
Ekonomi RI Bikin Kaget Sampai Dipuji Dunia, Pesta Lagi Nih?

Pasar pada awal pekan ini dimeriahkan dengan berbagai kabar gembira dengan sentimen utama perekonomian domestik yang melesat ditopang belanja masyarakat yang meroket. Tidak hanya itu, rilis data cadangan devisa (cadev) yang meningkat turut menjadi sentimen positif dalam negeri.
Berbagai sentimen positif sepanjang pekan ini, sehingga berpotensi memacu bergairahnya pasar keuangan dalam negeri mulai dari pasar modal, surat berharga, hingga mata uang rupiah.
Dari luar negeri, Amerika Serikat (AS) dan China turut akan memeriahkan pekan ini dengan rilis data penting. Duo raksasa ekonomi akan merilis data neraca perdagangan besok hari ini. Data inflasi China pada hari Rabu (9/8), sedangkan AS akan rilis hari Kamis (10/8).
Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 atau April-Juni tumbuh 5,17% (year on year/yoy) dan 3,86% (quartal to quartal/qtq). Pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022 atau tiga kuartal terakhir.
Pertumbuhan ekonomi jauh lebih tinggi dibandingkan konsensus polling CNBC Indonesia ataupun April-Juni 2022.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,98% (yoy) dan 3,74% dibandingkan kuartal sebelumnya (qtq).
Pertumbuhan ekonomi ditopang belanja masyarakat yang melesat di tengah perayaan Lebaran. Hal ini tercermin dari penopang pertumbuhan yaitu konsumsi masyarakat atau rumah tangga dan investasi. Pertumbuhan tertinggi ada pada pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya yang tumbuh 7,02% (yoy).
Melonjaknya konsumsi untuk pakaian, alas kaki, dan jasa serta restoran dan hotel bisa dipahami. Pasalnya, pada periode April-Juni tahun ini terdapat dua momen Lebaran yakni Idul Adha dan Idul Fitri.
Pemerintah juga memberikan dua kali cuti bersama panjang. Hal tersebut mampu mendongkrak perjalanan masyarakat serta aktivitas ekonomi.
Sebagai catatan, momen Ramadan tahun ini jatuh pada Kuartal I (Maret) sementara Lebaran Idul Fitri pada kuartal II (April). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Hari Raya Idul Adha juga jatuh pada kuartal II (akhir Juni).
Periode April-Juni juga dipenuhi banyak event belanja besar seperti Jakarta Fair (Mei-Juni), konser, serta tiket pre-sale buat konser mulai dari Coldplay.
Pada April-Juni tahun ini, konsumsi masyarakat tumbuh 5,23%(yoy) atau tertinggi dalam tiga kuartal. Investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 4,63% (yoy) atau tertinggi dalam tiga kuartal terakhir. Sementara itu, belanja pemerintah tumbuh 10,62%.
Sebaliknya, ekspor terkontraksi 2,75% (yoy) dan impor terkoreksi 3,08% (yoy) pada April-Juni tahun ini. Ini adalah kali pertama ekspor dan impor terkontraksi sejak kuartal IV-2020 atau delapan kuartal terakhir.
Ekonomi Indonesia yang berlari kencang ini akan menjadi kabar baik bagi emiten di bursa ataupun perusahaan Indonesia secara keseluruhan.
Dengan konsumsi yang masih melesat maka ada harapan perusahaan Indonesia meningkatkan penjualan sehingga pendapatan membaik.
Konsumsi yang meningkat pada akhirnya juga akan mengerek daya gedor investasi sehingga permintaan kredit akan meningkat.
Perusahaan consumer goods seperti PT Unilever Indonesia (UNVR), PT Mayora Indah (MYOR), hingga emiten properti seperti PT Agung Podomoro Land (APLN) akan diuntungkan dengan meningkatnya konsumsi.
Sejumlah ekonom mengaku terkejut dengan melesatnya pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023. Pasalnya, ekonomi melesat jauh di atas ekspektasi.
Ekonom Senior Raden Pardede menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal-II 2023 yang mencapai 5,17% merupakan sebuah kejutan. Raden mengatakan pertumbuhan tersebut merupakan kejutan yang menyenangkan.
"Menurut saya kejutan yang menyenangkan," kata Raden Pardede dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Senin (7/8/2023).
Menurut Raden, pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Indonesia pada kuartal-II tahun ini melebihi ekspektasi para ekonom dan pasar.
Sebab, para ekonom dan pasar memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ini hanya sekitar 5 persen. "Ternyata kita bisa 5,17%," ujar Raden.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 yang telah diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 5,17% membuktikan kebijakan pemerintah pada periode itu telah tepat.
Kebijakan itu terkait dengan keputusan untuk memperpanjang libur saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Menurutnya, penambahan libur saat itu menjadi salah satu faktor yang mampu mendorong komponen pertumbuhan, yaitu konsumsi masyarakat.
"Ini tentu membuktikan kebijakan yang diambil Indonesia, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Idul Kurban kita ada libur yang cukup panjang dan ini mendorong sektor konsumsi," kata Airlangga saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (7/8/2023).
Pertumbuhan di atas 5% ini ekonomi RI juga menjadi sorotan banyak media asing, beberapa di antaranya Reuters, Business Times, Financial Times dan Nikkei.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua secara tak terduga meningkat ke tingkat tertinggi dalam tiga kuartal, ditopang oleh belanja rumah tangga dan pemerintah yang kuat dan meskipun ekspornya melemah di tengah jatuhnya harga komoditas," tulis Reuters, dikutip Senin (7/8/2023).
Reuters bahkan mengungkapkan bahwa angka 5,17% ini lebih tinggi dari polling mereka di kisaran 4,93%. Sementara itu, Nikkei menulis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,17% ini dipicu oleh konsumsi yang kuat seiring dengan adanya momen Lebaran 2023.
Selain pertumbuhan ekonomi, sentimen selanjutnya datang dari pengumuman cadev BI yang dirilis Senin (7/8/2023). Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2023 tercatat sebesar US$ 137,7 miliar, meningkat US$ 200 juta dibandingkan dengan posisi pada akhir Juni 2023 sebesar US$ 137,5 miliar.
Meningkatnya cadev tersebut bisa menjadi sentimen positif bagi Rupiah agar dapat menguat ke depannya.
(mza/mza)