
Perhatian! Ini Dia 4 Saham Pilihan Bisa Beri Cuan di Atas 20%

Status AALI sebagai perusahaan dengan aset, ekuitas, laba bersih, dan kapitalisasi pasar terbesar sektor agrikultur yang melantai di BEI tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi para investor yang ingin berinvestasi di sektor ini.
Komoditas yang menjadi unggulan AALI yakni minyak sawit juga sedang menjadi primadona akhir-akhir ini setelah sudah 'sembuh' dari virus corona yang ditunjukkan dengan harganya yang sudah menembus level awal tahun bahkan berada di posisi tertinggi selama 8 tahun terakhir.
Produksi minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia diperkirakan menurun sampai akhir tahun. Di Indonesia rendahnya produksi diakibatkan oleh dampak kekeringan panjang tahun lalu dan penggunaan pupuk yang lebih rendah.
Ke depan adanya fenomena La Nina yang mengakibatkan turunnya hujan lebat juga menjadi ancaman bagi rantai pasok. Alhasil harga makin melambung. Apalagi di Malaysia isu kekurangan tenaga kerja akibat pembatasan mobilitas publik juga jadi faktor yang menghambat aktivitas panen.
Kabar vaksin nCov-19 juga menjadi pendorong kenaikan harga CPO karena seiring dengan berputarnya kembali roda ekonomi tentu permintaan CPO akan kembali melesat.
Harga CPO kontrak pengiriman Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange sendiri berada di level RM 3.277/ton masih tergolong tinggi meski sudah 2 pekan terkoreksi.
Secara fundamental, Apabila menggunakan metode valuasi PER berada di angka 26,76 kali meskipun terlihat mahal secara kasat mata, angka ini masih berada di bawah rata-rata industri di angka 30,3 kali.
Laba bersih AALI secara anualized juga berhasil tumbuh 367% dibandingkan dengan tahun lalu meskipun hal ini terjadi karena kinerja AALI yang kurang baik pada tahun tersebut karena kinerja minyak nabati yang kurang apik.
Sedangkan valuasi harga di banding nilai buku PBV berada di angka 1,1 kali jauh berada di bawah rata-rata industri di angka 3 kali.
Selain itu PBV AALI juga masih berada di bawah rata-rata PBV-nya selama 3 tahun terakhir yang berada di angka 1,36 kali yang menunjukkan potensi kenaikan sebesar 23,63% apabila harga AALI kembali ke level rata-rata PBVnya selama 3 tahun terakhir.
Dilansir dari Refinitiv, nilai intrinsik AALI menggunakan metode valuasi StarMine Projection Model berada di angka Rp 13.233/unit yang menunjukkan potensi keuntungan sebesar 27,96% apabila AALI naik ke level intrinsiknya.
Selanjutnya harga AALI secara tahun berjalan masih terkoreksi 25,90% yang menunjukkan potensi kenaikan sebesar 34,72% apabila saham BMRI kembali ke level awal tahun.
Analisis Teknikal
![]() Grafik Teknikal |
Pergerakan AALI dengan menggunakan periode harian (daily) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, AALI berada di area pivot dengan BB yang cenderung stabil.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 11.275 apabila konsisten menembus level ini maka harga saham AALI berpotensi kembali menguat ke level 11.700.
Sementara itu untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 10.500 apabila level ini berhasil ditembus AALI berpotensi kembali anjlok ke level 10.175.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 48 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli ataupun jenuh jual sehingga pergerakan AALI cenderung akan sideways.
AALI perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/hps)[Gambas:Video CNBC]