
Inflasi Terus Melandai, Saatnya Suku Bunga BI Ditahan?

Melandainya inflasi pada Januari menjadi kabar baik bagi pasar keuangan Indonesia. Semakin melandainya inflasi juga menunjukkan bahwa dampak kenaikan harga BBM subsidi mulai terkikis.
Seperti diketahui, dampak kenaikan harga BBM subsidi pada awal September 2022 semua dikhawatirkan akan membuat inflasi Indonesia melambung setidaknya dalam beberapa bulan.
Namun, inflasi hanya melonjak pada September 2022 yakni 5,95% (yoy) dan
Inflasi (yoy) dengan cepat melandai menjadi 5,71% pada Oktober, sebesar sebesar 5,42% pada November dan 5,51% pada Desember 2022.
Inflasi inti yang semua dikhawatirkan terus melonjak juga mulai melandai dari 3,36% pada Desember 2022 menjadi 3,27% pada Januari 2023.
Sebagai catatan, inflasi inti akan menjadi pertimbangan utama Bank Indonesia (BI) dalam menentukan kebijakan moneternya.
Dengan inflasi inti yang melandai, BI diharapkan akan mengakhiri kenaikan suku bunga pada bulan ini. BI diharapkan mempertahankan suku bunga pada bulan ini.
Terlebih, bulan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo juga mengatakan kenaikan suku bunga sudah memadai untuk menjangkar inflasi inti ke target sasaran BI.
"Kalau tidak ada informasi yang extraordinary, yang kita tidak bisa kita lihat dan kondisi di luar perkiraan, maka kata memadai sudah bisa menjawab pertanyaan tersebut," tutur Perry, bulan lalu.
BI sudah menaikkan kebijakan sebesar 225 basis points (bps) sejak Agustus 2022 lalu hingga Januari 2023. BI bahkan menaikkan suku bunga sangar agresif sebesar 75 bps pada September, Oktober, dan November 2022.
Ancaman inflasi inti ke depan adalah lonjakan permintaan menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri pada Maret dan April 2023.
Bila inflasi pada periode tersebut terjaga dan tidak ada kebijakan drastis pada energi tahun ini maka BI diharapkan mulai mengendurkan kebijakan moneternya dengan memangkas suku bunga.
Melandainya inflasi Januari juga diharapkan bisa membantu stabilitas rupiah. Dengan inflasi yang rendah maka real rate investasi akan terjaga sehingga aset berdenominasi rupiah masih menarik bagi investor asing.
Laju inflasi yang melandai juga akan menjaga daya beli yang pada akhirnya akan berdampak positif kepada perusahaan. Perusahaan berbasis consumer goods akan diuntungkan seperti PT Unilever Indonesia, PT Mayora Indah, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, hingga PT Wing Surya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]