Kabar Baik Di Akhir Pekan, CPO Lanjut Ngegas 2 Hari!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terkoreksi tipis di sesi awal perdagangan Jumat (28/10/2022). Harga CPO telah naik selama dua hari beruntun. Lantas, bagaimana prediksi pergerakan hari ini?
Mengacu pada Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan melemah 0,34% ke MYR 4.133/ton pada pukul 07:58 WIB.
Dalam sepekan, harga CPO telah menguat 0,34% secara point-to-point/ptp dan menanjak tajam 23,67% di sepanjang bulan ini. Namun, masih drop 17,77% secara tahunan.
Wang Tao, analis komoditas Reuters memprediksikan CPO akan bergerak di atas titik support MYR 4.114/ton, tapi kemudian jatuh ke kisaran MYR 4.001-4.071/ton.
Pada perdagangan Kamis (27/10), minyak sawit berjangka Malaysia ditutup naik 0,73% menjadi MYR 4.151/ton (US$ 880,76/ton) karena harga minyak mentah dunia melonjak, membuat minyak kelapa sawit makin dilirik untuk dijadikan bahan baku alternatif sebagai biofuel.
Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kemarin melesat 1,3% ke US$ 89.08/barel, melanjutkan kenaikan lebih dari 3% hari sebelumnya.
Minyak jenis Brent juga naik 1,3% ke US$ 96,96/barel. Pada perdagangan Rabu, minyak mentah jenis ini tercatat naik 2,3%.
Namun, harga CPO kini mulai mempersempit kesenjangan dengan harga minyak kedelai di pasar nabati sebab reli harga minyak kedelai mulai melandai. Hal tersebut dapat menjadi berita yang kurang baik untuk industri kelapa sawit.
"Sawit mempersempit penyebarannya dengan harga minyak kedelai Amerika Serikat (AS)", kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur dikutip Reuters.
"Reli mereda karena harga soyoil AS dan minyak saingannya Dalian terkoreksi", tambahnya.
Pada Kamis (27/10), harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) ditutup turun 0,21% sedangkan minyak kedelai di Dalian ambles 1,15%. Jika harga minyak kedelai dan CPO kian sedikit selisihnya, tentu akan membuat pangsa pasar terbagi dua. Sejatinya, minyak kedelai dan CPO bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar di pasar nabati global. Dengan begitu, pangsa pasar CPO berpotensi akan berkurang daripada sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)