Macro Insight
Inflasi Terus Melandai, Saatnya Suku Bunga BI Ditahan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Indonesia terus melandai menjadi 5,28% (year on year/yoy) pada Januari 2023. Melandainya inflasi diharapkan bisa menjadi kabar gembira bagi pasar keuangan serta memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk menahan suku bunga pada bulan ini.
Inflasi pada Januari menurun cukup tajam dibandingkan pada Desember 2022 yang tercatat 5,51% (yoy). Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengumumkan inflasi bulanan (month to month/mtm) pada Januari 2023 mencapai 0,34%.
Inflasi bulanan pada Januari juga terbilang rendah dibandingkan rata-rata dalam lima tahun sebelumnya yang tercatat 0,43%. Inflasi (mtm) jauh lebih rendah dibandingkan pada Desember 2022 yang tercatat 0,66%.
Inflasi Januari juga lebih rendah dibandingkan konsensus pasar. Polling yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Januari ada di angka 0,44% (mtm) dan 5,40 (yoy).
Sementara itu, inflasi inti tercatat 0,33% (mtm) dan 3,27% (ytd).
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan melandainya inflasi (mtm) disebabkan oleh kenaikan harga pada cabai merah, beras, ikan segar, rokok filter, dan cabai rawit.
Sebagai catatan, pemerintah menaikkan tarif cukai hasil tembakau rata-rata 10% per 1 Januari 2023.
Sementara itu, penyumbang inflasi (yoy) masih disumbang oleh kelompok transportasi, terutama bensin.
Margo mengatakan inflasi ke depan akan sangat ditentukan oleh harga diatur pemerintah, pasokan bahan pangan, imported inflation, serta kebijakan suku bunga bank sentral.
"Beberapa komoditas itu berpengaruh karena cuaca iklim, saat ada gangguan cuaca kalau stoknya tidak bagus itu supplynya bisa terganggu. Kuncinya pada pengelolaan stock yang bagus dan distribusi," tutur Margo, pada konferensi pers perkembangan inflasi Januari, Rabu (1/2/2023).
Inflasi menjadi salah satu kekhawatiran terbesar Presiden Joko Widodo atau Jokowi sejak tahun lalu. Pasalnya, inflasi melambung sejak awal 2022 karena dihantam berbagai kenaikan harga pangan dan energi. Di antaranya adalah minyak goreng, cabai rawit, telur ayam, hingga BBM subsidi.
Presiden Jokowi bahkan sampai mengizinkan pemimpin daerah untuk menggunakan anggaran mereka guna meredam laju inflasi.
Sebagai catatan, inflasi kelompok volatile pada Juli2022 menembus 11,47% (yoy) atau tertinggi sejak Januari 2014 (11,91%). Inflasi kelompok volatile sudah turun drastis ke kisaran 5,66% (yoy) pada Januari 2023.