Dapat Restu Private Placement, Gimana Nasib Saham BUMI?

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
12 October 2022 17:29
BUMI
Foto: dok RUPSLB BUMI

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) telah berhasil mendapatkan persetujuan untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement senilai Rp 1,6 miliar atau setara Rp 24,16 triliun (kurs Rp 15.100).

Dengan aksi korporasi ini pihak manajemen optimis kedepan kinerja perusahaan bisa lebih kuat dalam mencetak keuntungan didukung oleh rasio utang yang menurun, serta nilai perusahaan dan nilai investasi meningkat.

Lalu bagaimana prospek saham BUMI ke depan? Mengutip riset Samuel Sekuritas Indonesia, Rabu (12/10/2022), aksi korporasi yang dilakukan BUMI dapat membantu memperbaiki neraca perseroan dan menjadikan BUMI sebagai perusahaan dengan kas bersih pada 2023.

"Selain itu, kami meyakini bahwa masuknya investor strategis baru (Grup Salim; 37% kepemilikan efektif) dapat membantu BUMI dalam meningkatkan CSR dan tata kelolanya, serta mengembangkan strategi transisi energi jangka panjang," terang riset Samuel Sekuritas Indonesia.

Masih dalam riset tersebut, NPR dalam perhitungan Samuel Sekuritas meningkatkan proyeksi laba bersih BUMI di 2023 sebesar 13.4% berkat penurunan beban bunga menjadi USD 36 juta (sebelumnya USD 156 juta).

"Meskipun demikian, dengan meningkatnya jumlah saham yang beredar pasca NPR, kami menyesuaikan TP kami untuk BUMI menjadi Rp 215 per saham, menyiratkan PE 2023 sebesar 8.8x," terang riset tersebut.

Seperti diketahui, dalam aksi korporasi tersebut, BUMI akan menerbitkan 200 miliar saham biasa Seri C dengan harga pelaksanaan Rp 120. Dana tersebut akan membantu BUMI melunasi utang PKPU-nya sebesar US$ 1.56 milliar dan menghemat beban bunga hingga US$ 130 juta per tahun.

Di samping itu, masuknya investor strategis grup Salim 37% juga dapat membantu BUMI untuk meningkatkan GCG serta kinerjanya ke depan.

Sementara terkait harga batu bara diprediksi masih akan tetap tinggi untuk sementara waktu. World Meteorological Organization (WMO) memperkirakan bahwa cuaca ekstrem mungkin bertahan hingga awal 2023, yang tentunya akan mempengaruhi produksi batu bara.

Selain itu, tensi geopolitik antara Rusia-Ukraina dan peningkatan permintaan batu bara di musim dingin juga dapat membantu mendorong harga batu bara naik lebih tinggi lagi. Namun, terdapat beberapa risiko yang tidak boleh diabaikan, seperti potensi perlambatan ekonomi global, peningkatan produksi batu bara di China dan India, dan kembalinya pasokan batubara Rusia ke pasar menyusul pelonggaran sanksi Eropa pada September 2022.

Perubahan proyeksi bisa terjadi karena tingginya curah hujan. Mengingat tingginya curah hujan di beberapa tambang BUMI, termasuk KPC (Agustus 2022 170.5 mm, rata-rata 5 tahun 125.0 mm) dan Arutmin (Agustus 2022 482.5 mm, rata-rata 5 tahun 306.5 mm).

Sekedar informasi, pada perdagangan hari ini, saham BUMI berhasil ditutup menguat 3,66% ke Rp 170 dengan total frekuensi sebanyak 54.629 kali transaksi dan volume sebesar 60,64 juta lot saham senilai Rp 1 triliun.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjualan Batu Bara BUMI Capai 78,7 Juta Ton di 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular