
Harga Batu Bara Galau, 20 Sahamnya di RI Gak Kompak

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara terpantau bervariasi dengan mayoritas menguat pada perdagangan sesi I Kamis (13/4/2023), di tengah masih tingginya volatilitas harga batu bara karena kondisi global yang masih belum menentu.
Per pukul 10:13 WIB, dari 20 saham batu bara di RI, 11 saham menguat, satu saham cenderung stagnan, dan delapan saham terpantau melemah.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 60 | 3,45% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 700 | 2,94% |
Bukit Asam | PTBA | 3.980 | 1,53% |
MNC Energy Investment | IATA | 78 | 1,30% |
Indika Energy | INDY | 2.560 | 0,79% |
ABM Investama | ABMM | 3.190 | 0,63% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 3.980 | 0,51% |
TBS Energi Utama | TOBA | 480 | 0,42% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 6.225 | 0,40% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.970 | 0,34% |
United Tractors | UNTR | 31.300 | 0,16% |
Bumi Resources | BUMI | 121 | 0,00% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 314 | -0,63% |
Harum Energy | HRUM | 1.555 | -0,64% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 6.675 | -0,74% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1.140 | -0,87% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 85 | -2,30% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 34.550 | -2,33% |
Bayan Resources | BYAN | 19.975 | -3,97% |
Atlas Resources | ARII | 204 | -5,56% |
Sumber: RTI
Saham PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) menjadi yang paling besar penguatannya pada pagi hari ini, yakni melonjak 3,45% ke posisi harga Rp 60/saham.
Sedangkan, saham raksasa batu bara secara mayoritas menguat. Namun, beberapa terpantau melemah, seperti saham PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Sementara itu, saham PT Atlas Resources Tbk (ARII) menjadi yang paling parah koreksinya pada sesi I hari ini, yakni ambruk 5,56% menjadi Rp 204/saham.
Harga batu bara kembali ambruk. Pada perdagangan Rabu kemarin, harga batu bara kontrak Mei di pasar ICE Newcastle ditutup ambles 1,27% di posisi US$ 202,4 per ton.
Pelemahan ini merupakan pembalikan arah dari penguatan sebesar 0,86% pada Selasa lalu.
Harga batu bara kembali ambruk setelah kekhawatiran resesi kembali muncul. Kekhawatiran tersebut bahkan terlalu kencang untuk diimbangi oleh kabar positif dari India.
Kekhawatiran resesi disampaikan Dana Moneter Internasional (IMF) serta bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed).
IMF dalam World Economic Outlook edisi April 2023 'A Rocky Recovery' memangkas pertumbuhan global menjadi 2,8% pada 2023, dari 2,9% pada proyeksi sebelumnya.
IMF mengingatkan krisis perbankan di AS dan Eropa serta masih tingginya inflasi global akan menekan ekonomi dunia, terutama di negara-negara maju.
Salah satu negara yang akan menghadapi kontraksi pertumbuhan adalah mesin ekonomi Eropa Jerman.
Sementara itu, dalam risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang keluar kemarin, The Fed juga mengatakan ekonomi AS bisa masuk resesi menyusul krisis perbankan mereka.
Sebagai catatan, tiga bank AS kolaps pada bulan lalu yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Ancaman resesi tentu saja membuat pasar komoditas khawatir. Perlambatan ekonomi ataupun resesi akan membuat permintaan terhadap komoditas menurun sehingga harga jatuh.
Besarnya kekhawatiran resesi membuat sentimen positif dari India tenggelam.
Wood Mackenzie memperkirakan impor batu bara thermal India diperkirakan akan naik 3% pada tahun ini menjadi 169 juta ton. Kenaikan sejalan dengan pemulihan ekonomi India serta persiapan musim panas.
Impor juga meningkat karena India menghadapi masalah dalam pengiriman batu bara lokal melalui jalur kereta.
Pemerintah India akan memprioritaskan pengiriman batu bara kepada pembangkit batu bara selama jalur kereta masih bermasalah. Akibatnya, industri yang memerlukan bahan bakar batu bara kesulitan pasokan.
Selama musim panas ini, tiap harinya India diperkirakan akan kekurangan 50 gerbong dengan muatan 200.000 per ton.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Loyo, 13 Saham RI Ini Ikutan Ambles
