Newsletter

AS & China Ramai-Ramai Tenggelamkan Rupiah, Perlukah Panik?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Selasa, 11/07/2023 05:55 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah Melemah (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)
  • IHSG menguat sementara mata uang rupiah babak belur pada perdagangan kemarin
  • Wall Street mengakhiri tren negatif dengan menguat pada perdagangan kemarin
  • Pelemahan rupiah, lesunya ekonomi China, dan ekspektasi kenaikan suku bunga di AS bisa membuat pasar keuangan RI tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan awal pekan, Senin (10/7/2023), Pasar saham mampu menguat sedangkan rupiah layu.

Pelemahan rupiah bisa membuat pasar keuangan RI makin tertekan pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Senin (10/7/2023), meski ada sentimen negatif dari China, di mana inflasinya kembali menurun pada Juni 2023.
Hingga akhir perdagangan hari ini, IHSG menguat 0,22% ke posisi 6.731,04. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.700 hingga akhir perdagangan.


Sektor properti menjadi kontributor terbesar penguatan IHSG yakni sebesar 2,25%. Selain itu, sektor energi juga menjadi leader IHSG yakni sebesar 1,14%.
Sementara saham yang menjadi leader sepanjang perdagangan kemarin adalah BYAN dengan indeks poin 2,96. Kemudian ada tiga bank besar yakni BBRI (2,73 indeks poin), BMRI (2,41 indeks poin), dan BBCA (1,67 indeks poin).

Kinerja positif IHSG terjadi saat inflasi China mengalami penurunan kembali pada Juni. Inflasi China turun ke level nol menegaskan pelemahan permintaan dan menambah kekhawatiran terhadap ancaman deflasi.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional (NBS) China, melaporkan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) tidak berubah atau 0 pada Juni 2023 dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi dalam survei ekonom yang memperkirakan inflasi sebesar 0,2% dan dibandingkan dengan angka Mei lalu sebesar 0,2% (yoy). Sedangkan CPI inti, yang tidak termasuk biaya makanan dan energi yang bergejolak, melambat menjadi 0,4%, dari 0,6%.

Di kawasan Asia IHSG tidak sendiri menguat, ada Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,62% ke posisi 18.479,721, Shanghai Composite China bertambah 0,22% ke 3.203,7, dan Straits Times Singapura tumbuh 0,31% ke 3.149,32.

Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,61% ke 32.189,699, ASX 200 Australia terkoreksi 0,54% ke 7.004, dan KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,24% menjadi 2.520,7.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah untuk empat hari berturut-turut. Rupiah menutup data perdagangan berada di level Rp 15.190/US$ pada Senin (10/7/2023).

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto, mengungkapkan, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bersamaan juga dengan mata uang negara Asia lainnya, kecuali baht Thailand dan rupee India.
Penyebab rupiah tersungkur dalam empat hari beruntun, kata Edi karena adanya faktor eksternal yang berasal dari AS dan China.

Pertama, Edi merinci, sentimen bahwa bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan masih akan hawkish, bahkan diperkirakan Fed Fund Rate (FFR) masih akan naik dua kali lagi sampai akhir tahun.
Kedua, yakni perkembangan data ekonomi baik di Uni Eropa dan China yang berada di bawah ekspektasi pasar.


(ras/ras)
Pages