Dibantu China dan Arab Saudi, Harga CPO Nge-gas Lagi

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
03 April 2023 10:25
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau mengalami kenaikan tajam di sesi awal perdagangan awal pekan Senin (3/4/2023) melanjutkan penguatan sepekan terakhir.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau melesat 3% ke posisi MYR 3.874 per ton pada pukul 10:00 WIB. Kinerja positif ini membawa harganya ke zona 3.800-an setelah sempat jatuh ke 3.500 pada 24 Maret lalu.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (31/3/2023) harga CPO ditutup terkoreksi 0,71% ke posisi MYR 3.761 per ton. Dengan ini, dalam sepekan harga CPO menguat 7,09%, dan dalam sebulan perlemahan terpangkas menjadi 9,2%, dan secara tahunan melemah 9,89%.

Penguatan CPO hari ini melanjutkan menguatnya harga sepakan terakhir. Sepanjang pekan, CPO mampu menorehkan kinerja cemerlang didukung oleh saingan kuat minyak nabati dan ekspektasi produksi yang lebih rendah.

Sentimen positif sepertinya tengah menyelimuti CPO. Pada Minggu (2/3/2023), Malaysia telah menandatangani nota kesepahaman dengan asosiasi perdagangan yang didukung pemerintah China untuk meningkatkan perdagangan dan kerja sama minyak sawit.

Dewan Minyak Sawit Malaysia mengatakan kemitraannya dengan Kamar Dagang Impor dan Ekspor China untuk Bahan Makanan, Produk Asli dan Produk Sampingan Hewan akan membantu Malaysia mendapatkan kembali pangsa pasar di negara terpadat di dunia.

Malaysia, produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia, dan China, pembeli terbesar kedua di dunia, akan bersama-sama mempromosikan penggunaan minyak sawit berkelanjutan Malaysia di China.

Mereka juga sepakat untuk menciptakan desain dan implementasi teknologi baru seperti kecerdasan buatan di kelapa sawit dan perkebunan.

"Cina ingin bekerja sama dengan Malaysia untuk mengamankan pasokan minyak sawit ke negara itu akan membantu mendapatkan kepercayaan China terhadap minyak sawit Malaysia." kata dewan Malaysia dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters.

Perjanjian tersebut akan memfasilitasi partisipasi China dalam eksplorasi teknologi dalam mekanisasi kelapa sawit di Malaysia.

Hal itu akan membantu meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia di perkebunan.

Untuk diketahui, pada 2022, Malaysia mengekspor 3,14 juta ton minyak sawit dan produk sawit ke China, menjadikan China sebagai mitra dagang terpenting untuk minyak nabati setelah India.

Menurut analis teknikal Wong Tao yang dikutip Reuters, Harga CPO masih menargetkan di MYR 3.853 per ton, karena harganya telah menembus resistance MYR di 3.718 per ton.

Resistance di 3.810 ringgit memicu pullback menuju harga MYR 3.718 per ton. Tampaknya pullback telah usai, setelah minyak sawit stabil di kisaran MYR 3.718. Kenaikan kuat biji-bijian CBOT pada 31 Maret juga dapat memicu sentimen bullish minyak sawit.

Harga minyak sawit juga terkerek olehmelambungnya harga minyak mentah dunia.  Harga minyak mentah melonjak 5% lebih saat perdagangan dibuka didorong oleh keputusan Arab Saudi dan anggota OPEC untuk memangkas produksi minyak mentah dunia.

Melansir data Revinitif pada perdagangan Senin (3/4/2023) harga minyak acuan Brent melonjak 5,47% ke US$84,26 per barel. Sedangkan jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 5,54% menjadi US$79,66 per barel.

Seperti diketahui,  Arab Saudi dan anggota OPEC sepakat melakukan p
emotongan produksi sebesar 1,16 juta barel per day (bpd) akan dimulai pada bulan Mei dan berlangsung hingga akhir 2023.

Pemangkasan terbanyak dilakukan Arab Saudi yakni 500 ribu bpd di Arab Saudi, pemotongan 211 ribu barel/hari oleh Irak, 144 ribu bpd oleh Uni Emirat Arab, dan 128 ribu bpd dari Kuwait.

Pemangkasan ini di luar pemotongan produksi yang dilakukan Rusia 500.000 barel per hari. Rusia memangkas produksi sebagai bentuk"balasan" ke sanksi Barat karena persoalan Ukraina.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apes! Sempat Rekor Sepanjang Masa, Harga CPO Drop 19% Setahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular