Market Commentary

Harga Batu Bara Membara, 17 Sahamnya di RI Terbang

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
28 March 2023 09:42
Industri pertambangan merupakan dunia kerja yang identik dengan karakter maskulin dan secara alamiah pekerjanya lebih cocok untuk kaum laki-laki. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Industri pertambangan merupakan dunia kerja yang identik dengan karakter maskulin dan secara alamiah pekerjanya lebih cocok untuk kaum laki-laki. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas saham emiten batu bara terpantau kembali menguat pada perdagangan sesi I Selasa (28/3/2023), di tengah menghijaunya kembali harga batu bara acuan dunia pada perdagangan kemarin.

Per pukul 09:24 WIB, dari 20 saham batu bara di RI, 17 saham menguat, satu saham cenderung stagnan, dan dua lainnya melemah.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Borneo Olah Sarana SuksesBOSS717,58%
Indika EnergyINDY2.2006,28%
Bumi ResourcesBUMI1333,10%
Adaro Minerals IndonesiaADMR1.1852,60%
ABM InvestamaABMM2.8302,54%
Mitrabara AdiperdanaMBAP6.3501,60%
Adaro Energy IndonesiaADRO2.7201,49%
Harum EnergyHRUM1.4251,42%
Prima Andalan MandiriMCOL6.5001,17%
Atlas ResourcesARII2360,85%
Baramulti SuksessaranaBSSR4.0200,75%
Golden Eagle EnergySMMT7000,72%
Delta Dunia MakmurDOID3060,66%
Bukit AsamPTBA3.7200,54%
Indo Tambangraya MegahITMG38.7000,52%
TBS Energi UtamaTOBA4940,41%
United TractorsUNTR27.8500,18%
MNC Energy InvestmentIATA720,00%
Bayan ResourcesBYAN19.175-0,52%
Alfa Energi InvestamaFIRE85-1,16%

Sumber: RTI

Saham PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) kembali menjadi yang paling besar penguatannya pada perdagangan sesi I hari ini, yakni melejit 7,58% ke posisi harga Rp 71/saham.

Selanjutnya di posisi kedua, ada saham PT Indika Energy Tbk (INDY) yang melonjak 6,28% ke Rp 2.200/saham.

Sedangkan untuk saham raksasa batu bara, secara mayoritas juga menguat, di mana saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali menjadi yang terbesar setelah saham INDY, yakni melesat 3,1% ke Rp 133/saham.

Namun untuk saham raksasa batu bara dengan kapitalisasi pasar terjumbo di antara saham-saham batu bara lainnya yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) terpantau kembali melemah 0,52% ke Rp 19.175/saham.

Harga batu bara masih membara. Pada perdagangan Senin kemarin, harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 195 per ton, melesat 1,38%.

Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 3 Maret 2023.

Penguatan kemarin juga memperpanjang tren positif harga batu bara yang menguat sejak Selasa pekan lalu. Dalam lima hari perdagangan terakhir, harga pasir hitam sudah ambruk 11,4%.

Kembali menguatnya harga batu bara ditopang oleh peningkatan permintaan dari India dan China serta merangkaknya harga gas. Bekurangnya produksi batu bara dari Indonesia juga ikut andil dalam kenaikan harga batu bara.

Kenaikan permintaan terutama datang dari India. Negari Taj Mahal tersebut tengah menyiapkan diri menghadapi musim panas pada April-Juni 2023.

Permintaan energi diperkirakan melonjak pada musim panas sejalan dengan meningkatnya penggunaan listrik untuk pendingin ruangan atau keperluan industri.

Kementerian India memperkirakan shortfall pada pasokan batu bara bisa mencapai 21 juta ton pada April-Juni karena lonjakan permintaan dan gangguan distribusi.

Selain India, China juga diperkirakan akan meningkatkan impor batu bara, terutama batu bara kokas. Kenaikan impor sejalan dengan mulai merangkaknya aktivitas industri baja di Tiongkok.

Sejumlah analis memperkirakan Purchasing Manager's Index (PMI) China masih akan ekspansif pada Maret 2023 setelah melonjak ke 51,6 pada Februari 2023.

Harga batu bara juga naik mengikuti harga gas. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) melonjak 3,5% sehari ke 42,53 euro per mega-watt hour (MWh) kemarin.

Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling terpengaruh. Kenaikan harga gas disebabkan oleh prakiraan suhu Eropa yang lebih dingin hingga akhir Maret.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Masih Labil, Tapi 13 Sahamnya di RI Cerah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular