'Perang' Amerika-China Makin Panas, Semoga RI Baik-Baik Saja
- IHSG kembali tertahan di bawah level 6.700, sedangkan nilai tukar rupiah sukses menguat terhadap dollar AS.
- Wall Street libur pada Selasa (4/7) waktu setempat untuk memperingati Fourth of July atau hari kemerdekaan AS.
- Aksi pembatasan ekspor dan transfer teknologi semikonduktor antara China dan AS bisa membuat gelisah investor global
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi setelah sempat menyentuh level psikologis 6.700 pada Selasa (4/7/2023). Berbeda, nilai tukar rupiah sukses tampil perkasa di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Pasar keuangan Indonesia rawan tertekan pada hari ini sejalan dengan banyaknya kabar negatif. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG ditutup merosot 0,22% ke posisi 6.681,754, usai sempat menembus 6.713 di awal perdagangan Selasa. Nilai transaksi kembali sepi, masih di bawah Rp10 triliun, yakni Rp7,9 triliun.
Volume perdagangan 17,43 miliar saham. Kendati melemah, sebanyak 313 saham naik, 233 turun, dan 191 stagnan.
Secara sektoral, sektor properti (IDXPROPERT) dan sektor teknologi (IDXTECHNO) menjadi pemberat, masing-masing minus 0,44% dan 0,27%.
Pelaku pasar masih mencerna dan menakar implikasi dari melandainya inflasi terhadap kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan kaitannya dengan aliran modal ke pasar saham.
Inflasi yang rendah bisa membuat investor tidak lagi begitu khawatir terhadap suku bunga.
Berdasarkan data BPS, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2023 tercatat sebesar 0,14% (month-to-month/mtm), sehingga IHK secara tahunan menjadi 3,52% (year-on-year/yoy), lebih rendah dari inflasi IHK bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,00% (yoy).
Ke depan, BI juga meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023.Namun, ekonom melihat BI masih ogah memangkas suku bunga tahun ini.
Dalam jajak pendapatReutersyang dilakukan pada 14-19 Juni lalu, hampir dua pertiga dari responden, 15 dari 23, mengatakan, BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,75% selama sisa tahun ini. Adapun, 8 ekonom memperkirakan ada pemangkasan suku bunga pada 2023.
Perkembangan ekonomi terbesar kedua dunia, China, juga tak luput dari perhatian investor. Ini karena China adalah salah satu mitra dagang dan investasi utama Indonesia.
Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah mengungkapkan, kontraksi 1% ekonomi China dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3% hingga 0,6%.
Aktivitas pabrik di China mengalami kontraksi 3 bulan berturut pada Juni 2023, sementara aktivitas non-manufaktur berada pada titik paling lemah sejak Beijing memutuskan menghentikan kebijakan ketat nol-Covid di akhir tahun 2022 lalu.
Data terbaru menunjukkan pemulihan yang tidak merata telah terjadi di negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Ini akibat momentum pertumbuhannya melemah.
Data dari Biro Statistik Nasional yang dirilis pada Jumat (30/6/2023) menyebut indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur resmi masuk di level 49,0 pada Juni, dibandingkan dengan 48,8 pada Mei dan 49,2 pada April.
Adapun, PMI manufaktur China versi Caixin/S&P Global, yang dirilis Senin (3/7), turun menjadi 50,5 di Juni dari 50,9 di Mei, kendati masih berada di area ekspansi (>50).
Sementara, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS, sehingga kembali turun ke bawah level psikologis Rp 15.000/US$. Penguatan rupiah seiring dengan pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang disinyalir akibat menjelang libur hari Kemerdekaan Negeri Paman Sam.
Merujuk data Refinitiv, rupiah di pasar spot ada di posisi Rp 14.990/US$. Rupiah menguat 0,2%. Mata uang garuda telah menguat 4% dibanding dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2023.
Rupiah mampu membalikkan arah dari pembukaan pasar yang awalnya berada di zona merah dan mampu ditutup menguat. Perdagangan kemarin, Senin (3/7/2023), rupiah ditutup melemah 0,2% ke posisi Rp 15.020/US$.
Pelemahan ini disinyalir akibat libur pasar AS berpotensi sehingga menyebabkan dana keluar, khususnya di pasar keuangan. Pelaku pasar cenderung memiliki sikap mengamankan asetnya dalam bentuk kas untuk mencegah tertahan selama pasar libur.
Selain itu, Eko Listiyanto, Wakil Direktur INDEF, memandang dinamika rupiah disebabkan oleh tantangan global sepanjang 2023 ini.Beliau menambahkan pergerakan rupiah akan cukup stabil berada di kisaran Rp 15.000/US$.
Eko mengatakan, "Dari sisi nilai tukar fluktuasinya, tidak seganas tahun lalu sampai akhir tahun." Secara jangka panjang, beliau merasa mata uang rupiah akan cukup stabil yang didukung oleh penurunan inflasi yang konsisten.
Inflasi utama Juni lebih rendah 3,52% secara tahunan (year on year/yoy). Nilai ini menjadi level inflasi terendah dalam 14 bulan.
Hal ini menjadi potensi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunganya lebih awal, menurut beberapa ekonom. Inflasi di Indonesia berangsur-angsur mereda sejak mencapai puncaknya September lalu sebesar 5,95%.
Selain itu, pelemahan dolar juga disebabkan oleh manufaktur AS yang merosot pada bulan Juni. Melansir Reuters, Institute for Supply Management (ISM) mengatakan PMI manufakturnya turun menjadi 46,0 dari bulan Mei 46,9, atau terendah sejak Mei 2020.
Pelemahan ISM dapat menggambarkan adanya indikasi perekonomian AS menghadapi resesi. Hal ini akan bisa menjadi tanda bahwa inflasi mulai terkendali, sehingga aka nada potensi AS menurunkan suku bunganya.
Namun, data lain menunjukkan bahwanon-farm payrollatau gaji non pertanian menunjukkan adanya peningkatan. Data ini dapat menjadi acuan pertumbuhan ekonomi AS yang akan berdampak pada inflasi. Data ini cukup mengkhawatirkan pelaku pasar akan potensi The Fed kembali mengerek suku bunganya.
(trp/trp)