Pasar Dilanda Aksi Beli Gila-gilaan, Harga CPO Nge-gas

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Selasa, 04/04/2023 10:05 WIB
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau mengalami penguatan di sesi awal perdagangan Selasa (4/4/2023) melanjutkan reli sejak perdagangan kemarin.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau naik 0,31% ke posisi MYR 3.896 per ton pada pukul 09:10 WIB.

Kinerja positif ini membawa harganya ke zona 3.800-an setelah sempat jatuh ke 3.500 pada 24 Maret lalu.


Pada perdagangan awal pekan, Senin (3/4/2023) harga CPO ditutup melesat 3,27% ke posisi MYR 3.884 per ton.

Dalam sepekan harga CPO menguat 3,27%, dan dalam sebulan pelemahan terpangkas menjadi 9,2%, dan secara tahunan melemah 6,95%.

Penguatan ini menjadikan harga CPO menyentuh level tertinggi dalam 2 pekan terakhir karena reli minyak mentah di pasar global. Sentimen positif kini tengah menyelimuti komoditas kelapa sawit.

"Pelaku pasar sedang mengalami 'kegilaan membeli', ini dipicu oleh minyak mentah, membuat minyak sawit berjangka naik," kata Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura dikutip Reuters.

Dengan naiknya harga bahan bakar fosil, permintaan dan penggunaan biodiesel sawit menjadi lebih menarik.

Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 naik 1,7%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 naik 1,9%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 1,6%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Sementara dari minyak saingannya yang lain yakni harga minyak mentah tengah melonjak pada perdagangan kemarin.

Kenaikan karena pasar tersentak oleh pengumuman mengejutkan oleh OPEC+ untuk memangkas produksi lebih lanjut dalam apa yang disebut produsen utama Arab Saudi sebagai tindakan pencegahan untuk mendukung stabilitas pasar.

Minyak kelapa sawit sering mengambil isyarat dari pasar energi, dengan meningkatnya penggunaan minyak nabati dalam membuat biofuel membantu bersaing dengan produk minyak bumi.

 

Sentimen positif sepertinya tengah menyelimuti CPO. Pada Minggu (2/3/2023), Malaysia telah menandatangani nota kesepahaman dengan asosiasi perdagangan yang didukung pemerintah China untuk meningkatkan perdagangan dan kerja sama minyak sawit.

Dewan Minyak Sawit Malaysia mengatakan kemitraannya dengan Kamar Dagang Impor dan Ekspor China untuk Bahan Makanan, Produk Asli dan Produk Sampingan Hewan akan membantu Malaysia mendapatkan kembali pangsa pasar di negara terpadat di dunia.

Malaysia, produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia, dan China, pembeli terbesar kedua di dunia, akan bersama-sama mempromosikan penggunaan minyak sawit berkelanjutan Malaysia di China.

Mereka juga akan menciptakan desain dan implementasi teknologi baru seperti kecerdasan buatan di kelapa sawit. perkebunan.

"Cina ingin bekerja sama dengan Malaysia untuk mengamankan pasokan minyak sawit ke negara itu akan membantu mendapatkan kepercayaan China terhadap minyak sawit Malaysia." kata dewan Malaysia dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters.

Perjanjian tersebut akan memfasilitasi partisipasi China dalam eksplorasi teknologi dalam mekanisasi kelapa sawit di Malaysia, yang akan membantu meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia di perkebunan.

Untuk diketahui, pada 2022, Malaysia mengekspor 3,14 juta ton minyak sawit dan produk sawit ke China. Tiongkok merupakan mitra dagang terpenting bagi Malaysia untuk minyak nabati setelah India.

Menurut analis teknikal Wong Tao yang dikutip Reuters, Harga CPO dapat naik lebih lanjut ke MYR 3.963 per ton, karena telah menembus resistensi di MYR 3.853.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(aum/aum)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Belajar Dari Negeri Jiran, Ini Cara Pabrik Sawit Atasi Masalah