Eropa Mulai Kedinginan, Harga Batu Bara Diramal Masih Membara

Maesaroh, CNBC Indonesia
28 November 2022 06:15
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Suhu di kawasan Eropa diperkirakan akan mulai menurun drastis pada dua pekan mendatang. Kondisi tersebut diproyeksi akan menopang pergerakan harga batu bara.

Kenaikan permintaan batu bara bahkan sudah dilaporkan Inggris dan Jerman. Dilansir dari The Times, Inggris mengimpor batu bara sebanyak 560.000 ton pada Oktober 2022, Jumlah tersebut naik 93% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Secara keseluruhan, total impor batu bara Inggris menembus 5,5 juta pada Januari-Oktober 2022. Jumlah tersebut sudah melewati total impor seluruh tahun 2021 yakni 4,6 juta ton.

Sementara itu, Montel News melaporkan jika pembangkit TSO Transnet BW sudah memesan 180.000 ton batu bara untuk persediaan.



Pemesanan batu bara meningkat karena Eropa akan menghadapi suhu yang lebih dingin ke depan.
A
nalis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi memproyeksi harga batu bara akan akan tetap berada di kisaran US$ 330-350 pada pekan. Salah satunya adalah karena prakiraan suhu yang lebih dingin di Eropa.

"Harga batu bara kami lihat akan di 330-350 untuk minggu depan. )Faktor penopang adalah) Ketidakpastian tingkat dingin untuk winter bulan depan di Uni Eropa. Uni Eropa diperkirakan lebih dingin," tutur Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.

Dilansir dari Bloomberg, Maxar Technologies Inc memperkirakan suhu udara di Eropa akan lebih dingin dari pada prakiraan sebelumnya menjelang Desember.

Suhu yang dingin dikhawatirkan akan meningkatkan penggunaan listrik sehingga pasokan energi akan terkuras. Maxar memperkirakan suhu di sebagian besar Eropa akan lebih dingin pada dua pekan ke depan.

Suhu di Berlin diprakirakan mencapai minus (-)3,5 derajat Celcius pada 3 Desember mendatang. Suhu di kota-kota utama Eropa seperti Amsterdam, Helsinki, dan Stockholm juga akan jauh lebih dingin dibandingkan normalnya.

Pada musim gugur tahun ini, suhu di Eropa lebih hangat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sehingga membuat kawasan tersebut bisa menekan penggunaan gas.
Storage gas di Eropa kini rata-rata berada di kisaran 95%. Pasokan tersebut diperkirakan akan terkuras cepat pada 10 hari ke depan.

Beberapa wilayah Eropa semula diperkirakan akan mengalami musim dingin yang hangat seperti Spanyol, Prancis, dan Portugal. Namun, ramalan cuaca terbaru menunjukkan suhu di negara-negara tersebut akan turun drastis dalam beberapa pekan ke depan.

Sebaliknya, anomali terjadi di sebelah utara Norwegia dan Swedia karena akan mengalami musim dingin yang lebih hangat.

Sebagai catatan, pada perdagangan Jumat (25/11/2022), harga batu bara kontrak Desember di pasar ICE Newcastle tercatat US$ 360,8 per ton. Harganya menguat 1,16%.

Dengan penguatan Jumat kemarin maka batu bara sudah mengakhiri perdagangan di zona hijau dalam tujuh hari.

Dalam sepekan, harga batu bara melesat 7,06% secara point to point. Harga batu bara juga tidak pernah melemah pekan lalu.  Penguatan batu bara sebesar 7,06% pada pekan lalu juga memperpanjang tren positif mingguan. Pada dua pekan lalu, harga batu bara melonjak 12,5%.

Zuhdi menambahkan faktor lain yang akan menggerakkan batu bara ke depan adalah perkembangan di China.

Kasus Covid-19 di China melonjak tajam dalam sepekan terakhir. Dengan peningkatan kasus ada risiko Beijing memperketat pembatasan. Namun, gelombang demo menentang kebijakan ketat Covid-19 di China bisa mengubah perkembangan tersebut.

Jika gelombang protes terus memanas, bukan tidak mungkin Beijing akan melonggarkan kebijakan pembatasan. Pelonggaran akan menjadi kabar positif bagi ekonomi China karena aktivitas ekonomi bisa meningkat.

Seperti diketahui, protes atas pembatasan Covid-19 yang ketat di China menyebar ke lebih banyak kota, termasuk pusat keuangan Shanghai.

Protes publik yang meluas sangat jarang terjadi di China karena hanya ada sedikit ruang untuk perbedaan pendapat di bawah Xi Jinping, dan warga dipaksa untuk curhat di media sosial, di mana mereka bermain kucing-kucingan dengan sensor.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah Jeblok 9%, Cuaca Bisa Dorong Harga Batu Bara Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular