
Emas Antam Jeblok 13% dari Rekor Termahal, Saatnya Borong?

Pemicu merosotnya harga emas dunia belakangan ini adalah kenaikan yield obligasi (Treasury) AS. Sepanjang pekan lalu, yield Treasury AS tenor 10 tahun sempat naik 17 basis poin ke 1,515% yang merupakan level tertinggi sejak awal Februari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan sebelum bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.
Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil. Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Alhasil emas dunia pun jeblok.
Namun, kini yield Treasury sudah mulia menurun. Pada perdagangan hari ini, yield Treasury tenor 10 tahun turun cukup tajam, 4,5 basis poin ke 1,4101%.
Banyak analis melihat kenaikan yield Treasury masih akan tertahan di kisaran 1,5%, sebab jika terus menanjak, maka akan memicu kecemasan terjadi taper tantrum yang dapat memicu gejolak di pasar keuangan global.
Di saat yang sama dengan penurunan yield Treasury, harga emas dunia menguat lebih dari 1% ke US$ 1.752,21/troy ons.
Para analis juga melihat emas dunia di level US$ 1.750 -1.700/troy ons menjadi level kuat yang akan menahan penurunan emas.
Ole Hansen, kepala staretegi komoditas di Saxo Bank, mengatakan untuk pertama kalinya dalam 4 pekan terakhir ia memberikan proyeksi bullish emas.
"Untuk peryama kalinya dalam 4 pekan terakhir, saya melihat harga emas akan naik," kata Hansen, sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (26/2/2021).
Hansen mengungkapkan, kenaikan yield Treasury mulai memukul pasar saham, yang membuat permintaan emas sebagai safe haven mulai meningkat. Hansen juga menyebut keniakan tajam yield Treasury akan membuat The Fed fokus pada kebijakan yield kontrol, sebab perekonomian AS belum mampu menanggung yield yang tinggi.
"Ekomoni AS tidak mampu menanggung yield yang tinggi, lonjakan yield akan membuat fokus (The Fed) pada kebijakan yield curve control. Hal tersebut akan membuat yield riil serta dolar AS menurun, dan emas pada akhirnya akan menguat," kata Hansen.
Sementara itu, direktur trading global Kitco Metals, Peter Hug, pada 19 Februari lalu mengatakan berlanjutnya aksi jual akan membawa emas ke US$ 1.750 hingga US$ 1.725/troy ons.
Prediksinya tersebut jitu, dan harga emas dunia perlahan menguat. Namun, untuk naik lebih jauh Hug mengatakan emas perlu melewati US$ 1.800 hingga US$ 1.825/troy ons, dengan target ke US$ 1.900/troy ons.
Melihat proyeksi tersebut artinya harga emas dunia belum akan menguat lebih jauh selama tertahan di bawah US$ 1.825/troy ons.
Dengan prediksi tersebut, artinya penguatan emas Antam juga masih akan terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
