
Musim Laporan Keuangan Tiba, Jadi Berkah atau Musibah?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street secara mayoritas ditutup melemah pada perdagangan Selasa kemarin, karena investor masih mencerna rilis laporan keuangan sejumlah emiten di AS dan data tenaga kerja serta data aktivitas manufaktur.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,2% ke posisi 35.630,68. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite berakhir melemah. S&P 500 melemah 0,27% ke 4.576,73, sedangkan Nasdaq terkoreksi 0,43% menjadi 14.283,91.
Investor di AS masih memantau perkembangan dari rilis laporan keuangan emiten di AS pada kuartal II-2023. Beberapa emiten farmasi di AS telah merilis laporan keuangannya pada kuartal II-2023 hari ini.
Emiten kontraktor dan alat berat yakni Caterpillar terpantau labanya kembali mengalami kenaikan di kuartal II-2023, meski ada penurunan berurutan dalam penjualan. Sahamnya pun ditutup melonjak 8,85%.
Sedangkan kinerja keuangan emiten ride-hailing Uber meleset dari ekspektasi dan membuat sahamnya ambles 5,68%.
Sementara untuk emiten farmasi Pfizer, pendapatan bersih kuartalan turun jauh dari ekspektasi Wall Street, terpukul oleh penurunan penjualan produk Covid-19. Saham Pfizer pun merosot 1,25%.
Sejauh ini, 51% emiten di S&P 500 telah melaporkan hasil aktual dari laporan keuangan pada kuartal II-2023. Dari perusahaan tersebut, 80% telah melaporkan EPS aktual di atas perkiraan, yaitu di atas rata-rata 5 tahun terakhir sebesar 77% dan di atas rata-rata 10 tahun sebesar 73%.
Terlepas dari kinerja sejauh ini, analis bersiap untuk penurunan pendapatan 7,1% dari tahun lalu, menurut FactSet, dan penurunan laba kuartal ketiga berturut-turut.
"Ini berjalan sangat baik di bulan Juni, Juli dam semua orang tahu bahwa Agustus secara historis adalah bulan musiman yang cukup lemah," kata Scott Ladner, kepala investasi Horizon Investments, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, investor cenderung merespons kecewa dengan rilis beberapa data aktivitas manufaktur yang masih berkontraksi dan data tenaga kerja yang tidak sesuai ekspektasi.
Data aktivitas manufaktur (PMI manufaktur) AS periode Juli 2023 versi S&P Global dan ISM akan dirilis pada hari ini. Keduanya terpantau mengalami kenaikan.
Untuk versi S&P Global, PMI manufaktur pada bulan lalu naik menjadi 49, dari sebelumnya di angka 46,3 pada Juni lalu. Sedangkan versi ISM, PMI manufaktur AS hanya naik sedikit menjadi 46,4, dari sebelumnya pada Juni lalu di angka 46.
Meski kedua versi PMI manufaktur AS mengalami kenaikan, tetapi masih berada di zona kontraksi yang menandakan bahwa sektor manufaktur Negeri Paman Sam masih melambat.
PMI menggunakan angka 50 sebagai batasnya. Jika berada di bawah 50, menandakan sektor manufaktur sedang mengalami kontraksi. Sebaliknya, jika berada di atas 50, maka sektor manufaktur sedang berekspansi.
Sementara untuk data tenaga kerja AS yang telah dirilis kemarin yakni data pembukaan lapangan kerja JOLTS.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah lapangan kerja baru pada periode Juni 2023 turun menjadi 9,58 juta lapangan, dari sebelumnya pada Mei lalu sebanyak 9,62 juta lapangan kerja.
Data JOLTS akan dipantau oleh pelaku pasar dan pembuat kebijakan yakni bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), karena dapat memberikan wawasan berharga mengenai dinamika penawaran-permintaan di pasar tenaga kerja.
Data tenaga kerja ini juga tentunya akan menjadi pertimbangan The Fed untuk menentukan langkah kebijakan suku bunga acuannya berikutnya.
Namun, masih ada beberapa data tenaga kerja di AS yang akan dirilis pada pekan ini, yakni data perubahan tenaga kerja ADP, data klaim pengangguran mingguan periode pekan lalu, dan data penggajian non-pertanian (non-farming payroll/NFP).
(chd/chd)