Newsletter

Kabar dari Amerika Disambut Gembira Dunia, Ayo Pesta Lagi!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
13 July 2023 06:02
US-ECONOMY-BANK-RATE-INFLATION
Foto: Ketua The Fed Jerome Powell. (AFP/SAUL LOEB)

IHSG mampu mencatatkan kenaikan selama tiga hari beruntun dan berhasil mencapai 6.800. Selanjutnya target kenaikan IHSG menuju resisten terdekat yakni 6.900. Namun, IHSG tampaknya akan menguji ketahanan resisten 6.800 telebih dahulu.

Pada perdagangan hari ini, IHSG mendapatkan angin segar dari indeks Wall Street yang menguat sejalan dengan pengumuman inflasi AS yang mendingin.

Inflasi Amerika Serikat (AS) melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Juni 2023, dari 4% (yoy) pada Mei. Melandainya inflasi AS menjadi kabar gembira karena ekspektasi pasar melihat pelonggaran kebijakan moneter AS bisa menjadi kenyataan.

 

Laju inflasi AS jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi Juni sebesar 3,1%. Laju inflasi Juni juga menjadi yang terendah sejak Maret 2021 di mana inflasi menyentuh 2,6%.

Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi AS melandai mencapai 0,2% pada Juni 2023 dari 0,1% pada bulan Mei. Inflasi tersebut juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi akan ada di angka 0,3%.

Inflasi (mtm) dipicu oleh sektor perumahan serta makanan. Kendati demikian, harga pangan AS hanya naik 0,1% (mtm) pada Juni, lebih rendah dibandingkan 0,2% (mtm) pada Mei.

Sementara itu, inflasi inti AS mencapai 4,8% (yoy) pada Juni 2023, dari 5,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Secara bulanan, inflasi inti mencapai 0,2% (mtm) pada Juni tahun ini, lebih rendah dibandingkan 0,4% pada Mei. 

Inflasi inti jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi inti di angka 5% (yoy) dan 0,3% (mtm).

Rilis data inflasi AS yang mendekati target The Fed 2% diharapkan akan membuat bank sentral melunak. Walaupun begitu, bos The Fed Jerome Powell sempat menegaskan akan kembali menaikkan suku bunga acuan setelah menahan suku bunga pada Juni di kisaran 5,0-5,25%.

Pasar kini berekspektasi jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada akhir bulan ini. Hal ini terlihat dari perangkat Fedwatch yang menunjukkan sebanyak 94,2% melihat peluang kenaikan suku bunga pada pertemuan Juli.

Dengan inflasi AS yang melandai lebih cepat dan ekspektasi melonggarnya kebijakan The Fed maka investor asing diproyeksi akan mengalir deras ke dalam negeri.
Kebijakan The Fed yang lebih dovish akan membuat dolar AS kurang menarik sehingga pemodal asing akan mencari instrumen yang lebih menarik di Emerging Market seperti Indonesia.
Dana asing yang sebelumnya kabur pun bisa kembali ke pasar bursa ataupun rupiah. Dengan demikian, pasar bursa saham dan rupiah diharapkan akan sama-sama ketiban untung dan menguat.

Selain itu, perhatian investor juga tertuju kepada rilis neraca dagang China sekaligus ekspor dan impor yang akan diumumkan pagi hari ini.

Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics, neraca dagang China pada Juni akan meningkat menjadi US$74,8 miliar. Pada bulan sebelumnya neraca dagang China sebesar US$65,8n miliar.

Sementara ekspor diperkirakan terkoreksi 9% pada Juni. Angka ini jauh lebih besar dari koreksi 7,5% pada bulan lalu. Sedangkan impor diperkirakan terkoreksi 4%. Impor yang negatif menandakan bahwa tingkat daya beli China masih lesu.

Hal ini bisa memberikan efek negatif kepada perdagangan Indonesia, Sebab China adalah salah satu negara tujuan ekspor terbesar Indonesia terutama untuk pasar komoditas andalan seperti batu bara dan minyak kelapa sawit.

Di tengah kabar positif dari AS, harga batu bara justru memberi kabar buruk  Harga batu bara terkapar hingga menyentuh titik terendah sejak 29 Juni 2021 atau terendah dalam dua tahun terakhir. Untuk pertama kalinya sejak Mei 2022 atau setahun lebih, harga batu bara juga jatuh selama tujuh hari beruntun.

Merujuk data Refinitiv, harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle pada perdagangan Rabu (12/7/2023) ditutup di posisi US$ 128,05 per ton. Harganya ambles 4,44%. Posisi penutupan kemarin adalah yang terendah sejak 29 Juni 2021 di mana harga batu bara menyentuh US$ 124,25 per ton.

Sepanjang Juli atau dalam tujuh hari terakhir harga batu bara selalu ditutup di zona merah, hingga terkapar 17,09%. Sejak awal tahun, harga batu bara telah terjun bebas 67%.

Ambruknya harga batu bara bisa membebani laju emiten batu bara serta bursa saham hari ini.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular