
Dunia Tak Baik-Baik Saja! AS, Eropa & Jepang Beri Kabar Buruk

- IHG akhirnya tumbang pada perdagangan kemarin tetapi rupiah menguat sementara yield SBN terus naik
- Wall Street bertumbangan setelah data ekonomi AS menunjukkan ekonomi AS masih kencang
- Kebijakan di AS, Jepang, dan Eropa serta pengumuman DHE diperkirakan akan menggerakkan pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas pasar keuangan Indonesia lesu pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya tumbang sementara Surat Berharga Negara (SBN) mulai dibuang investor. Namun, rupiah justru menguat cukup tajam.
Pasar keuangan masih rawan guncangan pada hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan pekan ini dan hari ini bisa dibaca pada halaman 4 dan 5 artikel ini.
IHSG ditutup melemah 0,74% ke posisi 6.896,66 pada perdagangan Kamis (27/7/2023). Pelemahan ini memutus rally panjang IHSG selama lima hari perdagangan sebelumnya. Pelemahan kemarin juga membuat IHSG kembali terlempar dari zona psikologis 6.900.
Sebanyak 215 saham menguat, 326 saham melemah, dan 204 bergerak stagnan.
Total saham yang berpindahtangan mencapai 18,4 miliar dengan nilai transaksi mencapai Rp 11,3 triliun pada perdagangan kemarin.
Investor asing masih mencatatkan net sell Rp 480,64 miliar. Net sell ini merupakan yang pertama kali terjadi pada pekan ini.
Pada Senin-Rabu, asing masih mencatatkan net buy termasuk net buy sebesar sebesar Rp 750,3 miliar pada perdagangan Rabu.
Saham yang naik paling tinggi pada perdagangan kemarin adalah PT Eratex Djaja (ERTX) yang melonjak 24,8%, PT Tera Data Indonesia (AXIO) yang melesat 20,9%, dan PT Matahari Putra Prima (MPPA) yang melesat 17,9%.
IHSG terkapar, kemarin, setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) membuka kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga ke depan.
Sesuai ekspektasi pasar, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5%.
Namun, ekspektasi pasar melihat pelonggaran pada September memudar setelah The Fed menegaskan masih terbuka kemungkinan kenaikan suku bunga dengan mempertimbangkan data yang ada.
Dengan belum adanya kejelasan pelonggaran ke depan maka pasar keuangan global masih rawan guncangan. Harapan derasnya aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia juga bisa terancam.
Asing bahkan tak ragu melego saham-saham PT Telkom Indonesia (TLKM), PT Bank Negara Indonesia (BBNI), dan PT Astra International (ASII) pada perdagangan kemarin.
Mayoritas bursa Wall Street pada perdagangan Rabu juga melemah dan hal ini memberi sentimen negatif ke bursa saham dalam negeri.
Padahal, banyak sentimen positif yang datang dari dalam negeri. Di antaranya adalah proyeksi ekonomi Indonesia yang masih tumbuh di aats 5% pada kuartal II-2023 serta laporan kinerja perusahaan yang cemerlang.
Emiten pertambangan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melaporkan kenaikan laba tahun berjalan sebesar 46% pada paruh pertama tahun 2023. Laba periode berjalan emiten pertambangan ini tercatat sebesar US$5,56 juta atau sekitar Rp83,49 miliar
Anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel mencatat laba Rp 1,02 triliun pada periode Januari hingga Juni 2023. Angka tersebut naik 14,65% secara tahunan (yoy).
Emiten rokok Hanjaya Mandala Sampoerna(HMSP) mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,74 triliun pada semester I-2023. Jumlah ini naik 18,69% dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 3,04 triliun.
Kinerja IHSG yang melemah berbanding terbalik dengan mayoritas bursa Asia.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,68%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,41%, Straits Times Singapura melesat 0,98%, ASX 200 Australia menanjak 0,73% dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,44%.
Hanya indeks Shanghai Composite China yang ditutup melemah 0,2%.
Dari pasar mata uang, nilai tukar rupiah justru h menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis hasil data suku bunga Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Refinitiv, Rupiah menguat 0,13% terhadap dolar AS ke posisi Rp 14.995/US$1. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan sebesar 0,16% pada hari sebelumnya sekaligus membawa rupiah kembali ke bawah level US$ 14.000.
Pelemahan rupiah terjadi di tengah kabar mengecewakan The Fed. Dengan The Fed masih membuka opsi kenaikan suku bunga ke depan, rupiah sebenarnya masih bisa tertekan karena guncangan eksternal.
Namun, investor di pasar uang sepertinya sudah melakukan 'priced in' terhadap keputusan The Fed sehingga mata uang Garuda tetap menguat.
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik ke 6,258% dari 6,235% pada perdagangan hari sebelumnya.
Yield yang menanjak menandai harga SBN yang semakin murah karena investor mengobral SBN.
Investor memilih pergi dari pasar SBN karena kebijakan The Fed yang masih membuka opsi kenaikan suku bunga ke depan.
Beralih ke Amerika Serikat, bursa Wall Street bertumbangan pada perdagangan Kamis (27/7/2023).
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 237,4 poin atau 0,67% ke 35.282,72. Pelemahan indeks Dow Jones ini mengakhiri kinerja cemerlangnya. Indeks sempat selama 12 hari perdagangan hingga Rabu kemarin. Pelemahan ini juga membuat Dow Jones gagal menyamai rekor terbaiknya pada 1897 yakni menguat selama 13 hari beruntun.
Indeks Nasdaq terkoreksi 77,18 poin atau 0,55% ke 14.050,11 sementara indeks S&P juga tumbang dengan melemah 29,34 poin atau 0,64% ke 4.537,41. Indeks Nasdaq setelah investor melakukan aksi profit taking terhadap saham-saham teknologi raksasa.
"Sinyal-sinyal rally (Dow Jones) akan berhenti sebenarnya sudah terlihat dan baru terjadi pada hari ini. Rally panjang tentu saja membuat pasar lelah," tutur analis BTIG, Jonathan Krinsky, dikutip dari CNBC International.
Tumbangnya Wall Street masih dipicu oleh keputusan The Fed. Pasar kecewa karena The Fed masih membuka opsi kenaikan suku bunga jika data ekonomi AS mendukung.
Hal ini berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yang sudah optimis jika tidak akan ada lagi kenaikan setelah Juli.
Data ekonomi AS terbaru juga menunjukkan ekonomi AS masih berlari kencang.
AS mengumumkan dua indikator ekonomi, kemarin, yakni perhitungan pertumbuhan ekonomi terbaru serta klaim pengangguran.
Estimasi terbaru AS menunjukkan ekonomi AS tumbuh 2,4% (quartal to quartal/qtq) pada April-Juni 2023 atau kuartal II-2023. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yakni 2% ataupun ekspektasi pasar yakni 1,8%.
Pertumbuhan sebesar 2,4% (qtq) juga menunjukkan jika ekonomi AS masih berlari kencang dan jauh dari resesi.
AS juga mengumumkan data klaim pengangguran. Jumlah pekerja AS yang mengajukan klaim pengangguran AS menurun 7.000 menjadi 221.000 pada pekan yang berakhir pada 22 Juli.
Jumlah tersebut adalah yang terendah dalam lima bulan terakhir dan jauh di bawah ekspektasi pasar yakni 235.000.
Masih tingginya pertumbuhan ekonomi AS dan menurunnya klaim pengangguran menunjukkan jika ekonomi AS masih panas. Dua faktor ini menjadi sinyal jika inflasi AS bisa sulit turun ke depan.
Akibatnya, harapan pelaku pasar melihat pelonggaran kebijakan The Fed bisa semakin jauh.
"Market kini melihat ada potensi kenaikan lagi pada September di mana kemungkinan itu sebelumnya sudah dihapus market. Data ekonomi terbaru membuat pasar kembali melakukan priced in akan kenaikan suku bunga pada September," tutur analis dari Action Economics, Kim Rupert, dikutip dari Reuters.
Selain keputusan The Fed dan data ekonomi, pelaku pasar juga terus menunggu kinerja laporan keuangan perusahaan.
Sebanyak 44% dari 219 perusahaan di indeks S&P sudah menyetor laporan keuangan
Sebanyak 78% emiten mampu membukukan pendapatan di atas ekspektasi. Emiten teknologi menjadi bintang sementara perusahaan energi menjadi yang paling lesu.
Beberapa perusahaan yang melaporkan kinerja keuangan kemarin adalah Ford dan Mc Donald.
Ford mampu membukukan kenaikan pendapatan sebesar 12% menjadi US$ 45 miliar pada April-Juni 2023.
Pendapatan bersih mereka juga melonjak menjadi US$ 1,9 miliar pada April-Juni, dari US$ 561 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Waralaba fast food Mc Donald mampu membukukan pendapatan sebesar US$ 6,5 miliar pada periode April-Juni 2023, di atas ekspektasi pasar yakni US$ 6,27 miliar.
Laba bersih tercatat US$ 2,31 miliar.
Pelaku pasar perlu mencermati banyaknya agenda dan data ekonomi yang akan keluar pada pagi hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri.
Data-data tersebut diperkirakan akan menjadi sentimen penggerak pasar keuangan domestik hari ini.
Dari luar negeri, sentimen akan datang dari AS, Jepang, hingga Eropa.
Ambruknya bursa Wall Street dikhawatirkan menjalar ke pasar bursa Indonesia hari ini.
Bursa Wall Street tumbang karena pasar kecewa dengan pernyataan The Fed yang masih membuka opsi kenaikan suku bunga pada pertemuan mendatang.
Pertumbuhan di kuartal II-2023 masih kencang dan klaim pengangguran menurun menunjukkan ekonomi AS masih panas.
Data-data ekonomi AS tersebut mendukung kenaikan suku bunga ke depan.
AS akan mengumumkan beberapa data ekonomi hari ini, yakni personal spending bulanan untuk Juni, pengeluaran konsumen tahunan Juni, serta sentimen konsumen untuk Juli.
Pasar berekspektasi personal spending akan naik 0,4% (month to month/mtm) pada Juni, dari 0,1% (mtm) pada Mei.
Namun, pengeluaran belanja warga AS atau PCE diharapkan sudah mulai melandai ke 2,9% (yoy) pada Juni 2023, dari 3,8% (yoy) pada Mei.
Sementara itu, pasar berekspektasi jika indeks sentimen konsumen AS akan naik ke 72,6 pada Juli, rekor tertingginya sejak September 2021.
Indeks mengukur optimisme konsumen AS terhadap ekonomi ke depan dan bagaimana mereka akan melakukan spending ke depan.
Pengeluaran belanja dan sentimen konsumen adalah dua indikator yang sangat diperhatikan The Fed dalam menentukan suku bunga.
Keduanya akan sangat berdampak karena besaran belanja akan menentukan laju inflasi.
Jika data PCE dan sentimen konsumen lebih tinggi dari ekspektasi pasar maka pasar rawan longsor.
Agenda penting juga akan datang dari Jepang. Bank sentral Jepang (Boj) hari ini akan memberikan update forecast inflasi Jepang untuk tahun ini. BoJ juga akan mengumumkan kebijakan moneternya.
Inflasi Jepang dan kebijakan bank sentral Jepang (BoJ) tengah disorot. Inflasi Jepang memang sudah melandai ke 3,3% (yoy) pada Juni, dari 4,4% pada Januari 2023.
Namun, inflasi tersebut sudah di atas target BoJ yakni 2%.
Inflasi Jepang diperkirakan akan menanjak ke depan karena adanya kenaikan gaji pegawai.
Kondisi ini memberi tekanan kepada BoJ untuk segera mengetatkan kebijakanya guna menahan laju inflasi.
Kendati demikian, BoJ diperkirakan masih akan mempertahankan kebijakan bunga ultra rendahnya (-0,1%) pada hari ini demi menjaga pertumbuhan.
BoJ diharapkan melepas kebijakan yield curve control (YCC) sebesar 0,5%. YCC merupakan kebijakan BoJ yang menahan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun dekat dengan 0,5%. Ketika yield mulai menjauhi 0,5% maka BoJ akan melakukan pembelian obligasi.
Pembelian tersebut artinya BoJ menyuntikkan likuiditas ke perekonomian.
Dana Moneter Internasional (IMF) dalam rekomendasinya meminta BoJ untuk segera melepas kebijakan YCC.
Kebijakan suku bunga ultra rendah serta YCC membuat yen melemah tajam pada tahun ini. Namun, BoJ bersikeras menahan suku bunga karena belum melihat laju inflasi di atas 2% tetap berlanjut ke depan.
Berbanding terbalik dengan BoJ, bank sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada hari ini, Kamis(27/7/2023).
Dengan demikian, ECB sudah mengerek suku bunga deposit facility sebesar 425 basis points (bps) sejak Juli 2022.
Kenaikan suku bunga sudah diproyeksi pasar mengingat ECB berkali-kali menegaskan akan menaikkan suku bunga pada bulan ini.
"Inflasi terus melandai tetapi masih dalam level yang terlalu tinggi dalam waktu yang lama," tulis ECB dalam pernyataannya.
Inflasi Uni Eropa sebenarnya sudah melandai dari 10,6% (year on year/yoy) pada Oktober 2022 menjadi 5,5% (yoy) pada Juni 2023.
Namun, inflasi masih jauh dari target ECB yakni di kisaran 2%.
Dengan inflasi yang masih di kisaran 5,5%, ECB diproyeksi masih menaikkan suku bunga ke depan. Namun, ancaman resesi yang menghadang Uni Eropa bisa membuat ECB berubah arah.
Jerman sudah berada di zona resesi sementara Prancis diperkirakan akan segera menysuul.
ECB sendiri memastikan jika kebijakan suku bunga akan sangat tergantung pada data yang berkembang.
"Dewan Gubernur akan terus mengikuti perkembangan data untuk menentukan durasi pembatasan (moneter) serta level yang tepat," imbuh ECB.
Dari dalam negeri, sentimen akan datang dari pengumuman kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) serta kinerja keuangan perusahaan.
Indonesia juga akan meresmikian CFX sebagai Bursa Berjangka Aset Kripto di Indonesia yang diharapkan meningkatkan minat berinvestasi di kripto.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dijadwalkan akan menggelar konferensi pers terkait aturan DHE Sumber Daya Alam (SDA).
Konferensi pers diharapkan bisa memberi gambaran yang jelas mengenai sistematika penyetoran DHE, konversi, serta sanksi yang akan diberikan kepada mereka yang membangkang.
Pemerintah sebelumnya sudah merilis aturan baru yakni Peraturan Pemerintah (PP) No.36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari kegiatan pengusahaan, pengelolaan, dan/atau pengolahan sumber daya alam.
Peraturan ini akan menggantikan aturan sebelumnya PP No. 1 Tahun 2019.
Terdapat beberapa perubahan dalam aturan baru mengenai DHE sumber daya alam (SDA) ke dalam bank di dalam negeri.Di antara perubahan tersebut adalah eksportir wajib menyimpan minimal 30% dari DHE dalam sistem keuangan Indonesia selama jangka waktu tertentu.
Kebijakan DHE diharapkan mampu membawa pulang dolar AS hasil ekspor yang selama ini diparkir di luar negeri. Dengan demikian, pasokan dolar AS semakin banyak sehingga stabilitas nilai tukar rupiah terjaga.
Pemerintah juga diharapkan memberi kejelasan mengenai indikator ekonomi apa saja yang bisa membuat setoran DHE harus dikonversi ke rupiah.
Dalam aturan baru disebutkan "Dalam hal terjadi permasalahan stabilitas makroekonomi dan/ atau stabilitas sistem keuangan, dapat dilakukan konversi atas DHE SDA".
Sentimen lain dari dalam negeri adalah masih cemerlangnya kinerja perusahaan yang tercatat di bursa. Selain emiten perbankan yang mengumumkan lonjakan laba, beberapa emiten yang terkait erat dengan konsumsi seperti Sampoerna dan Dayamitra Telekomunikasi mampu mencatat kinerja yang menjanjikan.
Agenda ekonomi:
* Korea Selatan akan mengumumkan data produksi industri Juni dan penjualan ritel (06:00 WIB)
* Bank sentral Jepang akan mengumumkan update inflasi untuk tahun ini (06:30 WIB)
* Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan akan meresmikan CFX sebagai Bursa Berjangka Aset Kripto di Indonesia (08:30 WIB)
* Menko Perekonomian Airlangga Hartarto akan melaksanakan Konferensi Pers Devisa Hasil Ekspor (09:30 WIB)
* Bank sentral Jepang (BoJ) akan mengumumkan kebijakan moneter (10:0 WIB)
* AS akan mengumumkan data belanja warga AS /personal spending untuk Juni serta sentimen konsumen untuk Juli (19:30 WIB dan 21:00 WIB)
Agenda perusahaan
Pemberitahuan RUPS Rencana PT Dua Putra Utama Makmur (DPUM)
Informasi Pembayaran Ijarah Fee seri SIEXCL01DCN2 ke 25 (EXCL)
Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO)
Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI)
Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE)
Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI)
Berikut indikator ekonomi terbaru:
CNBC Indonesia Research
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meski Minim Sentimen, IHSG Lompat 1,33% ke 7.129 di Sesi I