IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melesat 0,49% ke posisi 6.886,36. IHSG hanya perlu 14 basis poin untuk menembus level psikologis 6.900.
Secara sektoral, sektor keuangan menjadi penopang terbesar IHSG pada perdagangan awal pekan kemarin, yakni mencapai 1,37%.
Di tengah kenaikan IHSG, mata uang rupiah merana melawan dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan Senin kemarin di posisi Rp 15.180/US$, terkoreksi tipis 0,11% di pasar spot.
Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan penutupan pekan lalu harganya melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali naik.
Melansir data dari Refinitiv,imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 0,03 basis poin (bp) menjadi 6,347% kemarin (7/8/2023).
Beralih ke Negara Paman Sam, bursa Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Senin (7/8/2023). Bursa Wall Street sempat dibuka di zona merah tetapi dengan cepat berbalik arah ke zona hijau.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 1,16% ke posisi 35.473,13. Indeks Nasdaq terapresiasi 0,61% ke posisi 13.994,40 dan indeks S&P 500 menanjak 0,9% ke posisi 4.518,44.
Menghijaunya Wall Street ditopang oleh kinerja perusahaan yang lebih baik dari ekspektasi pasar.
Dari 85% perusahaan di S&P 500 yang telah membukukan hasil kuartalan mereka, sekitar empat perlima telah melampaui perkiraan Wall Street, menurut FactSet yang dikutip dari CNBC International.
"Pasar kembali ke mode risk-on, Ini adalah musim pendapatan yang lebih baik dari perkiraan, jadi saya pikir itulah mengapa pasar memiliki kekuatan bertahan seperti it," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi dari Independent Advisor Alliance, kepada CNBC International.
Saham Berkshire berhasil ditutup menguat 3% lebih, seiring pendapatan membaik dan kas yang hampir menyentuh rekor.
Pertumbuhan pendapatan terjadi seiring rebound dalam operasi asuransi serta penimbunan uang tunai besar-besaran yang membengkak menjadi hampir US$150 miliar.
Perusahaan investasi raksasa yang berbasis di Omaha tersebut melaporkan pada hari Sabtu bahwa pendapatan operasionalnya melonjak 6,6% dari tahun ke tahun, dengan total $10,04 miliar pada kuartal terakhir.
"Penghasilan tangguh Berkshire Hathaway mengilustrasikan nilai dari bauran bisnisnya yang terdiversifikasi saat menambah simpanan kasnya," kata Bill Stone, kepala investasi di Glenview Trust dan pemegang saham Berkshire.
Kinerja positif emiten perawatan kesehatan hewan, Elanco, melesat 4% pasca laporan keuangannya berada di atas ekspektasi Wall Street.
Selain kinerja keuangan perusahaan, investor pada pekan ini juga masih akan berfokus pada rilis data inflasi dan Indeks Harga Produsen untuk Juli.
Data inflasi AS menjadi perhatian terbesar mengingat keduanya menjadi pertimbangan utama bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Bila inflasi AS terus melandai maka ada harapan jika The Fed melunak pada September demikian juga sebaliknya.
Pekan lalu, AS mengumumkan rasio pengangguran mereka yang turun menjadi 3,5% pada Juli, dari 3,6% pada Juni.
Namun, adanya tambahan pekerja sebanyak 187.000 pada bulan lalu menunjukkan jika ekonomi AS masih kencang.
Kondisi ini bisa membuat The Fed tetap hawkish ke depan.
Dengan The Fed kembali hawkish juga tetap akan menjadi kabar positif, sebab Jerome Powell selaku ketua The Fed sempat menyatakan akan menaikkan suku bunga dua kali.
Artinya, kenaikan ke depan berpotensi menjadi yang terakhir mengingat suku bunga telah dinaikkan sekali sebelumnya. Perilaku pasar yang suka berekspektasi atau forward looking akan menjadi potensi pasar mengalami penguatan dalam jangka pendek.
Pasar pada awal pekan ini dimeriahkan dengan berbagai kabar gembira dengan sentimen utama perekonomian domestik yang melesat ditopang belanja masyarakat yang meroket. Tidak hanya itu, rilis data cadangan devisa (cadev) yang meningkat turut menjadi sentimen positif dalam negeri.
Berbagai sentimen positif sepanjang pekan ini, sehingga berpotensi memacu bergairahnya pasar keuangan dalam negeri mulai dari pasar modal, surat berharga, hingga mata uang rupiah.
Dari luar negeri, Amerika Serikat (AS) dan China turut akan memeriahkan pekan ini dengan rilis data penting. Duo raksasa ekonomi akan merilis data neraca perdagangan besok hari ini. Data inflasi China pada hari Rabu (9/8), sedangkan AS akan rilis hari Kamis (10/8).
Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 atau April-Juni tumbuh 5,17% (year on year/yoy) dan 3,86% (quartal to quartal/qtq). Pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022 atau tiga kuartal terakhir.
Pertumbuhan ekonomi jauh lebih tinggi dibandingkan konsensus polling CNBC Indonesia ataupun April-Juni 2022.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,98% (yoy) dan 3,74% dibandingkan kuartal sebelumnya (qtq).
Pertumbuhan ekonomi ditopang belanja masyarakat yang melesat di tengah perayaan Lebaran. Hal ini tercermin dari penopang pertumbuhan yaitu konsumsi masyarakat atau rumah tangga dan investasi. Pertumbuhan tertinggi ada pada pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya yang tumbuh 7,02% (yoy).
Melonjaknya konsumsi untuk pakaian, alas kaki, dan jasa serta restoran dan hotel bisa dipahami. Pasalnya, pada periode April-Juni tahun ini terdapat dua momen Lebaran yakni Idul Adha dan Idul Fitri.
Pemerintah juga memberikan dua kali cuti bersama panjang. Hal tersebut mampu mendongkrak perjalanan masyarakat serta aktivitas ekonomi.
Sebagai catatan, momen Ramadan tahun ini jatuh pada Kuartal I (Maret) sementara Lebaran Idul Fitri pada kuartal II (April). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Hari Raya Idul Adha juga jatuh pada kuartal II (akhir Juni).
Periode April-Juni juga dipenuhi banyak event belanja besar seperti Jakarta Fair (Mei-Juni), konser, serta tiket pre-sale buat konser mulai dari Coldplay.
Pada April-Juni tahun ini, konsumsi masyarakat tumbuh 5,23%(yoy) atau tertinggi dalam tiga kuartal. Investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 4,63% (yoy) atau tertinggi dalam tiga kuartal terakhir. Sementara itu, belanja pemerintah tumbuh 10,62%.
Sebaliknya, ekspor terkontraksi 2,75% (yoy) dan impor terkoreksi 3,08% (yoy) pada April-Juni tahun ini. Ini adalah kali pertama ekspor dan impor terkontraksi sejak kuartal IV-2020 atau delapan kuartal terakhir.
Ekonomi Indonesia yang berlari kencang ini akan menjadi kabar baik bagi emiten di bursa ataupun perusahaan Indonesia secara keseluruhan.
Dengan konsumsi yang masih melesat maka ada harapan perusahaan Indonesia meningkatkan penjualan sehingga pendapatan membaik.
Konsumsi yang meningkat pada akhirnya juga akan mengerek daya gedor investasi sehingga permintaan kredit akan meningkat.
Perusahaan consumer goods seperti PT Unilever Indonesia (UNVR), PT Mayora Indah (MYOR), hingga emiten properti seperti PT Agung Podomoro Land (APLN) akan diuntungkan dengan meningkatnya konsumsi.
Sejumlah ekonom mengaku terkejut dengan melesatnya pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023. Pasalnya, ekonomi melesat jauh di atas ekspektasi.
Ekonom Senior Raden Pardede menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal-II 2023 yang mencapai 5,17% merupakan sebuah kejutan. Raden mengatakan pertumbuhan tersebut merupakan kejutan yang menyenangkan.
"Menurut saya kejutan yang menyenangkan," kata Raden Pardede dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Senin (7/8/2023).
Menurut Raden, pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Indonesia pada kuartal-II tahun ini melebihi ekspektasi para ekonom dan pasar.
Sebab, para ekonom dan pasar memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ini hanya sekitar 5 persen. "Ternyata kita bisa 5,17%," ujar Raden.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 yang telah diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 5,17% membuktikan kebijakan pemerintah pada periode itu telah tepat.
Kebijakan itu terkait dengan keputusan untuk memperpanjang libur saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Menurutnya, penambahan libur saat itu menjadi salah satu faktor yang mampu mendorong komponen pertumbuhan, yaitu konsumsi masyarakat.
"Ini tentu membuktikan kebijakan yang diambil Indonesia, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Idul Kurban kita ada libur yang cukup panjang dan ini mendorong sektor konsumsi," kata Airlangga saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (7/8/2023).
Pertumbuhan di atas 5% ini ekonomi RI juga menjadi sorotan banyak media asing, beberapa di antaranya Reuters, Business Times, Financial Times dan Nikkei.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua secara tak terduga meningkat ke tingkat tertinggi dalam tiga kuartal, ditopang oleh belanja rumah tangga dan pemerintah yang kuat dan meskipun ekspornya melemah di tengah jatuhnya harga komoditas," tulis Reuters, dikutip Senin (7/8/2023).
Reuters bahkan mengungkapkan bahwa angka 5,17% ini lebih tinggi dari polling mereka di kisaran 4,93%. Sementara itu, Nikkei menulis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,17% ini dipicu oleh konsumsi yang kuat seiring dengan adanya momen Lebaran 2023.
Selain pertumbuhan ekonomi, sentimen selanjutnya datang dari pengumuman cadev BI yang dirilis Senin (7/8/2023). Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2023 tercatat sebesar US$ 137,7 miliar, meningkat US$ 200 juta dibandingkan dengan posisi pada akhir Juni 2023 sebesar US$ 137,5 miliar.
Meningkatnya cadev tersebut bisa menjadi sentimen positif bagi Rupiah agar dapat menguat ke depannya.
Pada hari ini, sejumlah data dan agenda penting akan dirilis. Dari dalam negeri, Bank Indonesia akan mengumumkan data Indeks Keyakinan Konsumen untuk Juli
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2023 mengalami penurunan ke level 127,1 dari sebelumnya 128,3 pada Mei 2023. Penurunan ini didorong oleh melemahnya optimisme keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan.
Namun, IKK pada Juni menghadirkan data yang sangat menarik yakni kelompok masyarakat dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta mulai mengurangi porsi tabungan dan mengalihkannya ke belanja.
Survei Bank Indonesia (BI) terkait Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan porsi konsumsi masyarakat dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta naik menjadi 70,9% pada Juni 2023. Porsi tersebut adalah yang tertinggi sejak Oktober 2022.
Mereka yang memiliki pengeluaran di atas Rp 5 juta adalah kelompok dengan pengeluaran terbesar dalam survei BI. Mereka masuk kelompok menengah ke atas.
Porsi belanja di atas 70,5% pada kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta sangat jarang terjadi.
Pada periode Januari 2019- Juni 2023 atau lebih 4,5 tahun terakhir, hanya hanya dua kali kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta mengalokasikan porsi belanja di atas 70,5% yakni pada Oktober 2022 dan Juni 2023.
Mulai meningkatnya porsi konsumsi masyarakat menengah ke atas tentu menjadi kabar baik bagi ekonomi Indonesia. Dengan meningkatnya konsumsi maka sisi produksi diharapkan ikut naik sehingga pertumbuhan ekonomi makin tinggi.
Hari ini, Amerika Serikat (AS) dan China juga sama-sama akan merilis data perdagangan untuk Juli. China adalah pasar terbesar bagi ekspor Indonesia sementara AS adalah pasar terbesar ketiga.
Jika permintaan impor kedua negara terus melemah maka hal itu akan menjadi kabar buruk karena berdampak besar terhadap ekspor Indonesia ke kedua negara.
Merujuk data BPS, ekspor non-migas ke Tiongkok terkoreksi 4,04% (mtm) menjadi US$ 4,58 miliar pada Juni. Secara kumulatif, ekspor Indonesia ke China masih naik 7,44% pada Januari-Juni 2023 menjadi US$ 29,90 miliar.
Ekspor non-migas ke Amerika Serikat (AS) jatuh 4,6% (mtm) menjadi US$ 1,96 miliar pada Juni. Ekspor ke Negara Paman Sam bahkan ambruk 22,7% pada semester tahun ini menjadi US$ 10,02 miliar.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data neraca perdagangan dan ekspor-impor China periode Juli 2023 (10:00 WIB),
- Rilis data indeks keyakinan konsumen periode Juli 2023 (10:00 WIB),
- Rilis data neraca perdagangan dan ekspor-impor Amerika Serikat (19:30 WIB),
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- Seremoni pencatatan perdana saham PPRI, GRIA, ERAL, dan CYBR di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
- Cum date tunai interim PT Samudera Indonesia Tbk,
- Cum date penambahan modal right issue MGNA, PANI, BVIC, AGRS, BCIC, AHAP, dan WEHA,
- Listing date PT Sinar Eka Selaras, PT ITSEC Asia, PT Paperocks Indonesia, PT Ingria Pratama Capitalindo.
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q2-2023 YoY) | 5,17% |
Inflasi (Juli 2023 YoY) | 3,08% |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Juli 2023) | 5,75% |
Surplus Anggaran (APBN Juni 2023) | 0,7% PDB |
Surplus Transaksi Berjalan (Q1-2023 YoY) | 0,9% PDB |
Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2023 YoY) | US$ 6,5 miliar |
Cadangan Devisa (Juli 2023) | US$ 137,7 miliar |
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]