Capek Nanjak 4 Hari, Harga CPO Langsung Turun Jadi Segini

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau mengalami koreksi di sesi awal perdagangan jelang akhir pekan Jumat (31/3/2023).
Pelemahan ini datang setelah harga CPO mengalami penguatan empat hari beruntun sejak awal pekan.
Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau melemah 0,53% ke posisi MYR 3.778 per ton pada pukul 09:10 WIB.
Meskipun melemah, harga CPO pekan ini tetap mencatatkan kinerja positif setelah mengalami tekanan cukup panjang akhirnya harga CPO kembali ke level psikologi 3.700-an.
Pada perdagangan Kamis (30/3/2023) harga CPO ditutup melesat 2,19% ke posisi MYR 3.788 per ton.
Dalam sepekan harga CPO menguat 7,86% dan dalam sebulan pelemahan terpangkas menjadi 8,55%, dan memangkas pelemahan secara tahunan menjadi 9,25%.
Pelemahan CPO dipicu aksi profit taking sebab harganya sudah melonjak tajam sejak awal pekan.
Meski demikian, nyaris sepekan ini pergerakan harga CPO berlawanan dengan pergerakan pada pekan sebelumnya.
Sepanjang pekan, CPO mampu menorehkan kinerja cemerlang didukung oleh saingan kuat minyak nabati dan ekspektasi produksi yang lebih rendah.
"Dengan perusahaan perdagangan soyoil Dalian dan Chicago hari ini, minyak sawit Bursa Malaysia mengambil kesempatan untuk membeli untuk mengantisipasi angka ekspor besok dan untuk menutup kesenjangan antara harga berjangka dan harga tunai," kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur dikutip dari Reuters.
Saat ini pelaku pasar memang tengah dihantui kekhawatiran pasokan menyusul gangguan banjir sehingga pasokan minyak saingan CPO terancam, harganyapun jadi terangkat.
Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 naik 1,34%, sedangkan kontrak minyak sawit DCPcv1 naik 1,33%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOc2 naik 0,02%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.
Sementara itu, persediaan minyak sawit Malaysia diperkirakan menyusut hingga di bawah 2 juta ton pada akhir Maret.
Ini disebabkan karena eksportir minyak sawit terbesar dunia Indonesia meningkatkan kewajiban pasar domestik dan membatasi ekspor, dan permintaan minyak sawit global bergeser ke Malaysia, sementara produksi tetap tidak pasti.
Hal ini diungkapkan oleh Anilkumar Bagani yang merupakan Kepala Riset Komoditas Sunvin Group.
Surveyor kargo dijadwalkan bakal merilis data ekspor Maret pada hari ini Jumat (31/3/2023), sementara asosiasi pabrik telah mematok penurunan 22,9% pada output 1-25 Maret.
Dari dalam negeri, produsen utama Indonesia berencana untuk menetapkan harga referensi minyak sawit mentah untuk periode 1-15 April sebesar US$ 898,29 per ton.
Hal ini diungkapkan Musdhalifah Machmud, seorang pejabat senior di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mengatakan pada Selasa (28/3/2023).
Menurut analis teknikal Reuters, Wang Tao mengungkapkan bahwa minyak kelapa sawit dapat naik ke kisaran MYR 3.773 hingga MYR 3.810 per ton untuk mengisi celah yang terbentuk pada 22 Maret.
Kenaikan masih dikendalikan dengan baik oleh serangkaian level proyeksi pada tren turun dari MYR 4.247. Setelah menembus resistance di 3.690 ringgit, kontrak diperkirakan akan menguji resistance selanjutnya di MYR 3.736.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Dunia Tak Baik-Baik Saja! Harga CPO Merana, Anjlok 5%
(aum/aum)