Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Tahun 2021 sudah memasuki bulan ketiga, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam mengawalinya dengan positif.
Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, harga emas satuan 1 gram hari ini, Senin (1/3/2021), naik 0,65% ke Rp 923.000/batang. Pada Sabtu lalu, emas ini berada di level Rp 917.000/batang yang merupakan level terendah sejak 21 Juli 2020 lalu.
Jika dibandingkan posisi akhir 2020, dengan posisi hari ini, harga emas Antam sudah merosot 4,35%. Bahkan jika dilihat lebih ke belakang, emas Antam sudah mulai dalam tren menurun setelah mencapai rekor termahal sepanjang sejarah.
Rekor tersebut dicapai pada 7 Agustus lalu di Rp 1.065.000/batang, artinya hingga hari ini sudah jeblok 13,33%.
Merosotnya harga emas Antam tentunya tidak lepas dari jebloknya harga emas dunia. Naik turunnya harga emas dunia menjadi faktor utama yang menentukan harga emas Antam, selain beberapa faktor lainnya seperti nilai tukar rupiah serta supply-demand.
Sejak mencapai rekor US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu, hingga Jumat (26/2/2021) pekan lalu, harga emas dunia sudah lebih dari 16%.
Merosotnya harga emas dunia di tahun ini terbilang cukup menarik, sebab bahan bakar utama untuk menanjak masih ada. The Fed belum merubah kebijakannya, suku bunga 0,25% masih akan dipertahankan hingga tahun 2023. Sementara QE senilai US$ 120 miliar per bulan juga belum akan dikurangi.
Selain itu, pemerintah AS di bawah Presiden ke-46 Joseph 'Joe' Biden, juga berencana menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun, yang kemungkinan besar akan cair dalam waktu dekat.
House of Representative (Dewan Perwakilan Rakyat/DPR) AS pada Sabtu (27/2/2021) pagi waktu setempat sudah meloloskan rancangan undang-undang kebijakan fiskal senilai US$ 1,9 triliun, dan kini diserahkan ke Senat AS.
"Kini, rancangan undang-undang sudah diserahkan ke Senat AS, saya berharap mereka akan bertindak cepat. Kita tidak perlu membuang waktu," kata Presiden AS Joseph 'Joe' Biden, sebagaimana dilansir CNBC International, Sabtu (27/2/2021).
"Jika kita bertindak sekarang - tegas, cepat dan berani, kita akhirnya akan bisa mengatasi virus (Covid-19) ini. Kita pada akhirnya akan menggerakkan perekonomian lagi," tambah Biden.
Stimulus moneter dan fiskal yang sama membawa emas mencetak rekor tahun lalu, tetapi di awal tahun ini seakan tak berdampak bagi emas dunia. Alhasil harga emas Antam juga terus menurun.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Harga Emas Dunia Diramal Bangkit, Waktunya Borong Antam?
Pemicu merosotnya harga emas dunia belakangan ini adalah kenaikan yield obligasi (Treasury) AS. Sepanjang pekan lalu, yield Treasury AS tenor 10 tahun sempat naik 17 basis poin ke 1,515% yang merupakan level tertinggi sejak awal Februari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan sebelum bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.
Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil. Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Alhasil emas dunia pun jeblok.
Namun, kini yield Treasury sudah mulia menurun. Pada perdagangan hari ini, yield Treasury tenor 10 tahun turun cukup tajam, 4,5 basis poin ke 1,4101%.
Banyak analis melihat kenaikan yield Treasury masih akan tertahan di kisaran 1,5%, sebab jika terus menanjak, maka akan memicu kecemasan terjadi taper tantrum yang dapat memicu gejolak di pasar keuangan global.
Di saat yang sama dengan penurunan yield Treasury, harga emas dunia menguat lebih dari 1% ke US$ 1.752,21/troy ons.
Para analis juga melihat emas dunia di level US$ 1.750 -1.700/troy ons menjadi level kuat yang akan menahan penurunan emas.
Ole Hansen, kepala staretegi komoditas di Saxo Bank, mengatakan untuk pertama kalinya dalam 4 pekan terakhir ia memberikan proyeksi bullish emas.
"Untuk peryama kalinya dalam 4 pekan terakhir, saya melihat harga emas akan naik," kata Hansen, sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (26/2/2021).
Hansen mengungkapkan, kenaikan yield Treasury mulai memukul pasar saham, yang membuat permintaan emas sebagai safe haven mulai meningkat. Hansen juga menyebut keniakan tajam yield Treasury akan membuat The Fed fokus pada kebijakan yield kontrol, sebab perekonomian AS belum mampu menanggung yield yang tinggi.
"Ekomoni AS tidak mampu menanggung yield yang tinggi, lonjakan yield akan membuat fokus (The Fed) pada kebijakan yield curve control. Hal tersebut akan membuat yield riil serta dolar AS menurun, dan emas pada akhirnya akan menguat," kata Hansen.
Sementara itu, direktur trading global Kitco Metals, Peter Hug, pada 19 Februari lalu mengatakan berlanjutnya aksi jual akan membawa emas ke US$ 1.750 hingga US$ 1.725/troy ons.
Prediksinya tersebut jitu, dan harga emas dunia perlahan menguat. Namun, untuk naik lebih jauh Hug mengatakan emas perlu melewati US$ 1.800 hingga US$ 1.825/troy ons, dengan target ke US$ 1.900/troy ons.
Melihat proyeksi tersebut artinya harga emas dunia belum akan menguat lebih jauh selama tertahan di bawah US$ 1.825/troy ons.
Dengan prediksi tersebut, artinya penguatan emas Antam juga masih akan terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA