamaan yang dirasakan sebelum pandemi," kata Scanlon.

"Ketika [saham] GameStop pertama kali bangkit kembali pada Januari, saya berinvestasi sebagai bagian dari komunitas. Saya tidak berinvestasi terlalu banyak dan saya berinvestasi ketika harga mendekati puncak, hanya untuk menahan agar harga tidak jatuh. Bagi saya, saya ingin membeli [saham GameStop] untuk dapat mencetaknya dan membingkainya di dinding, jelasnya.

Hal yang sama berlaku untuk Reichel.

"Saya berinvestasi sedikit hanya karena saya seperti, oh ini menyenangkan," katanya.

"Perusahaan yang tidak memiliki kinerja sebaik itu mengalami momen gila ini dan saya pikir 'saya ingin menjadi bagian dari ini.'"

Bagi sebagian orang, aspek komunitas adalah inti dari motivasi mereka untuk berinvestasi.

Itu termasuk Turley, yang selalu mempertimbangkan komunitas di sekitar koin sebelum berinvestasi.

Faktanya, "investasi saya didasari pada kekuatan komunitas," katanya.

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular