
AS & China Ramai-Ramai Tenggelamkan Rupiah, Perlukah Panik?

IHSG menguat pada perdagangan kemarin, tapi tampaknya hari ini IHSG akan menemui tantangan karena beberapa sentimen yang cenderung negatif.
IHSG diperkirakan masih akan bergerak di rentang 6.700 sebagai support hingga 6.760 sebagai resisten terdekat.
Sentimen pertama dari luar negeri berasal dari China, di mana rilis inflasi menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut masih belum kuat untuk pulih.
Berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional (NBS) China, melaporkan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) turun menjadi 0% pada Juni 2023 (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Mei lalu sebesar 0,2%.
Angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi dalam survei ekonom yang memperkirakan inflasi sebesar 0,2% dan dibandingkan dengan angka Mei lalu sebesar 0,2% (yoy). Sedangkan CPI inti, yang tidak termasuk biaya makanan dan energi yang bergejolak, melambat menjadi 0,4%, dari 0,6%.
Secara bulanan (month to month/mtm), China mengalami deflasi 0,2% pada Juni. Artinya, deflasi terus terjadi dalam lima hari beruntun.
Data inflasi ini menambah bukti bahwa pemulihan ekonomi China tengah kehilangan momentum. Kekhawatiran deflasi telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, membebani kepercayaan konsumen.
Tentu saja daya beli yang lesu di China akan menjadi berbahaya bagi Indonesia, terutama untuk ekspor. China adalah pasar ekspor terbesar Indonesia, kala ekonomi lesu permintaan barang dikhawatirkan menurun sehingga akan berdampak menurunnya potensi capital flow ke Indonesia.
Adapun untuk inflasi produsen berdasarkan producer price index (PPI) China juga turun lebih cepat yaitu 5,4% (yoy), dibandingkan penurunan pada Mei lalu dan sebagai laju terdalam sejak Desember 2015.
Ahli Statistik NBS, Dong Lijuan memaparkan bahwa deflasi harga produsen dipicu oleh penurunan harga komoditas internasional yang berkepanjangan. Penurunan harga minyak dan batu bara yang terus berlanjut.
Kemudian, investor saat ini menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Rabu dan Kamis pekan ini. Data inflasi AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat, sedangkan data PPI akan dirilis esok harinya.
Konsensus ekonom menyebut, inflasi tahunan AS per Juni turun menjadi 3,1% dari 4% pada bulan sebelumnya , dan menandai laju tahunan paling lambat sejak Maret 2021.
Inflasi inti tahunan juga diperkirakan akan melandai ke 5% dari bulan sebelumnya 5,3%.
Sementara inflasi produsen diproyeksikan naik 0,2% pada Juni, setelah turun 0,3% pada Mei.
PPI kemungkinan naik hanya 0,2% dari posisi tahun lalu, yang akan menandai kenaikan tahunan terkecil sejak September 2020, dan dibandingkan dengan puncak 11,7% pada Maret tahun lalu.
(ras/ras)