Newsletter

Musim Laporan Keuangan Tiba, Jadi Berkah atau Musibah?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
02 August 2023 06:12
IHSG
Foto: Pexels/Anna Nekrashevich

Beralih ke dalam negeri, rilis data inflasi dan PMI manufaktur masih akan menjadi perhatian pasar. Selain itu, musim rilis kinerja keuangan emiten RI juga perlu dicermati.

Sebelumnya kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indonesia melesat hingga 0,21% (month-to-month/mtm) per Juli 2023. Adapun, inflasi tahun kalender mencapai 1,45%, dengan demikian inflasi tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 3,08%.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengungkapkan inflasi Juli 2023 secara bulanan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, Juni 2023, sebesar 0,14%. Namun, lebih rendah dibanding 0,64% Juli 2023.

Proyeksi inflasi ini sejalan dengan perkiraan CNBC Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia, dari 11 institusi memperkirakan inflasi Juli 2023 akan menembus 0,21% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Inflasi bulanan pada Juni tercatat 0,14%.

Hasil polling juga memperkirakan inflasi akan menembus 3,08% (yoy) pada bulan lalu. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 2,50%. Secara tahunan, inflasi menembus 3,52% sementara inflasi inti tercatat 2,58% pada Juni.

Adapun, angka inflasi yang turun hingga 3,08% membuktikan bahwa ramalan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo benar adanya. Perry memperkirakan inflasi Juli 2023 bisa turun hingga di bawah 3,5%, lebih rendah dibandingkan bulan lalu.

Kendati melandai, masyarakat tetap harus waspada. Pasalnya, ancaman kenaikan harga pangan ada di depan mata.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani pun mengungkapkan adanya risiko fenomena El Nino ditambah dengan penangguhan Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiatives yang telah diumumkan Rusia minggu lalu, sebagai imbas dari tensi perang di Ukraina.

"Ini berarti pada paruh kedua tahun ini kita akan sangat dipengaruhi ketidakpastian dari komoditas, hampir mirip seperti 2022, ditambah dengan nanti el nino, ini menjadi sesuatu yang harus kita waspadai pada paruh kedua 2023 ini," kata Sri Mulyani.

Masalah ini akan berpengaruh terhadap Indonesia karena bahan pangan Indonesia masih dipengaruhi oleh produk panganan yang termasuk dalam Black Sea Grain Initiatives, seperti gandung hingga biji bunga matahari.

Dengan demikian, dia memastikan berbagai komoditas yang terkait dengan perjanjian itu akan mengalami lonjakan harga seperti pada 2022, di antaranya yang paling terhubung dengan Indonesia adalah minyak mentah kelapa sawit atau CPO yang berimplikasi langsung ke harga minyak goreng.

Sementara itu, aktivitas manufaktur Indonesia melonjak pada Juli 2023 didukung oleh kuatnya permintaan dari dalam dan luar negeri. Namun, kepercayaan dunia usaha justru melandai.

S&P Global merilis data aktivitas manufaktur Indonesia yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI), Selasa kemarin. Untuk periode Juli 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 53,3. Indeks menjadi yang tertinggi sejak September 2022 atau 10 bulan terakhir.
PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 23 bulan terakhir.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi. Melambungnya PMI Manufaktur dipicu oleh naiknya permintaan baru, baik dari dalam ataupun luar negeri.

Di lain sisi, musim rilis kinerja keuangan RI periode tengah tahun telah bergulir. Hingga tulisan ini dibuat, setidaknya sudah ada 126 emiten yang menerbitkan laporan keuangan periode kuartal II-2023.

Sejumlah emiten berkapitalisasi pasar besar (big cap) mampu menorehkan kinerja cemerlang. Sebagai contoh, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang kompak meraih pertumbuhan laba bersih.

Laba bersih BBCA tercatat Rp24,19 triliun atau tumbuh sebesar 34% (year-on-year/yoy) sementara itu laba BBNI melonjak 17% menjadi Rp 10,3 triliun.pada semester I-2023.

Kenaikan pendapatan juga masih ditorehkan emiten konsumer milik Grup Salim, yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), di mana emiten produsen Indomie ini meraup laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 5,72 triliun pada semester I-2023. Jumlah tersebut terbang 196,60% dari setahun sebelumnya sebesar Rp 1,93 triliun

Sementara induk ICBP yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,56 triliun pada semester I-2023. Jumlah tersebut melambung 91,93% dari sebelumnya Rp 2,9 triliun.

Sebaliknya, laba raksasa telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) justru turun 4,16% (yoy) menjadi Rp 13,31 triliun.

Pada saat bersamaan, emiten lain mencetak kinerja yang bervariasi dalam enam bulan pertama 2023. Sementara dari sisi pergerakan sahamnya, pelaku pasar tampak sudah terlebih dulu mengantisipasi musim rilis kinerja emiten.

Pelaku pasar kini menunggu laporan keuangan perusahaan besar terutama di sektor tambang, transportasi, properti, hingga konstruksi. Kinerja laporan keuangan perusahaan setidaknya bisa mencerminkan seperti apa laju pemulihan ekonomi Indonesia serta dampaknya kepada perusahaan.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular