Newsletter

'Perang' Amerika-China Makin Panas, Semoga RI Baik-Baik Saja

Putra, CNBC Indonesia
05 July 2023 06:00
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kiri) berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing pada 19 Juni 2023.
Foto: Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kiri) berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing pada 19 Juni 2023. (AFP/LEAH MILLIS)

- IHSG kembali tertahan di bawah level 6.700, sedangkan nilai tukar rupiah sukses menguat terhadap dollar AS.

- Wall Street libur pada Selasa (4/7) waktu setempat untuk memperingati Fourth of July atau hari kemerdekaan AS.

- Aksi pembatasan ekspor dan transfer teknologi semikonduktor antara China dan AS bisa membuat gelisah investor global

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi setelah sempat menyentuh level psikologis 6.700 pada Selasa (4/7/2023). Berbeda, nilai tukar rupiah sukses tampil perkasa di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Pasar keuangan Indonesia rawan tertekan pada hari ini sejalan dengan banyaknya kabar negatif. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG ditutup merosot 0,22% ke posisi 6.681,754, usai sempat menembus 6.713 di awal perdagangan Selasa. Nilai transaksi kembali sepi, masih di bawah Rp10 triliun, yakni Rp7,9 triliun.

Volume perdagangan 17,43 miliar saham. Kendati melemah, sebanyak 313 saham naik, 233 turun, dan 191 stagnan.

Secara sektoral, sektor properti (IDXPROPERT) dan sektor teknologi (IDXTECHNO) menjadi pemberat, masing-masing minus 0,44% dan 0,27%.

Pelaku pasar masih mencerna dan menakar implikasi dari melandainya inflasi terhadap kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan kaitannya dengan aliran modal ke pasar saham.
Inflasi yang rendah bisa membuat investor tidak lagi begitu khawatir terhadap suku bunga.

Berdasarkan data BPS, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2023 tercatat sebesar 0,14% (month-to-month/mtm), sehingga IHK secara tahunan menjadi 3,52% (year-on-year/yoy), lebih rendah dari inflasi IHK bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,00% (yoy).

Ke depan, BI juga meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023.Namun, ekonom melihat BI masih ogah memangkas suku bunga tahun ini.

Dalam jajak pendapatReutersyang dilakukan pada 14-19 Juni lalu, hampir dua pertiga dari responden, 15 dari 23, mengatakan, BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,75% selama sisa tahun ini. Adapun, 8 ekonom memperkirakan ada pemangkasan suku bunga pada 2023.

Perkembangan ekonomi terbesar kedua dunia, China, juga tak luput dari perhatian investor. Ini karena China adalah salah satu mitra dagang dan investasi utama Indonesia.

Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah mengungkapkan, kontraksi 1% ekonomi China dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3% hingga 0,6%.

Aktivitas pabrik di China mengalami kontraksi 3 bulan berturut pada Juni 2023, sementara aktivitas non-manufaktur berada pada titik paling lemah sejak Beijing memutuskan menghentikan kebijakan ketat nol-Covid di akhir tahun 2022 lalu.
Data terbaru menunjukkan pemulihan yang tidak merata telah terjadi di negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Ini akibat momentum pertumbuhannya melemah.

Data dari Biro Statistik Nasional yang dirilis pada Jumat (30/6/2023) menyebut indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur resmi masuk di level 49,0 pada Juni, dibandingkan dengan 48,8 pada Mei dan 49,2 pada April.

Adapun, PMI manufaktur China versi Caixin/S&P Global, yang dirilis Senin (3/7), turun menjadi 50,5 di Juni dari 50,9 di Mei, kendati masih berada di area ekspansi (>50).

Sementara, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS, sehingga kembali turun ke bawah level psikologis Rp 15.000/US$. Penguatan rupiah seiring dengan pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang disinyalir akibat menjelang libur hari Kemerdekaan Negeri Paman Sam.

Merujuk data Refinitiv, rupiah di pasar spot ada di posisi Rp 14.990/US$. Rupiah menguat 0,2%. Mata uang garuda telah menguat 4% dibanding dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2023.

Rupiah mampu membalikkan arah dari pembukaan pasar yang awalnya berada di zona merah dan mampu ditutup menguat. Perdagangan kemarin, Senin (3/7/2023), rupiah ditutup melemah 0,2% ke posisi Rp 15.020/US$.

Pelemahan ini disinyalir akibat libur pasar AS berpotensi sehingga menyebabkan dana keluar, khususnya di pasar keuangan. Pelaku pasar cenderung memiliki sikap mengamankan asetnya dalam bentuk kas untuk mencegah tertahan selama pasar libur.

Selain itu, Eko Listiyanto, Wakil Direktur INDEF, memandang dinamika rupiah disebabkan oleh tantangan global sepanjang 2023 ini.Beliau menambahkan pergerakan rupiah akan cukup stabil berada di kisaran Rp 15.000/US$.

Eko mengatakan, "Dari sisi nilai tukar fluktuasinya, tidak seganas tahun lalu sampai akhir tahun." Secara jangka panjang, beliau merasa mata uang rupiah akan cukup stabil yang didukung oleh penurunan inflasi yang konsisten.

Inflasi utama Juni lebih rendah 3,52% secara tahunan (year on year/yoy). Nilai ini menjadi level inflasi terendah dalam 14 bulan. 
Hal ini menjadi potensi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunganya lebih awal, menurut beberapa ekonom. Inflasi di Indonesia berangsur-angsur mereda sejak mencapai puncaknya September lalu sebesar 5,95%.

Selain itu, pelemahan dolar juga disebabkan oleh manufaktur AS yang merosot pada bulan Juni. Melansir Reuters, Institute for Supply Management (ISM) mengatakan PMI manufakturnya turun menjadi 46,0 dari bulan Mei 46,9, atau terendah sejak Mei 2020.

Pelemahan ISM dapat menggambarkan adanya indikasi perekonomian AS menghadapi resesi. Hal ini akan bisa menjadi tanda bahwa inflasi mulai terkendali, sehingga aka nada potensi AS menurunkan suku bunganya.

Namun, data lain menunjukkan bahwanon-farm payrollatau gaji non pertanian menunjukkan adanya peningkatan. Data ini dapat menjadi acuan pertumbuhan ekonomi AS yang akan berdampak pada inflasi. Data ini cukup mengkhawatirkan pelaku pasar akan potensi The Fed kembali mengerek suku bunganya.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street libur untuk memperingati Fourth of July atau Hari Kemerdekaan Negeri Paman Sam pada Selasa waktu setempat (4/7).

Pada Senin, memasuki awal paruh kedua tahun ini, tiga indeks utama Wall Street kompak menguat. Wall Street sendiri hanya buka sampai pukul 1 siang waktu setempat kemarin.
Indeks Dow Jones naik 0,03%, S&P 500 terapresiasi 0,12% dan Nasdaq menguat 0,21%.

Kenaikan Nasdaq terjadi berkat lonjakan harga saham Tesla hingga 6,9% setelah produsen kendaraan listrik (EV) itu melaporkan angka pengiriman dan produksi yang mengalahkan ekspektasi analis.

Saham EV lainnya, termasuk Rivian, Fisker dan Lucid, naik bersamaan. 

Pasar saham Negeri Paman Sam mengalami kenaikan signifikan selama semester I 2023. Pada Jumat (30/6) pekan lalu, Nasdaq Composite menutup kenaikan paruh pertama terbesarnya sejak 1983, melonjak 31,7%.

Sedangkan, S&P 500 melonjak 15,9% untuk paruh pertama terbaiknya sejak 2019. Dow Jones Industrial Average tertinggal, hanya naik 3,8% selama periode tersebut.
Lonjakan itu datang seiring antusiasme investor seputar kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mendorong saham teknologi.

Data terbaru menunjukkan ekonomi AS yang tangguh meskipun tingkat yang lebih tinggi juga mengangkat sentimen investor, meredakan beberapa kekhawatiran di Wall Street akan penurunan yang telah lama ditunggu-tunggu.

"Tailwind dari perspektif teknis mungkin berakhir, karena pesimisme secara umum memudar, tetapi ada indikasi yang berkembang bahwa peralihan dari teknis ke fundamental dimungkinkan, dengan data makro dan laba yang menggembirakan," kata Mark Hackett, kepala penelitian investasi Nationwide di catatan pada Jumat, dikutip CNBC International, Senin (3/7).

"Investor berkata, 'Anda tahu, mungkin sekarang adalah waktu untuk mengubah pola pikir saya dari 'Oh tidak' menjadi FOMO," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research, merujuk pada istilah rasa takut ketinggalan.

"Alih-alih terlalu khawatir, mungkin investor ingin memastikan, mereka tidak kehilangan potensi positif di paruh kedua [2023] sekarang karena paruh pertama tahun ini telah memberi awal yang baik," imbuh Sam.
Data teranyar, indeks PMI manufaktur ISM AS pada Juni sedikit lebih buruk dari yang diharapkan. Pembacaan PMI pada Juni sekali lagi di bawah 50, menandakan bahwa aktivitas ekonomi sedang menurun. Di akhir pekan, investor akan mencemati data di pasar kerja AS.

Di tengah sepinya pasar saham domestik akhir-akhir ini, tensi antara AS dan China naik turun seiring kedua raksasa dunia tersebut saling berbalas 'serangan' soal industri teknologi semikonduktor.

Pasar keuangan global tentu tak mau dua ekonomi terbesar dunia tersebut berlarut-larut dalam selisih paham bilateral karena akan menimbulkan ketidakpastian yang lebih lanjut di saat dunia sedang berjuang melawan inflasi tinggi.

Kabar teranyar, melansir Wall Street Journal (WSJ), Senin (4/7), China menerapkan pembatasan ekspor pada dua mineral yang menurut AS sangat penting untuk produksi semikonduktor, sistem rudal, dan sel surya. Ini bisa jadi bentuk pamer 'otot' ala China menjelang pembicaraan ekonomi antara dua negara tersebut.

Mineral yang dimaksud, yakni gallium dan germanium, bersama dengan lebih dari lusinan material terkait lainnya akan tunduk pada kontrol ekspor yang tidak dijelaskan secara rinci mulai 1 Agustus mendatang, seperti yang diumumkan oleh Kementerian Perdagangan Beijing pada Senin.

Berkaitan dengan itu, pernyataan Kementerian Perdagangan China menyebut soal melindungi keamanan dan kepentingan nasional dan mengatakan, beberapa pemberlakuan ekspor di masa depan akan memerlukan tinjauan oleh badan pemerintah tertinggi, yakni Dewan Negara.

Pembatasan baru pada gallium dan germanium mempengaruhi logam khusus yang diproduksi dan disuling utamanya di China, memberikan keuntungan di sektor-sektor terkini.

Kendati tidak diperdagangkan dalam jumlah besar, keduanya tetap memiliki manfaat penting bagi industri-industri tertentu, terutama dalam produksi semikonduktor yang seringkali dirancang untuk digunakan di AS, meskipun diproduksi di Taiwan dan Korea Selatan.

"Tindakan ini akan segera berdampak luas pada industri semikonduktor, terutama terkait dengan chip berkinerja tinggi," kata Alastair Neill, anggota dewan Critical Mineral Institute yang memiliki pengalaman hampir 30 tahun dalam industri logam China, dikutip WSJ, Senin (4/7).

Sejurus dengan itu, pemerintahan Biden sedang bersiap untuk membatasi akses perusahaan China ke layanan komputasi awan AS, demikian menurut sumber anomim kepada WSJ, Senin (4/7). Ini menjadi sebuah langkah yang, seperti disinggung di atas, dapat memperburuk hubungan antara dua kekuatan ekonomi dunia itu.

Aturan baru tersebut, jika diterapkan, kemungkinan akan membuat penyedia layanan komputasi awan AS macam Amazon.com dan Microsoft perlu meminta izin pemerintah AS sebelum mereka menyediakan layanan komputasi awan yang menggunakan chip kecerdasan buatan tingkat lanjut kepada pelanggan China.

Rencana pembatasan tersebut ini dipandang sebagai cara untuk menutup celah yang signifikan. Para analis keamanan nasional AS memperingatkan, perusahaan-perusahaan kecerdasan buatan (AI) China mungkin telah menghindari peraturan pembatasan ekspor yang ada saat ini dengan menggunakan layanan komputasi awan.

Layanan-layanan itu memungkinkan pelanggan untuk memperoleh kemampuan komputasi yang kuat tanpa harus membeli peralatan canggih-termasuk chip-yang masuk dalam daftar kendali, seperti chip A100 dari perusahaan teknologi Amerika, Nvidia.

Departemen Perdagangan AS diperkirakan akan mengumumkan tindakan ini dalam beberapa minggu mendatang sebagai bagian dari ekspansi kebijakan kontrol ekspor semikonduktor yang diterapkan pada Oktober, ungkap para sumber.

Pembicaraan soal restriksi ekspor tersebut, yang kedua belah pihak mengklaim ditujukan untuk melindungi keamanan nasional, menjadi sorotan dalam pembicaraan tingkat tinggi antara kedua pemerintah.

Isu ini kemungkinan akan menjadi fokus utama ketika Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengunjungi Beijing minggu ini, dan jika Menteri Perdagangan, Gina Raimondo, melakukan kunjungan yang diharapkan dalam beberapa bulan mendatang.

Kunjungan Janet Yellen ke Beijing pada 6-9 Juli merupakan kunjungan pertamanya sebagai Menteri Keuangan dan merupakan upaya terbaru oleh AS-China untuk memulihkan komunikasi bilateral, meskipun adanya pembatalan kunjungan sebelumnya dan ketegangan yang berlanjut terkait perdagangan semikonduktor dan barang teknologi tinggi lainnya.

Para analis industri melihat pola tindakan balasan satu sama lain alias tit-for-tat pattern.

"Jika Anda tidak mengirimkan chip kelas atas ke China, China akan merespons dengan tidak mengirimkan elemen kinerja tinggi yang Anda butuhkan untuk chip tersebut," kata Neill kepada WSJ, sembari menambahkan, biasanya Beijing mencoba menyamakan tindakan perdagangan AS dengan tindakan balasan proporsional yang setara.

Sebelumnya, pada Oktober tahun lalu, AS menghentikan ekspor peralatan teknis yang digunakan untuk memproduksi semikonduktor canggih ke China, dan mengajak sekutu seperti Korea Selatan dan Belanda untuk melakukan hal yang sama.

Beijing memperingatkan perusahaan-perusahaannya untuk mempertimbangkan implikasi keamanan nasional dari ekspor ke AS.

China juga melarang penggunaan produk yang dibuat oleh Micron, produsen chip memori terbesar di AS, dalam perusahaan infrastruktur-informasi pentingnya.

Selain kabar China-AS di atas, data PMI sektor jasa sejumlah negara, seperti Australia hingga Jerman, rapat kebijakan bank sentral Eropa (ECB) hingga cum dividen sejumlah emiten juga akan ikut menjadi fokus investor pasar saham RI hari ini.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data ekonomi pada hari ini:

- PMI sektor jasa (Australia, Jepang, China, Spanyol, Jerman, UE, dll)

- Rapat kebijakan non-moneter bank sentral Eropa (ECB) (14.00 WIB)

- Inflasi Turki per Juni (14.00 WIB)

- Pesanan pabrik AS (21.00 WIB)

 

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

- Cum date rights issue AGRS

- Cum date rights issue MIDI

- Cum dividen AMAG

- Cum dividen AMFG

- Cum dividen ASRM

- Cum dividen BIRD

- Cum dividen CFIN

- Cum dividen DVLA

- Cum dividen GPRA

- Cum dividen LSIP

- Cum dividen SIMP

- Cum dividen TRJA

- Cum dividen UNVR

 

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article "The Moment of Truth", Pasar RI Bakal Pesta atau Menderita?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular