
OMG! Ada Ancaman "Kiamat" Baru Lagi, WTO Teriak

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelangkaan sejumlah barang yang terjadi di sejumlah negara di dunia membuat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) buka suara. Direktur Jenderal Ngozi Okonjo-Iweala mengakui telah mengevaluasi rantai pasokan global di tengah sejumlah kemacetan yang kini terjadi.
"Ada konsentrasi manufaktur yang berlebihan di beberapa negara tertentu," katanya dalam wawancara dengan CNBC International, di sela-sela pertemuan negara ekonomi utama dunia, G-7 di Hiroshima, Jepang, dikutip Senin (22/5/2023).
"Saya setuju bahwa kita perlu membangun ketahanan, bahwa dunia tidak dapat bergantung pada beberapa negara untuk beberapa produk utama," tegasnya.
Ia mencontohkan obat-obatan dan kelangkaan vaksin Covid-19 di daerah impor tertentu. Hal ini, tegasnya, karena produsen memberlakukan pembatasan ekspor selama pandemi.
Dia juga merujuk pada kekurangan chip semi-konduktor di seluruh dunia,. Situasi kritis ini menciptakan kemacetan manufaktur di industri teknologi dan otomotif.
Karenanya, ia menyampaikan diversifikasi di negara-negara berkembang untuk secara bersamaan meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka dan memenuhi persyaratan pasokan global penting dilakukan.
"Mari kita reglobalisasi dengan menempatkan industri yang beragam di negara-negara ini. Kita 'membunuh dua burung dengan satu batu'. Salah satunya adalah kita membangun ketahanan global lebih dari sekadar tetangga dan teman kita, karena Anda tidak pernah tahu siapa teman Anda," tegasnya.
"Temanmu hari ini bisa jadi bukan temanmu besok," tambahnya.
"Mari kita cari area di mana kita memiliki lingkungan yang tepat, diversifikasi dan gunakan itu untuk membawa mereka dari pinggiran ke sistem global. Itu akan memacu kembali pertumbuhan di negara-negara tersebut dan di dunia," jelasnya lagi.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) sendiri diketahui membuat Undang-Undang Pengurangan Inflasi. Ini terdiri dari paket undang-undang pajak, kesehatan, dan iklim hijau yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden pada Agustus tahun lalu.
Aturan memperkenalkan subsidi untuk menggembleng produksi dalam negeri kendaraan listrik. Namun saat yang sama membuka "kekhawatiran serius" di Uni Eropa (UE) atas prospek barang ekspor ke Paman Sam.
Nasib perdagangan Barat dengan pusat manufaktur utama China juga dipertanyakan. Meskipun para pemimpin dunia di G-7 secara eksplisit menyatakan kembali bahwa mereka tidak mengejar kebijakan 'pemisahan ekonomi dari Beijing 'dalam komunike terakhir mereka pada hari Sabtu, namun sejumlah fakta di lapangan berkata lain.
"Pendekatan kebijakan kami tidak dirancang untuk merugikan China dan kami juga tidak berusaha menggagalkan kemajuan dan pembangunan ekonomi China," kata negara-negara G7.
"Pertumbuhan China yang bermain dengan aturan internasional akan menjadi kepentingan global. Kami tidak memisahkan atau memutar ke dalam," tegas AS di G7.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan China, 'Kiamat' Babi Ancam Jerman
