NEWSLETTER

Awas! Liburan Investor Bisa Nggak Tenang Karena China & AS

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
26 June 2023 06:11
Data Bursa Efek Indonesia
Foto: Karyawan beraktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut  jumlah investor pasar modal telah meningkat 33,53% dari 7,48 juta di akhir tahun 2021 menjadi 10 juta pada 3 November 2022. Secara komposisi umur sebesar 60% didominasi oleh investor di bawah 30 tahun. Tidak berhenti di situ, investor juga didominasi oleh lulusan SMA ke bawah. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Pasar keuangan RI hanya akan dibuka dua hari pada pekan ini karena libur Idul Adha
  • Pendeknya aktivitas perdagangan RI dalam dua hari bisa membuat pasar lesu karena transaksi sedikit
  • Dunia menunggu pidato Jerome Powell untuk mengetahui sinyal The Fed ke depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI membukukan kinerja negatif pada perdagangan terakhir pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah sementara nilai tukar rupiah ambruk.

IHSG terkoreksi 12,53 poin atau 0,19% pada perdagangan Jumat (23/6/2023) di level 6.639,73. Penurunan IHSG pada perdagangan Jumat melanjutkan trend penurunan IHSG sejak sebulan terakhir.

Pada perdagangan Jumat terdapat 358 saham yang melemah, 213 saham tidak bergerak dan hanya 168 saham yang menguat.

Transaksi pada hari Jumat relatif lebih sepi dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, melibatkan sekitar 18 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 985 juta kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp8,75 triliun.

Penurunan IHSG pada hari Jumat ditekan hampir semua sektor kecuali dua sektor yakni IDX Basic Industry menguat 0,72% dan IDX Non-Clyclical naik 0,33%.
Investor kembali dibuat kecewa setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve  (The Fed) menegaskan kebijakan hawkishnya tahun ini.

Ketua The Fed, Powell, juga telah menegaskan kemungkinan adanya peningkatan suku bunga untuk menurunkan inflasi lebih lanjut. Meskipun pada pertemuan FOMC pekan lalu suku bunga tidak dinaikkan, namun kemungkinan kenaikan suku bunga masih besar menurut Powell.

The Fed memperkirakan akan ada dua kenaikan suku bunga tambahan hingga akhir tahun 2023. Sementara itu, Bank of England (BoE) baru saja menaikkan suku bunga acuannya karena inflasi yang masih tinggi di Inggris. Inflasi yang jauh di atas target BoE memberikan tekanan bagi bank sentral untuk menjaga kebijakan moneter yang ketat.

Selain itu, pekan lalu bank Sentral Eropa (ECB) juga kembali menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 22 tahun pada Kamis (15/6/2023) dan tetap membuka peluang untuk kenaikan lebih lanjut demi menjinakkan inflasi.

ECB meningkatkan suku bunga utamanya untuk kedelapan kalinya berturut-turut, sebesar 25 basis poin menjadi 3,5%, level tertinggi sejak 2001.

Keputusan Bank Indonesia dengan mempertahankan suku bunga pun belum menjadi penggerak IHSG untuk naik.

Diketahui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Juni 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Dari sisi mata uang, rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (23/6/2023) dengan ditutup melemah 0,37% menjadi Rp 14.990/US$1.
Dalam sepekan, rupiah melemah 0,40%. Artinya, rupiah sudah melemah dalam dua pekan beruntun. Pada pekan lalu, rupiah juga melemah 0,64%

Pelemahan rupiah disebabkan oleh kebijakan pemerintah telah mengumumkan cuti bersama selama dua hari sehingga ada libur panjang dari 28 Juni hingga 30 Juni ditambah hari weekend sabtu 1 Juli dan minggu 2 Juli 2023.

Artinya pada minggu ini, hanya akan ada dua hari efektif perdagangan sehingga tak menutup kemungkinan pelaku pasar akan ambil untung atau profit taking dalam jangka pendek untuk pergi berlibur.

Selain itu, pelemahan rupiah disebabkan oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunganya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis kemarin. Serta kebijakan The Fed yang masih berpotensi hawkish akan meningkatkan spread suku bunga.

Beralih ke pasar obligasi, Yield atau imbal hasil pada mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan. Seri benchmark FR0096 meningkat 0,13%. Kenaikan imbal hasil menandai jika investor tengah menjual SBN sehingga harganya jatuh dan imbal hasil naik.

Dari bursa Amerika Serikat, bursa Wall Street jatuh dan dolar Amerika Serikat (AS) naik pada perdagangan Jumat karena investor mencerna komentar dari pejabat Federal Reserve yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut ke depan.

Indeks saham utama AS membukukan kerugian untuk minggu ini, dengan Nasdaq menghentikan kenaikan beruntun delapan minggu. S&P 500 mengakhiri kenaikan beruntun selama lima minggu.

Presiden Bank Fed San Francisco Mary Daly mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters bahwa dua kenaikan suku bunga lagi tahun ini adalah proyeksi yang "sangat masuk akal".

Ketua Fed Jerome Powell dalam testimoni kepada anggota parlemen AS minggu ini menyarankan bank sentral belum mencapai akhir dari siklus pengetatan kebijakan, sementara dia memberikan sinyal jika The Fed akan melanjutkan kenaikan dengan hati-hati.

Nasdaq memimpin penurunan di Wall Street, dan semua sektor utama S&P 500 berakhir lebih rendah pada perdagangan Jumat.

Dow Jones Industrial Average turun 219,28 poin atau 0,65% menjadi 33.727,43, S&P 500 kehilangan 33,56 poin atau turun 0,77% menjadi 4.348,33 dan Nasdaq Composite tertekan 138,09 poin atau 1,01% menjadi 13.492,52.

Indeks The Pan-European STOXX 600 turun 0,34% dan indeks saham MSCI di seluruh dunia yakni MIWD00000PUS turun 0,95%.

Imbal hasil obligasi pemerintah zona euro turun di tengah berita bahwa aktivitas bisnis Jerman, yang diukur dengan indeks manajer pembelian (PMI) melambat terutama di bulan Juni, sementara aktivitas bisnis Prancis mengalami kontraksi bulan ini untuk pertama kalinya dalam lima bulan.

Di pasar valuta asing, suramnya data aktivitas bisnis dari seluruh dunia juga memperburuk sentimen risiko. Data hari Jumat menunjukkan aktivitas bisnis AS turun ke level terendah tiga bulan di bulan Juni karena pertumbuhan jasa mereda untuk pertama kalinya di tahun ini dan kontraksi di sektor manufaktur semakin dalam.

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Satu yang perlu dicermati pelaku pasar hari ini dan pekan ini adalah pendeknya masa perdagangan bursa dan nilai tukar.

Pasar keuangan RI hanya akan dibuka hari ini dan besok karena  cuti bersama Hari Raya Idul Adha untuk tanggal 28,29,30 Juni mendatang. Dengan libur panjang ini, pasar biasanya tak begitu agresif karena para pelaku pasar sudah mempersiapkan untuk pergi berlibur dan mengambil taking profit pada pekan kemarin.

Liburan panjang ini banyak dimanfaatkan masyarakat untuk fokus berlibur sehingga para pelaku pasar mulai beranjak dari pasar saham. Terbukti pada perdagangan pekan kemarin transaksi yang nampak sepi dengan rata-rata transaksi di bawah RP 10 triliun.

Saat ini investor juga memasang mode wait and see untuk data ekonomi penting terutama dari AS, China, Eropa. Ada banyak data yang bakal rilis pekan ini yang bisa menjadi 'sinyal' ekonomi ke depan serta kemana arah suku bunga bakal melaju.
Perlu diingat, inflasi dan suku bunga yang tinggi masih menjadi momok mengerikan bagi para investor.

Pekan ini, AS juga akan mengumumkan data pembacaan terakhir pertumbuhan ekonomi kuartal I-2023 pada Kamis (29/6/2023). Sebagaimana diketahui, pada rilis data sebelumnya ekonomi AS pada kuartal pertama tahun 2023 tumbuh melambat, jauh dari ekspektasi.
Data pertumbuhan ekonomi ini tentu menjadi penting sebab menggambarkan secara nyata kondisi perekonomian Negeri Paman Sam tersebut.

Kedua, pekan ini akan ada pidato Powell yakni ketua bank sentral paling powerfull di dunia pada Rabu (28/6/2023) pukul 08:30 waktu Indonesia. Ini tentu penting diperhatikan oleh para investor ke mana arah suku bunga berlabuh untuk pertemuan mendatang.

Powell juga telah menegaskan kemungkinan adanya peningkatan suku bunga untuk menurunkan inflasi lebih lanjut. Meskipun pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan lalu suku bunga tidak dinaikkan, namun kemungkinan kenaikan suku bunga masih besar menurut Powell.
Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, The Fed juga merilis dot plot yang menunjukkan suku bunga bisa dinaikkan lagi di sisa tahun ini.

Dot plot tersebut menunjukkan suku bunga bisa berada 5,6% atau di rentang 5,5% - 5,75%. Artinya, masih ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi masing-masing sebesar 25 basis poin.

Dari AS pekan ini juga ada beberapa rilis data penting seperti klaim pengangguran, data penjualan rumah. Situasi di AS akan memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian Indonesia.

Pada akhir pekan ini, Jumat (30/6/2023), China akan merilis data PMI Manufaktur. Ini penting di perhatikan pasalnya rilis data sebelumnya cukup mengecewakan. 
Bulan lalu, Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) turun ke level terendah lima bulan di 48,8 tercatat turun dari 49,2 pada April. Angka PMI ini juga mematahkan perkiraan kenaikan menjadi 49,4.

Jika PMI China terus melambat maka hal ini harus diwaspadai eksportir dan pemerintah Indonesia karena China adalah tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia dan merupakan salah satu investor terbesar di Tanah Air.

Dari dalam negeri sendiri akan merilis data likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) periode Mei 2023 pada hari ini, Senin (26/6/2023). Dimana pada periode April 2023 uang beredar berada di angka 5,50%.
Menarik ditunggu seberapa besar peredaran uang selama Mei atau pasca Lebaran Idul Fitri serta sudah setinggi apa pertumbuhan kredit di Indonesia.

Pada hari ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga akan menggelar konferensi pers APBN kita edisi Juni. Konferensi pers ini akan menjabarkan pencapaian belanja dan penerimaan pemerintah untuk periode Januari-Mei 2023.
Menarik ditunggu apakah pemerintah masih membukukan surplus hingga akhir Mei. Menarik disimak juga apakah akan ada kebijakan baru pemerintah untuk menggenjot ekonomi.

Pada hari ini, CNBC Indonesia akan menggelar special dialogue "Menggapai Sawit Tetap jadi Andalan Indonesia saat Dunia Penuh Ketidakpastian". Akan di bahas bagaimana kebijakan pemerintah di tengah lesunya harga komoditas sawit serta bagaimana pengusaha mengantisipasi pelemahan harga.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

1. CNBC Indonesia menggelar Special Dialogue "Menggapai Sawit Tetap jadi Andalan Indonesia saat Dunia Penuh Ketidakpastian" (09:00 WIB)

2. Konferensi pers APBN KiTa edisi Juni 2023 (09:00 WIB)

3. BI akan merilis data Uang Beredar (M2) untuk Mei (10:00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular