Terbaru! IMF Ramal Ekonomi China dan Jerman Memburuk

rev, CNBC Indonesia
26 July 2023 21:00
International Monetary Fund (IMF). (AP/Andrew Harnik)
Foto: (AP/Andrew Harnik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2023 dan mempertahankan proyeksi untuk 2024.

Sejalan dengan itu, IMF meramalkan kondisi buruk bagi dua ekonomi besar dunia. China diperkirakan kehilangan potensi untuk tumbuh tinggi, sedangkan ekonomi Jerman akan lebih buruk dari proyeksi awal.

Laporan World Economic Outlook edisi Juli yang berjudul Near-Term Resilience, Persistent Challenges, IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,0% untuk tahun ini. Proyeksi IMF 0,2% lebih tinggi dibandingkan proyeksi pada April (2,8%). IMF juga masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi global di angka 3,0% untuk 2024.

Pertumbuhan perdagangan dunia diperkirakan akan menurun dari 5,2% pada tahun 2022 menjadi 2,0% pada tahun 2023, sebelum meningkat menjadi 3,7% pada tahun 2024, jauh di bawah rata-rata tahun 2000-19 sebesar 4,9%.

Penurunan pada tahun 2023 tidak hanya mencerminkan jalur permintaan global, tetapi juga pergeseran komposisinya ke arah jasa domestik, efek tertinggal dari apresiasi dolar AS-yang memperlambat perdagangan karena meluasnya penagihan produk dalam dolar AS-dan meningkatnya hambatan perdagangan.

China sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia pun mengalami dampaknya. Meskipun IMF masih mempertahankan proyeksi ekonomi China di angka 5,2% untuk 2023 dan 4,5% untuk 2024, namun setelah pelonggaran besar-besaran sejak akhir tahun lalu dengan mengurangi pembatasan terkait Covid-19 terjadi, potensi untuk tumbuh tinggi pun menjadi hilang.

Selama hampir tiga tahun, kebijakan nol-Covid Beijing yang ketat memiliki efek buruk bagi pengeluaran konsumen. Ketika pembatasan dicabut pada akhir tahun 2022, jutaan orang berbondong-bondong ke restoran, pusat perbelanjaan, dan pergi liburan. Tapi optimisme itu tidak bertahan lama.

China kehabisan tenaga dan pasar tenaga kerja di bawah tekanan, sehingga lebih dari satu dari lima orang muda menganggur.

"Perusahaan enggan merekrut karena permintaan konsumen lemah, dan konsumen enggan berbelanja karena situasi ekonomi," kata ekonom Larry Hu, dari bank investasi Macquarie, kepada AFP.

Sebagai informasi, tingkat pengangguran di antara kaum muda usia 16 hingga 24 mencapai 21,3% pada Juni, menjadi rekor tinggi baru. Tingkat pengangguran untuk masyarakat di kota-kota adalah 5,2% pada Juni.

Tidak seperti negara lainnya yang tertekan inflasi, China justru mengalami deflasi secara bulanan dan ke level nol secara year on year (yoy). Ini menjadi alarm peringatan berlanjutnya perlemahan permintaan. Salah satu alasannya adalah konsumen menunda pembelian mereka dengan harapan harga yang lebih rendah.

Kondisi deflasi ini dapat berdampak pada eskpor Indonesia terhadap China sebab China merupakan mitra perdagangan Indonesia terbesar.

Total perdagangan China dan Indonesia menembus US$ 133,65 miliar pada 2022 atau naik 17,70% dibandingkan 2021.

Ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 65,92 miliar sementara impor dari Tiongkok mencapai US$ 67,72 miliar. Baik ekspor dan impor merupakan yang tertinggi dalam sejarah.

Pada Januari-Mei 2023, ekspor ke China tercatat US$ 26,41 miliar atau naik 12,2%. Nilai tersebut setara dengan 25% dari total ekspor. Impor tercatat US$ 25,52 miliar atau turun 2,2%.

Sebagai informasi tambahan, impor China sejak Oktober 2022 telah berada dalam zona negatif secara tahunan dan data terakhir per Juni 2023 berada di angka -6,8%.

"Data terbaru di negara-negara maju menunjukkan sinyal yang konsisten dari pelemahan lebih lanjut yang kemungkinan akan memberi tekanan lebih besar pada ekspor China di sisa tahun ini," kata Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management dikutip dari CNBC International.

Selain itu, dampak skandal properti masih menjadi persoalan besar di China.

"Pemulihan ekonomi China bisa melambat karena persoalan real estate belum sepenuhnya diselesaikan. Ini bisa menimbulkan dampak negatif ke sektor lain." tulis IMF dalam laporannya.

Beralih ke benua biru, Jerman menjadi negara yang menarik untuk dibahas karena Jerman merupakan satu-satunya negara yang akan terkontraksi di Uni Eropa. Pada tahun ini saja, ekonomi mereka terkontraksi -0,3%.

Resesi Jerman terjadi akibat kontraksi yang terjadi dua kali berturut-turut sejak kuartal IV-2022 sebesar -0,5% dan dilanjutan pada kuartal I-2023 sebesar -0,3%. Sedangkan secara tahunan, ekonomi Jerman juga terkontraksi 0,5% pada kuartal I-2023 atau yang pertama kali sejak kuartal II-2021.

Produksi industri Jerman turun lebih dari yang diharapkan pada Maret 2023. Data menunjukkan terjadinya penurunan yang tajam ada industri manufaktur mobil.

Data ini berbeda dibandingkan pertumbuhan yang kuat pada dua bulan sebelumnya, Januari dan Februari, dan lebih buruk dari perkiraan penurunan satu persen oleh analis yang disurvei oleh firma data keuangan FactSet.

Kabar tersebut muncul setelah data yang dirilis pekan lalu menunjukkan anjloknya pesanan baru di pabrik-pabrik Jerman. Industri otomotif merupakan kontributor utama penurunan bulan Maret, di mana pembuatan kendaraan dan suku cadang turun 6,5%. Padahal pada Februari sebelumnya, Jerman mengalami kenaikan 6,9%.

Fenomena tersebut terjadi menyusul sektor industri negara itu dihantam oleh harga energi yang tinggi menyusul invasi Rusia ke Ukraina.

Mengutip CNBC International, ekonomi terbesar Eropa itu berada di bawah tekanan yang signifikan, terutama setelah perang Rusia ke Ukraina terjadi. Sanksi Barat ke minyak dan gas (migas) Rusia menghantam Jerman yang merupakan salah satu konsumen utamanya.

Terlebih lagi inflasi Jerman dapat dikatakan cukup tinggi yang membuat tingkat konsumsi turun 1,2% pada kuartal I-2023. Warga enggan membelanjakan uangnya untuk membeli, termasuk pakaian, perabotan, hingga mobil.

Dengan minimnya permintaan di Jerman, maka hal ini dapat berdampak pada impor negara tersebut, dan salah satu negara yang terdampak yakni Indonesia. Merujuk dari Kemlu.go.id, Jerman merupakan salah satu mitra dagang utama bagi Indonesia dan produk ekspor unggulan Indonesia ke Jerman yakni minyak kelapa sawit, peralatan elektronik, hingga mesin-mesin mekanik.

Ketika ekspor Indonesia terhadap Jerman terganggu, maka penerimaan negara dari sisi ekspor akan menurun dan dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation