Lagi Lagi, Rupiah PHP! Sempat Nanjak Eh Lesu Lagi...

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
21 December 2022 11:20
penukaran uang, rupiah
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) sebelum akhirnya terkoreksi pada pertengahan perdagangan Rabu (21/12/2022). Sejalan dengan tertekannya mata uang di Asia. Berita baik dari Tanah Air belum mampu mendorong kinerja rupiah hari ini.

Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah menguat tipis 0,06% ke Rp 15.590/US$. Sayangnya, rupiah kembali terkoreksi 0,03% ke Rp 15.605/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Investor dalam negeri masih menantikan rilis keputusan Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan akan merilis kebijakan moneter terbarunya pada Kamis 22 Desember 2022.

Konsensus analis Trading Economics memprediksikan bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps dan mengirim tingkat suku bunga BI menjadi 5,5%.

Senada, jajak pendapat Reuters menilai bahwa mendinginnya angka inflasi dan mata uang rupiah yang lebih tangguh diperkirakan akan memberikan BI kenyamanan yang cukup untuk menaikkan seperempat poin pada pekan ini.

Sebanyak 90% analis memprediksikan bahwa BI hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps.

Namun, konsensus pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia terbelah menjadi dua yakni memprediksikan BI akan agresif dan akan moderat bulan ini.

Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,50%.

Sementara itu, dua lembaga/institusi memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 5,75%.

Selain itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencetak defisit yang jauh dari perkiraan awal jelang penutupan tahun 2022 ini. Sampai dengan 14 Desember 2022, total defisit postur APBN 2022 mencapai Rp 237,7 triliun atau 1,22% dari PDB.

Sementara itu, jika dihitung per 30 November, defisitnya mencapai 1,21% terhadap PDB atau Rp 236,9 triliun.

Sebagai informasi, pada 2021, angka defisit APBN mencapai 3,64% atau Rp 617,4 triliun.

Sri Mulyani memandang defisit APBN yang menurun dari 3,64% menjadi 1,22% dari PDB mengambarkan dinamika yang konsolidasi fiskal yang cepat.

"Pendapatan negara naik 36,9%, jadi defisit kita turun secara drastis," ujarnya.

Meski berita baik terus berhembus hingga pada akhir tahun ini, nyatanya belum mampu menopang kinerja rupiah.

Hal tersebut sejalan dengan mayoritas mata uang di Asia, di mana yen Jepang dan baht Thailand menjadi mata uang terkoreksi tajam sebesar 0,26% terhadap dolar AS.

Di susul oleh dolar Singapura yang melemah 0,17% terhadap si greenback.

Sedangkan, hanya dolar Taiwan yang sukses terapresiasi sebesar 0,24% di hadapan dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Dolar! Rupiah Mengangkasa Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular