JPMorgan Ramal Pasar RI Bisa Cuan Melimpah, Ini Penyebabnya

Putra, CNBC Indonesia
04 July 2023 20:00
(FILES) In this file photo taken on May 15, 2012 people walk past the JP Morgan Chase  Building on Park Avenue in New York. - Major US banks reported mixed fourth-quarter results Friday as executives pointed to the rising odds of a
Foto: AFP/TIMOTHY A. CLARY

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar Asia Tenggara berpotensi diuntungkan seiring adanya pergeseran rantai pasokan dari China ke regional tersebut. Indonesia menjadi salah satu yang siap menerima aliran investasi asing langsung (FDI).

Saat ini, China sedang mengalami perlambatan ekonomi. Aktivitas pabrik di China, misalnya, mengalami kontraksi 3 bulan berturut pada Juni 2023.

Sementara aktivitas non-manufaktur berada pada titik paling lemah sejak Beijing memutuskan menghentikan kebijakan ketat nol-Covid di akhir tahun 2022 lalu.

Data terbaru menunjukkan pemulihan yang tidak merata telah terjadi di negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Ini akibat momentum pertumbuhannya melemah.

Data dari Biro Statistik Nasional yang dirilis pada Jumat (30/6/2023) menyebut indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur resmi masuk di level 49,0 pada Juni, dibandingkan dengan 48,8 pada Mei dan 49,2 pada April.

Adapun, PMI manufaktur China versi Caixin/S&P Global, yang dirilis Senin (3/7), turun menjadi 50,5 di Juni dari 50,9 di Mei, kendati masih berada di area ekspansi (>50).

"Banyak data ekonomi baru-baru ini menunjukkan, pemulihan China belum menemukan pijakan yang stabil, karena masalah utama termasuk kurangnya pendorong pertumbuhan internal, permintaan yang lemah, dan prospek yang meredup tetap ada," kata Wang Zhe, ekonom senior di Caixin Insight Group, dikutip CNBC International, Senin (3/7).

Menurut ahli strategis ekuitas Southeast Asia dan emerging markets (EM) di JPMorgan Chase & Co Rajiv Batra, kendati perlambatan ekonomi terbesar kedua negara tersebut berdampak pada eksportir di kawasan Asia Tenggara, tetapi ada semacam bantalan berupa pergeseran rantai pasok ke wilayah tersebut.

"Asia Tenggara tetap di sweet spot," kata Rajiv Batra, dikutip Bloomberg, Selasa (4/7).

JPMorgan menyematkan peringkat overweight ke Indonesia dan Vietnam karena kedua pasar tersebut berada di garis terdepan dalam menarik arus investasi asing langsung (FDI) dari pergeseran rantai pasokan serta friend-shoring dan nearshoring.

Informasi saja, menurut The New York Times (18 November 2022), friend-shoring merupakan sepupu dari reshoring dan onshoring dan saudara dari nearshoring adalah istilah dari praktik relokasi rantai pasokan ke negara-negara di mana risiko gangguan dari kekacauan politik rendah.

Sementara, bank asal Amerika Serikat (AS) tersebut memberikan rating netral terhadap Singapura, sedangkan untuk Malaysia dan Filipina underweight.

IHSG, MSCI ASEAN Masih Tertekan

Indeks saham MSCI ASEAN merosot sekitar 3,5% tahun ini, tertinggal dari indeks EM global MSCI yang telah mencatatkan return sekitar 5% dibandingkan periode yang sama.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih minus 2,39% year to date (YtD), usai mengalami euforia commodities boom tahun lalu.

Kendati pasar saham masih tertekan, JPMorgan meramal, bank sentral Asia Tenggara diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada paruh kedua 2023.

Bank sentral di kawasan ini tidak menaikkan suku bunga sebanyak bank sentral di pasar berkembang global karena inflasi yang lebih jinak, sehingga mereka kemungkinan akan mengumumkan sedikit penurunan suku bunga setelah jeda di paruh kedua.

Dengan demikian, secara tidak langsung hal tersebut akan menguntungkan pasar saham domestik, yang saat ini butuh katalis positif untuk membalik kinerja negatif menjadi positif.

Investor, termasuk asing, tampaknya masih sembari menimbang-nimbang untuk masuk ke pasar saham RI.

Alasannya beragam, salah satunya soal kontestasi pemilihan presiden dalam Pemilu 2024. Investor tentu membutuhkan sosok capres yang pro-investasi dan mampu menjaga momentum pemulihan ekonomi RI.

Kalau dilihat, ada beberapa hal yang menguntungkan pasar saham RI saat ini

Sebut saja, valuasi IHSG yang terbilang murah (rasio P/E 13-14 kali) dibandingkan rerata historis dan pasar Asia, reli saham AS yang sudah tinggi, yang seharusnya bisa menjadi kesempatan aliran dana beralih ke pasar berkembang (EM), termasuk Indonesia, hingga dimulainya rilis kinerja keuangan kuartal II-2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular