Newsletter

Inflasi AS Hingga Suku Bunga BI Siap Guncang Pasar Pekan Ini

Putra, CNBC Indonesia
13 February 2023 06:41
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan pekan lalu diselimuti awan mendung, meskipun berbagai sentimen positif dalam negeri menghampiri. IHSG tumbang, pun dengan nasib rupiah yang nelangsa. Lantas bagaimana dengan laju pasar keuangan pada awal pekan ini?

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif sepanjang minggu kemarin. Semat menghijau di tengah pekan, para investor harus mengelus dada melihat pasar saham ditutup di zona merah pada akhir pekan.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun 0,45% ke 6.880,33 dalam periode 6-10 Februari 2023.

Rata-rata nilai transaksi harian Bursa pada pekan ini sebesar Rp9,72 triliun, turun 9,4% dari Rp10,73 triliun pada sepekan sebelumnya.

Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa juga turun 3,70% menjadi 1.116.417 dari 1.159.261 transaksi pada sepekan sebelumnya.

Sementara itu, terjadi peningkatan sebesar 10,31% terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa menjadi 20,54 miliar saham dari 18,62 miliar saham pada sepekan yang lalu.

Kendati IHSG terkoreksi, investor asing masih melakukan beli bersih (net buy) Rp2,12 triliun selama sepekan di pasar reguler.

Adapun tujuh indeks sektoral terparkir di zona merah dengan sektor teknologi (IDXTECHNO) dan properti (IDXPROPERT) menjadi pemberat. Masing-masing longsor 7,64% dan 2,35% sepanjang pekan lalu.

Saham GOTO memiliki andil besar dalam penurunan sektor teknologi dan IHSG ini setelah anjlok 15,32% dalam pekan lalu. Penyebabnya adalah GOTO tidak jadi masuk ke indeks MSCI, sehingga investor melego sahamnya.

Sementara sektor transportasi (IDXTRANS) mampu mencatatkan kinerja positif sebesar 2,44%.

Padahal pekan kemarin banyak sentimen positif yang menghampiri. Pertama, rilis data pertumbuhan ekonomi RI yang tumbuh 5,01% yoy di Q4 2022, mengalahkan estimasi pasar yang naik 4,84%.

Kemudian, data posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2023 mencapai US$ 139,4, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2022 sebesar US$ 137,2 miliar.

Ketiga, rilis data keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi sebesar 123 yang meningkat dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya yakni 119,9.

Ditambah pertumbuhan penjualan eceran secara tahunan tetap tumbuh positif. Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember 2022 tercatat tumbuh 0,7% (yoy).

Rupiah sepanjang pekan kemarin tak kuat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Menurut data Refinitiv, rupiah melemah 1,6% dalam sepekan. Padahal, pekan lalu rupiah menguat 0,6% sepekan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (10/2/2023), rupiah anjlok 0,27% ke posisi Rp15.130/US$.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback dengan enam mata uang utama dunia dan sebagai acuan, menguat 0,7% sepanjang pekan.

Para pelaku pasar masih belum 100% percaya bank sentral AS, The Federal Reserve/The Fed, akan benar-benar berhenti menaikkan suku bunga acuan.

Pasalnya  perekonomian Paman Sam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 517.000 orang sepanjang Januari, jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185.000 orang.

Kemudian, tingkat pengangguran yang diprediksi naik menjadi 3,6% malah turun menjadi 3,4%. Rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4% year-on-year, lebih tinggi dari prediksi 4,3%.

Saat masyarakat mendapatkan pekerjaan, daya beli akan meningkat dan akan menciptakan konsumsi yang kuat. Hal ini akan membuat inflasi berpotensi kembali naik.

Menyusul juga komentar-komentar hawkish dari beberapa pejabat The Fed. Salah satunya datang dari Christoper Waller yang mengungkapkan akan terus memerangi inflasi hingga mencapai targetnya yakni 2%.

Alhasil The Fed bisa saja sewaktu-waktu kembali hawkish dalam urusan kenaikan suku bunga acuan. Targetnya sudah jelas, inflasi di level 2%.

Jika "mimpi buruk" para pelaku pasar jadi kenyataan, isu resesi akan kembali mencuat dan akan menyebabkan kekhawatiran baru.

Sebagai informasi, suku bunga yang saat ini di kisaran 4,5%- 4,75%. Pertemuan untuk membahas kenaikan suku bunga berikutnya pada 22 Maret 2023. Para pelaku pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%-5,00%.

Selain itu, turunnya harga komoditas utama ekspor Indonesia yakni minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan batu bara juga menjadi faktor pemberat laju mata uang Garuda.

Penurunan harga batu bara dan CPO ini bisa berdampak kepada melemahnya ekspor Indonesia. Artinya, pasokan dollar AS ke Indonesia melalui jalur ekspor akan berkurang. Rupiah pun bisa ikut terimbas.

Indeks utama bursa saham AS wall Street ditutup beragam pada perdagangan Jumat (10/2/2023) karena kenaikan imbal hasil obligasi 10 tahun As yang melonjak.

Mengutip Refinitiv Dow Jones Industrial Average naik 169,52 poin, atau 0,5%, ke level 33.869,4. Nasdaq Composite turun 0,61%, ke level 11.718,12. S&P 500 naik 0,22%, ke level 4.090,48.

Sementara kinerja sepekan, Dow Jones turun 0,17%, sedangkan NAsdaq anjlok 2,41% dan S&P500 turun 1,11% sepanjang minggu kemarin.

Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun Amerika Serikat meningkat ke posisi tertinggi dalam sebulan terakhir setelah obligasi dengan tenor 30 tahun melemah pada perdagangan Kamis (9/2/2023) yang memberikan sinyal adanya pelemahan permintaan.

"Investor bertanya-tanya apa yang dikatakan pasar obligasi kepada kita bahwa indikator ekonomi tidak memberi tahu kita," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research.

"Hasil obligasi yang lebih tinggi akan berdampak lebih buruk pada perusahaan teknologi dengan pertumbuhan yang lebih tinggi."

Sementara reli saham energi akibat lonjakan harga minyak mentah dunia mampu mendorong laju Dow Jones dan S&P500.

Meskipun demikian, investor masih terombang-ambing akan kepastian sikap The Fed terkait kebijakan suku bunga.

Ekonomi AS yang solid serta pertumbuhan data tenaga kerja yang bertumbuh kuat membuat kans Powell dkk untuk menaikkan suku bunganya dengan agresif kembali terbuka. Sebelumya inflasi yang mereda memberikan harapan bahwa The Fed akan lebih kalem dalam menaikkan suku bunga acuan.

"Apa yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir adalah bahwa setiap hari ada gubernur Fed yang berbicara hawkish," kata Kevin Rendino, kepala eksekutif manajer aset 180 Degree Capital.

Sentimen pasar pada perdagangan awal pekan ini terbilang sepi. Akan tetapi setelahnya pasar keuangan Indonesia akan kebanjiran sentimen baik dari dalam maupun luar negeri.

Kabar pertama datang dari pasar global, di mana Biro Statistik dan Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) akan mengumumkan data inflasi (Consumer Price Index/CPI) pada Selasa (14/2/2023) malam waktu Indonesia barat.

Konsensus Trading Economics memperkirakan inflasi AS melambat menjadi 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Januari. Angka ini turun dari 6,5% pada Desember.

Meski demikian, secara bulanan (month to month/mtm) inflasi AS diprediksi naik 0,5% pada Januari atau lebih cepat dari catatan Desember di angka 0,1%. Kenaikan bulanan tersebut terjadi salah satunya didorong oleh permintaan dan konsumsi yang lebih kuat akibat libur natal dan tahun baru.

Kemudian pada Rabu (15/2/2023) Badan Pusat Statistik akan merilis data ekspor impor sekaligus neraca dagang Indonesia pada Januari.

Bulan sebelumnya neraca perdagangan Indonesia pada Desember mengalami surplus untuk ke-32 kali sejak 2021. Tercatat surplus per Desember mencapai US$ 3,86 miliar.

Pada hari yang sama, Inggris juga akan mengumumkan tingkat inflasi konsumen yang diperkirakan melandai ke 10,2% yoy pada Januari, turun dari bulan sebelumnya sebesar 10,5% yoy.

Pada hari yang sama patut diperhatikan juga rilis data penjualan ritel AS yang diperkirakan akan tumbuh 1,6% mom. Angka ini naik dari pertumbuhan negatif 1,1% pada bulan sebelumnya.

Keesokan harinya, Kamis (16/2/2023) Investor perlu memperhatikan pengumuman kebijakan suku bunga Bank Indonesia. Menurut konsensus Tradingeconomics,  suku bunga BI akan ditahan di 5,75% pada pertemuan bulan ini.

Sementara pada malam harinya AS akan merilis banyak data yang penting untuk disimak investor. Sebab ada kaitannya dengan kebijakan suku bunga The Fed, seperti klaim pengangguran awal, inflasi produsen, hingga data perumahan.

Investor juga patut menyimak kinerja keuangan tahunan perusahaan yang satu per satu mulai melaporkan kepada investor.

Berikut sejumlah agenda dan rilis yang terjadwal untuk hari ini:

  •      Pertumbuhan ekonomi Singapura (Pkl 07.00 WIB)
  •      Ekspektasi Inflasi Konsumen (Pkl 23.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q4-2022 YoY)

5,01%

Inflasi (Januari 2023 YoY)

5,28%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2023)

5,75%

Defisit Anggaran (APBN Desember 2022)

-2,38% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q3-2022 YoY)

1,3% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q3-2022 YoY)

US$ 1,3 miliar

Cadangan Devisa (Januari 202)

US$ 139,4 miliar

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular