Jakarta, CNBC Indonesia - Salim Group, konglomerasi bisnis raksasa RI yang terdiversifikasi milik taipan Anthoni Salim semakin rajin 'berbelanja' di pasar modal dan mencaplok satu per satu emiten publik. Tren tersebut sudah berlangsung sejak tahun lalu, dengan target akuisisi membentang panjang dari emiten kecil hingga besar, bonafide hingga terlilit utang.
Grup Salim yang dikenal sebagai salah satu konglomerat terbesar di Indonesia dengan bauran bisnis membentang panjang dari mulai ritel, perbankan, otomotif, barang konsumen, perkebunan, sampai infrastruktur.
Terbaru, portofolio bisnis perusahaan kembali bertambah di sektor pertambangan pasca masuk ke Bumi Resources (BUMI) lewat rights issue yang setalah disetujui oleh pemegang saham.Pasca aksi korporasi ini, Grup Salim akan menjadi pengendali bersama dengan Grup Bakrie, dengan pemegang saham utama lainnya termasuk kongsi Agoes Projosasmito dan HSBC Fund.
Saga masuknya Grup Salim di BUMI didahului oleh isu akuisisi ke anak usahanya, Bumi Resources Minerals (BRMS). Rumor ini berhembus dari kepemilikan saham Emirates Tarian Global Ventures di BRMS sejak akhir tahun lalu dengan informasi yang beredar di pasar menyebutkan Emirates Tarian terafiliasi dengan Grup Salim.
Akuisisi grup pertambangan BUMI merupakan salah satu dari sekian banyak manuver Grup Salim untuk memperluas gurita bisnisnya di Tanah Air.
Berikut adalah daftar sejumlah akuisisi besar yang dilakukan oleh Grup Salim, termasuk juga sejumlah rumor akuisisi yang beredar di pasar serta yang memiliki kedekatan langsung dengan Grup Salim.
DCI Indonesia (DCII)
Awal Juni tahun lalu, investor pasar modal dikejutkan oleh masuknya Anthoni Salim ke bisnis penyimpanan data lewat akuisisi saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Sebelumnya Salim memang sudah lebih dulu memiliki saham emiten tersebut akan tetapi belum diketahui publik karena kepemilikannya hanya semula 3,03%, di bawah ambang batas pengungkapan yang ditetapkan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Pasca akuisisi per 2 Juni kepemilikan saham DCII oleh masih naik menjadi 11,12%, dan masih bertahan hingga saat ini.
Masuknya Salim menjadi bahan bakar meroketnya harga saham emiten ini hingga masuk radar bursa dan memaksa otoritas terkait untuk menggembok saham ini selama berhari-hari.
Berdasarkan data KSEI tersebut, pada 31 Mei 2021 Salim membeli saham DCII dengan harga Rp 5.277/saham dan merogoh kocek hingga mencapai Rp 1,01 triliun.
Saham DCII sempat menyentuh harga puncaknya di harga Rp 59.000 dan saat ini diperdagangkan di harga Rp 37.225/saham, atau 605% lebih tinggi dari harga pembelian Salim.
Allo Bank Indonesia (BBHI)
Meski telah memiliki bank digital sendiri, Grup Salim ikut memperluas eksposurnya di bisnis perbankan masa depan dengan masuk ke Allo Bank lewat right issue (RI) awal tahun ini.
Grup Salim masuk ke BBHI lewat anak usahanya PT Indolife Investama Perkasa, dengan kepemilikan 6,00% di saham bank digital tersebut pasca RI.
President and CEO of Salim Group Anthoni Salim mengatakan masuknya perusahaan untuk berinvestasi di Allo Bank ditujukan untuk membangun ekosistem guna menyalurkan kredit yang berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pratama Abadi Nusa Industri (PANI)
Emiten kemasan ini sejatinya diakuisisi oleh konglomerat properti raksasa Agung Sedayu, dan dirumorkan akan menjadi kendaraan Grup tersebut untuk dapat menjadi perusahaan publik melalui mekanisme back door listing.
Meski demikian, nama Grup Salim ikut dikaitkan di emiten ini mengingat salah pemilik baru memiliki kedekatan dengan Grup Salim. Selain itu, PANI juga ikut mengkonsolidasi bisnis yang salah satu pemegang sahamnya adalah Grup Salim.
Tahun lalu, PT Multi Artha Pratama resmi mencaplok 80% saham PANI dari para pemilik sebelumnya. PT MAP sendiri dimiliki oleh oleh PT Agung Sedayu dan PT Tunas Mekar Jaya dengan kepemilikan saham masing-masing sebesar 50%.
Selain taipan Sugianto Kusuma (Aguan) yang merupakan pemilik dan pendiri Agung Sedayu, terdapat pula nama Hindarto Budiono yang memiliki kedekatan dengan Grup Salim dan menguasai 49,99% saham PT MAP secara tidak langsung melalui kepemilikan di PT MAP.
Hindarto Budiono merupakan Komisaris Utama PT Net Sekuritas dan memiliki 59,5% kepemilikan saham perusahaan broker tersebut. Net Sekuritas adalah broker dengan kode OK yang terafiliasi dengan Grup Salim.
Setelah resmi dicaplok Agung Sedayu, PANI mengumumkan rights issue setelah tender wajib Agung Sedayu tidak digubris oleh investor. Dalam rights issue penambahan modal mencapai Rp 6,56 triliun dan akan digunakan salah satunya untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan oleh PT Bangun Kosambi Sukses (BKS).
BKS sendiri merupakan perusahaan patungan Agung Sedayu yang terafiliasi dengan Grup Salim. Perusahaan diketahui menggarap proyek strategis Kawasan Pusat Keuangan Syariah Internasional di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 dengan nilai investasi total mencapai US$5 miliar (Rp 75 triliun).
WIR Asia (WIRG)
WIR Asia bersama Salim Group mengumumkan telah membentuk joint venture bernama PT Metaverse Indonesia Makmur yang menciptakan platform Nusameta. Platform yang disebut sebagai Indonesia versi digital ini adalah ekosistem yang terdiri atas platform dan integrasi online-to-offline (O2O) yang memungkinkan seluruh pengguna mewujudkan interaksi antara dunia nyata dan digital.
Proyek ini bertujuan membangun konektivitas dan aktivitas perekonomian yang equitable bagi Indonesia. Ada beberapa pilar besar yang menjadi fokus Nusameta, seperti ekonomi berkelanjutan dan play & earn. Platform ini juga dipastikan akan menghadirkan dunia Metaverse yang beragam, mulai dari pendidikan, layanan kesehatan, dan lain sebagainya.
META Akuisisi Tol MBZ
Pertengahan tahun ini, Grup Salim memperluas usahanya di sektor jalan tol lewat akuisisi saham di konsesi tol Jalan Layang Jakarta-Cikampek yang kini bernama Tol Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ).
PT Nusantara Infrastructure (META) yang terafiliasi dengan Grup Salim ditaksir perlu mengeluarkan duit setidaknya Rp 4,38 triliun untuk melancarkan akuisisi tersebut. Pembayarannya dilakukan secara bertahap.
Akuisisi ini merupakan kelanjutan dari langkah Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC) yang menandatangani sale purchase agreement (SPA) atas pembelian 40% konsesi Tol MBZ. Penandatanganan ini dilakukan pada 30 Juni kemarin.
MPTC merupakan anak usaha Metro Pacific Investment Corp (MPIC). MPIC sendiri terafiliasi dengan First Pacific Company Limited, perusahaan di Hong Kong yang 44,3% sahamnya dimiliki oleh Anthoni Salim.
Selain itu Grup Salim sebelumnya juga telah masuk ke sejumlah emiten termasuk Medco Energi Internasional (MEDC), Bank Ina Perdana (BINA) lewat PT Indolife Pensiontama hingga Metropolitan Land (MTLA).
TIM RISET CNBC INDONESIA