'Hantu' Baru Ancam Eropa, Apa Dampaknya ke Harga Batu Bara?

Market - Tim Riset, CNBC Indonesia
27 February 2023 06:50
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo) Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya bangkit pada pekan lalu. Harga batu bara diperkirakan juga masih membaik pada pekan ini ditopang oleh kekhawatiran baru di Eropa serta ancaman melemahnya produksi di China.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (24/2/2023), harga batu bara kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup menguat 1,19% ke posisi US$ 204,25 per ton.

Secara keseluruhan, harga batu bara terbang 11,61% pada pekan lalu. Penguatan tersebut mengakhiri catatan buruk pasir hitam yang terus selama tujuh pekan sebelumnya.

Sepanjang pekan lalu, harga batu bara menguat dalam empat hari dan hanya sekali melemah.

Harga batu bara diperkirakan masih akan membaik pekan ini setelah dua kabar buruk dari China dan Eropa mulai membuat pasar khawatir akan pasokan. Kabar buruk dari China dan Eropa.


Eropa tengah dilanda kekhawatiran baru berupa musim panas yang kering. 

Musim dingin yang lebih hangat pada tahun ini memang menyelamatkan Eropa dari krisis energi. Data Copernicus climate monitor menunjukkan cuaca musim dingin pada Januari 2023 menjadi yang terhangat ketiga dalam sejarah.

Namun, musim dingin yang kering tersebut membawa konsekuensi lebih lanjut. Salju yang turun lebih sedikit dan curah hujan yang lebih rendah membuat Eropa bisa dilanda kekeringan parah pada musim panas tahun ini.

Jika ketakutan ini terjadi maka penggunaan listrik untuk pendingin ruangan bisa melonjak sehingga permintaan sumber energi juga meningkat. Alhasil, harga sumber energi seperti batu bara dan gas pun bisa melonjak.

Tanda-tanda kekeringan sudah terlihat dari rendahnya permukaan sungai, kanal, dan danau di hampir seluruh Benua Biru.

Penelitian dari Graz University of Technology Austria menunjukkan sumber air di dalam tanah sudah jauh berkurang.

"Setahun yang lalu, saya tidak pernah membayangkan jika air akan menjadi masalah di Eropa. Namun, kita benar-benar tengah dihadapkan pada pasokan air saat ini. Kita harus segara memikirkan persoalan ini," tutur salah satu peneliti Torsten Mayer-Gürr, dikutip dari CNN International.

Gurr menambahkan Prancis merupakan salah satu negara yang kemungkinan akan menghadapi kekurangan air pada musim panas mendatang.

Kondisi tanah Prancis pada saat ini adalah yang terkering selama 60 tahun terakhir karena tidak ada hujan selama 32 hari beruntun sejak 21 Januari-hingga 21 Februari.

Musim panas yang kering dan parah akan menimbulkan persoalan baru bagi pasokan sumber energi yakni terganggunya lalu lintas pengiriman barang, termasuk batu bara.
Jerman sudah mengalami hal tersebut pada musim lalu akibat rendahnya permukaan Sungai Rhine.

Lalu lintas impor batu bara sempat terhambat di tengah upaya Jerman untuk menggenjot pasokan.  Sebagai catatan, impor batu bara Jerman melonjak 8% pada 2022 menjadi 44,4 juta ton.

Produksi Batu Bara China Terganggu Karena Kecelakaan?
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading