
Genting! RI, AS, Jepang & Eropa Adu Kuat Suku Bunga Pekan Ini

- IHSG menguat sementara rupiah dan pasar SBN melemah pada pekan lalu
- IHSG juga bergerak beragam pekan lalu dengan indeks Dow Jones mencetak rekor impresif
- Pekan ini menjadi minggu yang genting bagi pasar keuangan global dan Indonesia karena banyaknya keputusan kebijakan moneter
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mencatatkan kinerja beragam pada pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan kinerja impresif sementara rupiah dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) bergerak ke arah negatif.
Pasar keuangan ini akan menghadapi banyak tantangan baik dari dalam atau luar negeri. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan pekan ini dan hari ini bisa dibaca pada halaman 4 dan 5 artikel ini.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu Jumat (21/7/2023), Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,24% ke posisi 6.880,80. Secara keseluruhan, IHSG menguat 0,16% dalam sepekan. Penguatan ini memperpanjang tren positif bursa saham Indonesia menjadi empat pekan beruntun.
Total saham yang berpindahtangan menembus 72,3 miliar dengan nilai transaksi mencapai Rp 39,2 triliun pada pekan lalu. Investor asing juga mencatatkan net buy dalam sepekan yakni sebesar Rp 2,73 triliun di semua pasar.
Penguatan IHSG ditopang oleh sejumlah faktor mulai dari melambungnya harga komoditas, sentimen positif Wall Street, proyeksi melunaknya kebijakan suku bunga di Amerika Serikat (AS), pengumuman data investasi, serta rilis aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Pada perdagangan akhir pekan Jumat (21/7/2023), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus ditutup di posisi US$ 141,75 per ton. Harga batu bara menguat tipis 1,23%. Posisi penutupan tersebut adalah yang tertinggi dalam sembilan hari perdagangan terakhir.
Dalam sepekan, harga batu bara sudah terbang 5,78%.Sementara itu, harga minyak sawit juga melonjak hampir 4% sepekan dan harga minyak mentah naik sekitar 1% sepekan.
Melonjaknya harga komoditas membuat saham emiten batu bara, CPO, dan minyak terbang. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melesat 11,81% sepekan, saham Indo Tambangraya Megah melesat 7,5% sementara saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) melonjak 7,3% sepekan.
Sentimen positif pasar keuangan Indonesia juga datang dari data realisasi investasi. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi kuartal II-2023 mencapai Rp 349,8 triliun.
Realisasi dari investor lokal mencapai Rp 163,5 triliun atau naik 17,6% (year on year/yoy) sementara dari investor asing menyentuh Rp 186,3 triliun atau naik 14,2% (yoy). Sentimen positif dari Wall Street dan ekspektasi melunaknya kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) juga membuat IHSG, berada di jalur pendakian.
Sementara itu, bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Jumat (21/7/2023).
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menanjak 0,78%, Straits Times Singapura naik 0,12%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,37%. Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,57%, Shanghai Composite China turun tipis 0,06%, dan ASX 200 Australia terkoreksi 0,15%.
Nilai tukar rupiah justru melemah di tengah ekspektasi pelonggaran kebijakan The Fed serta keluarnya aturan baru mengenai DHE Sumber Daya Alam (SDA).
Aturan DHE diperketat dengan mewajibkan eksportir wajib menyetor minimal 30% DHE selama minimal tiga bulan.
Pemerintah juga bisa mewajibkan konversi jika stabilitas ekonomi terguncang. Pengetatan aturan ini diharapkan akan meningkatkan pasokan dolar AS di Indonesia, sehingga rupiah dapat menguat di masa mendatang.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (21/7/2023), rupiah mengakhiri perdagangan dengan melemah 0,23% terhadap dolar AS ke posisi Rp 15.020/US$1.
Dalam sepekan, rupiah melemah 0,43% pada pekan lalu. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan kinerja impresif rupiah pada pekan sebelumnya yang menguat tajam 1,16%.
Salah satu faktor melemahnya rupiah adalah kabar buruk dari China. Ekonomi Tiongkok semakin menjadi perhatian karena terus melambat.
Produk Domestik Bruto (PDB) China pada kuartal II-2023 tumbuh sebesar 6,3% (yoy), angka ini meleset dari ekspektasi. Berdasarkan perkiraan ekonom yang di survei Reuters pada kuartal II-2023 ini pertumbuhan ekonomi China mencapai 7,3%.
Sementara secara quartal to quartal (qtq) laju pertumbuhan ekonomi China tercatat 0,8% dari kuartal pertama. Angka ini tercatat lebih lambat dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang tercatat 2,2%.
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik ek 6,24% atau level tertingginya dalam tujuh hari perdagangan terakhir.
Yield yang naik menandai harga SBN yang semakin murah karena investor melepas SBN, terutama investor asing.
Berdasarkan data Bank Indonesia, investor asing mencatat net buy di pasar SBN sebesar Rp 4,67 triliun pada 17-20 Juli 2023. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan pada pekan sebelumnya (10-13 Juli) yang tercatat 6,54 triliun.
Dari Amerika Serikat, bursa Wall Street bergerak beragam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,01% ke posisi 35.227,69. Indeks Nasdaq melemah 0,22% ke posisi 14.032,81 dan indeks S&P terapresiasi 0,03% ke posisi 4.536,34.
Indeks DJIA menguat selama 10 hari perdagangan beruntun, terbaik sejak Agustus 2017.
Dalam sepekan, indeks S&P 500 menguat 0,69% sementara Dow Jones melonjak 2,08%. Indeks Nasdaq melemah 0,57%.
Pergerakan bursa Wall Street dibayangi oleh pengumuman kinerja perusahaan periode April-Juni 2023.
Kinerja keuangan perusahaan sejauh ini masih bergerak beragam. Sebanyak 70% sajam di bursa S&P 500 yang sudah melaporkan kinerja keuangan membukukan kinerja yang di atas ekspektasi.
Pergerakan bursa Wall Street pekan ini diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan serta keputusan The Fed.
Pekan ini, ada laporan keuangan dari tiga perusahaan raksasa yakni Alphabet, Meta Platforms, dan Microsfot. Ketiga perusahaan tersebut merupakan bagian dari "Magnificent Seven" yang paling menggerakan bursa S&P.
Empat perusahaan lain adalah Amazon, Apple, Tesla, dan Nvidia.
"Sejauh ini, kinerja keuangan membukukan hasil yang positif sehingga ada peluang pasar bursa menguat lebih besar. Minggu ini akan sangat menentukan karena sebagian besar perusahaan mengumumkan laporan keuangan," tutur analis dari Barclay, Emmanuel Cau, dikutip dari CNBC International.
Analis menilai kenaikan 18,1% indeks S&P sepanjang tahun ini berjalan terlalu cepat. Kondisi ini membuat risiko juga tinggi. Ada kekhawatiran jika investor akan melakukan rebalancing portofolionya.
Namun, perhatian terbesar pelaku pasar pada pekan ini adalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu waktu AS.
Investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang akan menggerakkan pasar baik hari ini ataupun sepekan ke depan. Terlebih, pekan ini akan diwarnai oleh banyaknya bank sentral yang akan menggelar rapat moneter.
Setidaknya ada lima bank sentral yang akan akan menggelar rapat moneter pada pekan ini. Di antaranya adalah Bank Indonesia (BI), The Fed (AS), bank sentral Eropa (ECB), bank sentral Jepang (BoJ), dan bank sentral Afrika Selatan.
Ke lima bank sentral tersebut menggelar rapat moneter dengan latar belakang berbeda yang kemungkinan berdampak kepada keputusan mereka.
Dari Indonesia, BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Senin dan Selasa pekan ini (24-25 Juli 2023) dan akan mengumumkan hasil rapat pada Selasa besok.
Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 12 analis/ekonom memperkirakan jika BI masih akan menahan suku bunga di level 5,75% pada bulan ini.
Analis/ekonom menjelaskan jika BI masih akan menahan suku bunga karena masih ada risiko dari eksternal.
Suku bunga di level 5,75% sudah berlaku sejak Januari tahun ini atau enam bulan berakhir.
Inflasi Indonesia memang sudah jauh melambat dari 5,95% (yoy) pada September 2022 menjadi 3,52% (yoy) pada Juni 2023. Inflasi inti juga sudah melandai dari 3,36% (yoy) pada Desember 2022 menjadi 2,58% (yoy) pada Juni 2023.
Namun, fokus BI saat ini adalah menjaga stabilitas rupiah bukan lagi menjaga ekspektasi inflasi.
Stabilitas rupiah sepanjang bulan ini masih sangat fluktuatif karena ekspektasi pelaku pasar mengenai kebijakan di AS serta perkembangan ekonomi di China yang melambat.
Rupiah mampu terbang 1,16% pada dua pekan lalu tetapi kemudian jeblok 0,43% pada pekan lalu.
Jika kemudian hasil rapat FOMC tidak sesuai pasar maka ada risiko rupiah kembali tertekan. Karena itulah, sulit bagi BI untuk memulai memangkas suku bunga pada bulan ini.
Pekan ini juga menjadi periode yang sangat penting bagi pasar keuangan global dan Indonesia karena ada rapat FOMC pada Selasa dan Rabu (25-26 Juli) waktu AS. The Fed akan mengumumkan hasil rapat pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Rapat FOMC pada bulan ini sangat ditunggu-tunggu karena menjadi "moment of the truth" atas ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed.
Tak hanya keputusan suku bunga yang ditunggu tetapi publik hingga pelaku pasat juga menanti pernyataan atau sinyal kebijakan The Fed setelah bulan ini.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 99,2% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5% pada bulan ini. Namun, yang ingin ditunggu pasar adalah apakah The Fed memberi sinyal kapan pelonggaran kebijakan akan dilakukan.
Pelaku pasar berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini. Pasalnya, inflasi AS sudah jauh melandai ke 3% (yoy) pada Juni tahun ini, dari 9,1% (yoy) pada Juni tahun lalu.
Kebijakan The Fed ini akan ditunggu oleh pelaku pasar global dan Indonesia. Jika keputusan The Fed sesuai ekspektasi pasar maka pasar akan bergerak ke arah positif.
Bagi Indonesia, pelonggaran kebijakan The Fed bisa berarti dua hal yakni masuknya dana asing serta harapan adanya peningkatan ekspor ke AS. Pasalnya, kebijakan The Fed yang dovish diharapkan bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi Negara Paman Sam sehingga permintaan barang dari AS akan semakin meningkat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS0 mencatat ekspor non-migas ke Amerika Serikat (AS) jatuh 4,6% (month to month/mtm) menjadi US$ 1,96 miliar pada Juni 2023. Ekspor ke Negara Paman Sam bahkan ambruk 22,7% pada semester tahun ini menjadi US$ 10,02 miliar.
Dari Eropa, bank sentral Eropa (ECB) akan menggelar rapat pada Kamis (27/7/2023). ECB diproyeksi masih akan menaikkan deposit facility rate sebesar 25 bps menjadi dari 3,5% menjadi 3,75% pada pekan ini.
Deposit facility rate saat ini yakni 3,5% adalah yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir.
ECB diproyeksi akan menaikkan suku bunga meskipun inflasi sudah jauh melandai menjadi 5,5% (yoy) pada Juni. Pelaku pasar pun berharap kenaikan pada Juli akan menjadi yang terakhir kali.
Dari Jepang, bank sentral Jepang (BoJ) akan memutuskan kebijakan suku bunga pada Jumat pekan ini (28/7/2023).
BOJ sudah menahan suku bunga ultra rendah (-0,1%) sejak 2016 atau tujuh tahun lebih. BoJ diperkirakan akan tetap menahan suku bunga ultra rendah meskipun inflasi Jepang sudah meningkat tajam dan di atas target BoJ serta yen terus melemah.
Inflasi Jepang pada Juni tercatat 3,3% (yoy), melonjak dibandingkan Juli 2022 yang tercatat 2,6%. Sementara itu, yen melemah sekitar 2,3% pekan lalu dan sudah jeblok 7,8% sepanjang tahun ini.
Selain kebijakan suku bunga, tidak banyak data penting yang akan dirilis pada pekan ini. Untuk hari ini, data penting yang akan keluar di antaranya Jibun Bank Manufacturing PMI Flash Juli dari Jepang, inflasi Singapura akan mengumumkan inflasi Juni, serta data S&P Global/CIPS Manufacturing Flash Inggris dan AS.
Data-data tersebut akan menunjukkan seberapa jauh aktivitas manufaktur sudah terdampak oleh pelemahan ekonomi global serta suku bunga tinggi.
Bagi Indonesia, Jibun Bank Manufacturing PMI Flash menjadi penting mengingat Jepang adalah pasar ekspor terbesar kedua setelah China.
Jika aktivitas manufaktur Jepang melandai maka ada potensi dari perlambatan permintaan barang dari Indonesia.
Hari ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga akan mengumumkan rilis APBN Kita edisi Juni. Menarik dilihat seberapa jauh belanja pemerintah hingga pertengahan tahun ini.
Menarik ditunggu juga apakah Sri Mulyani akan mengumumkan kebijakan baru di sektor fiskal.
Analis pasar dan CEO PT YUGEN Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya, memperkirakan pasar hari ini akan bergerak di kisaran 6821 - 6954 dengan arah penguatan.
"Perkembangan pergerakan IHSG saat ini terlihat masih memiliki kecenderungan menguat. IHSG masih ditopang oleh kondisi perekonomian yang masih relatif stabil ditambah dengan musim deviden yang masih berlanjut, selain itu masih tercatatnya capital inflow secara ytd turut menjadi salah satu faktor penopang kenaikan IHSG," tutur William dalam analisnya.
Agenda Ekonoomi:
* Jepang akan mengumumkan Jibun Bank Manufacturing PMI Flash Juli (07:30 WIB)
* Menteri Keuangan Sri Mulyani akan menggelar konferensi pers APBN Kita (10:00 WIB
* Singapura akan mengumumkan inflasi Juni (12:00 WIB)
* Inggris akan mengumumkan S&P Global/CIPS Manufacturing Flash (15:30 WIB)
* AS akan mengumumkan S&P Global Composite PMI Flash Juli (20;45 WIB)
* Bank Indonesia akan menggelar Rapat Dewan Gubernur
Agenda perusahaan:
* Seremoni Pencatatan Perdana Saham PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) sebagai Perusahaan Tercatat ke-50 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2023 (09:00 WIB)
* Pemberitahuan RUPS Rencana PT Bali Bintang Sejahtera (BOLA)
* Pemberitahuan RUPS Rencana 31-12-2022 PT Cipta Selera Murni (CSMI)
* Pemberitahuan RUPS Rencana PT Informasi Teknologi Indonesia (JATI)
* Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Lion Metal Works (LION)
* Tanggal akhir perdagangan hmetd PT PT Sreeya Sewu Indonesia (SIPD)
Berikut indikator ekonomi Indonesia:
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baru Bernafas Lega Sehari, Wall Street Sudah Jeblok Lagi
