Kabar Buruk Buat Bos Sawit, Harga CPO Mulai Loyo

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
05 April 2023 09:07
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau mengalami penurunan di sesi awal perdagangan Rabu (5/4/2023). Pelemahan sekaligus mematahkan reli sejak perdagangan kemarin.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau terkoreksi 1,21% ke posisi MYR 3.918 per ton pada pukul 09:10 WIB.

Meskipun melemah, kinerja CPO masih positif dan membawa harganya ke zona 3.900-an setelah sempat jatuh ke 3.500 pada 24 Maret lalu.

Pada perdagangan kemarin, Selasa (4/4/2023) harga CPO ditutup melesat 2,11% ke posisi MYR 3.966 per ton posisi ini merupakan level tertinggi sejak 15 Maret.

Dalam sepekan harga CPO menguat 5,45%, dan dalam sebulan menguat 5,45%, dan secara tahunan melemah 4,98%.


Pelemahan CPO terjadi di tengah sentimen positif kenaikan harga minyak mentah. Itu sebabnya CPO sempat berada pada posisi tertinggi dalam tiga pekan terakhir. Meski demikian, pelemahan wajar terjadi karena adanya profit taking alias ambil untung.

Kontrak melonjak 3,3% pada hari Senin, mengikuti lonjakan harga minyak mentah setelah grup OPEC+ mengguncang pasar dengan rencana untuk memangkas lebih banyak produksi.

"Langkah mengejutkan OPEC+ untuk memangkas produksi ditambah dengan niat penanaman USDA, yang datang pada low-end melihat short-covering di pasar," kata Paramalingam Supramaniam, direktur broker Pelindung Bestari yang berbasis di Selangor dikutip Reuters.

Pedagang juga menyadari fakta bahwa produksi akan meningkat pada kuartal kedua dan dengan minat yang diredam dari China, situasinya terlihat agak genting dengan asumsi India menunjukkan tanda-tanda melambat.

Dengan naiknya harga bahan bakar fosil, permintaan dan penggunaan biodiesel sawit menjadi lebih menarik.

Sementara itu, kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 naik 1,5%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 naik 1,2%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 0,8%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Di sisi lain, berdasarkan data surveyor kargo Societe Generale de Surveillance, ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk bulan Maret naik 24,7% menjadi 1.411.707 ton dari 1.131.939 ton yang dikirim pada bulan sebelumnya.

Selain itu, sentimen positif sepertinya tengah menyelimuti CPO. Pada Minggu (2/3/2023), Malaysia telah menandatangani nota kesepahaman dengan asosiasi perdagangan yang didukung pemerintah China untuk meningkatkan perdagangan dan kerja sama minyak sawit.

Dewan Minyak Sawit Malaysia mengatakan kemitraannya dengan Kamar Dagang Impor dan Ekspor China untuk Bahan Makanan, Produk Asli dan Produk Sampingan Hewan akan membantu Malaysia mendapatkan kembali pangsa pasar di negara terpadat di dunia.

Malaysia, produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia, dan China, pembeli terbesar kedua di dunia, akan bersama-sama mempromosikan penggunaan minyak sawit berkelanjutan Malaysia di China.

Mereka juga menciptakan desain dan implementasi teknologi baru seperti kecerdasan buatan di kelapa sawit. perkebunan.

"Cina ingin bekerja sama dengan Malaysia untuk mengamankan pasokan minyak sawit ke negara itu akan membantu mendapatkan kepercayaan China terhadap minyak sawit Malaysia." kata dewan Malaysia dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters.

Perjanjian tersebut akan memfasilitasi partisipasi China dalam eksplorasi teknologi dalam mekanisasi kelapa sawit di Malaysia, yang akan membantu meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia di perkebunan.

Untuk diketahui, pada 2022, Malaysia mengekspor 3,14 juta ton minyak sawit dan produk sawit ke China, menjadikan China sebagai mitra dagang terpenting untuk minyak nabati setelah India.

Menurut analis teknikal Wong Tao yang dikutip Reuters, pada perdagangan hari ini harga CPO mungkin turun menjadi MYR 3.853 per ton menyusul kegagalannya menembus resistensi di MYR 3.963 pada analisis teknikal.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Bos Sawit, Harga CPO Lesu di Awal Pekan, Nih Pemicunya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular