Eropa Lepas dari Krisis Energi, Awas Harga Batu Bara Drop!

Maesaroh, CNBC Indonesia
09 January 2023 06:35
Tambang batu bara PT Adaro Indonesia
Foto: Adaro Energy

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga batu bara diperkirakan masih akan melandai pekan ini. Melandainya harga terutama disebabkan oleh memadainya pasokan. Namun, harga batu bara kokas diperkirakan akan menguat.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (6/1/2023), harga batu bara kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup melandai 0,94% ke posisi US$ 368,5 per ton.

Secara keseluruhan, harga batu bara jatuh 5,42% dalam sepekan. Pelemahan tersebut berbanding terbalik dengan penguatan pada pekan lalu yang mencapai 4,99%. Dalam sebulan terakhir, harga batu bara ambruk 7,5% sementara dalam setahun masih melesat 123,31%.

Harga batu bara diperkirakan akan masih melandai pekan ini karena memadainya pasokan serta menurunnya perminataan batu bara serta gas. Lebih hangatnya suhu di Eorpa membuat pasokan gas memadai sehingga harganya turun. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) anjlok 4% sehari pada penutupan perdagangan pekan lalu.

Gas merupakan sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling berpengaruh.

Rata-rata pasokan gas di Eropa kini ada di angka 83% dari kapasitas. Kondisi ini membuat Eropa yakin jika krisis energi yang mereka takutkan tidak terjadi.

Konsumsi gas di Eropa diperkirakan akan lebih rendah 16% pada tahun ini dibandingkan rata-rata dalam lima tahun sebelumnya. Pasalnya, Eropa juga kembali mengoperasikan pembangkit batu bara untuk menghasilkan listrik.

Lebih hangatnya suhu di Eropa juga membuat penggunaan listrik berkurang. Jerman melaporkan produksi listrik dari batu bara mereka turun 49% ke 440,3 Giga What (GWh) pada pelan lalu karena permintaannya berkurang.

"Kami sangat optimis jika kami tidak perlu mengkhawatirkan apa yang pernah terjadi pada musim gugur lalu. Semakin banyak pasokan gas di awal tahun maka semakin berkurang stress kami dan menekan biaya untuk pengisian gas untuk musim dingin mendatang," tutur Badan Jaringan Jerman Klaus Mueller, dikutip dari Reuters.

Penggunaan listrik memang akan naik pada pekan ini karena aktivitas kantor dan ekonomi akan kembali normal setelah libur Tahun Baru. Namun, permintaan listrik diperkirakan belum setinggi pada bulan-bulan sebelumnya.

Melandainya permintaan batu bara tercermin dari anjloknya pengiriman komoditas tersebut.

Dilansir dari Reuters, indeks jasa pengangkutan kargo curah kering (dry bulk cargo) jatuh ke level terendahnya dalam empat bulan pada pekan lalu. Rata-rata pendapatan juga US$ 102 per hari.

Kendati secara keseluruhan harga batu bara melandai, batu bara jenis kokas/metalurgi diperkirakan akan menguat. Pasokan batu bara yang memiliki kalori tinggi tersebut diperkirakan akan semakin ketat setelah China sepakat untuk kembali mengimpor batu bara dari Australia.

"Pembukaan impor kembali jelas menjadi kabar baik bagi China karena ini akan menyelesaikan persoalan mengenai sulitnya menemukan pasokan batu bara berkalori tinggi," tutur analis COFCO Futures kepada Reuters.

Montel, pekan lalu, melaporkan jika permintaan sudah penuh hingga kuartal I-2023. Masuknya China akan semakin memperketat persaingan.

"Hanya ada sedikit alternatif bagi jenis batu bara rendah sulfur seperti yang dimiliki Australia," tambah trader tersebut.

China banyak menggunakan batu bara berkalori tinggi sebagai campuran batu bara berkalori rendah yang mengandung sulfur tinggi untuk pabrik-pabrik  mereka.
Batu bara kokas juga alzim digunakan sebagai salah satu material pembuatan baja.

Australia merupakan eksportir terbesar untuk batu bara metalurgi. Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) memperkirakan ekspor batu bata metalurgi Australia mencapai 166 juta ton pada 2022, Jumlah tersebut setara dengan 54% pasokan global.

Tiongkok merupakan produsen terbesar untuk batu bara metalurgi yakni mencapai 676 juta ton pada 2022. Namun, konsumsinya juga sangat tingi yakni sekitar 708 juta ton sehingga harus mengimpor.

Pada 2020, China mengimpor batu bara sebesar 34,97 juta ton dari Australia atau 48% dari total.

Sebagai catatan, pada Oktober 2020, China mengumumkan larangan impor batu bara dari Australia. Larangan impor akan dilakukan secara bertahap.

Kebijakan itu dikeluarkan setelah Australia melarang Huawei membangun jaringan 5G di negara tersebut serta sikap Melbourne yang mendukung seruan untuk penyelidikan internasional tentang penanganan virus corona (Covid-19) di China.


TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular