
Salim Effect, Nilai Transaksi BUMI Terbesar Sesi I, Rp 378 M!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan Grup Bakrie yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang memiliki nilai transaksi paling besar pada perdagangan sesi I Kamis (13/10/2022).
Adapun nilai transaksinya saham BUMI pada perdagangan sesi I hari ini mencapai Rp 378,2 miliar. Sedangkan volume transaksi BUMI pada perdagangan sesi I hari ini diperdagangkan sebanyak 2,19 miliar lembar saham.
Meski menjadi yang terbesar dari sisi nilai, BUMI ditutup stagnan di harga Rp 170 per unit pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham BUMI tengah menjadi sorotan setelah Konglomerat Anthoni Salim dipastikan bakal menjadi pemegang saham BUMI.
Pada Rabu kemarin, BUMI telah berhasil mendapatkan persetujuan untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement senilai Rp 1,6 miliar atau setara Rp 24,16 triliun (kurs Rp 15.100).
Dengan aksi korporasi ini pihak manajemen optimis kedepan kinerja perusahaan bisa lebih kuat dalam mencetak keuntungan didukung oleh rasio utang yang menurun, serta nilai perusahaan dan nilai investasi meningkat.
Dalam private placement kali ini, nama Grup Salim memang ramai diperbincangkan karena akan menjadi pengendali baru atau ultimate shareholder bersama Grup Bakrie.
Sebelum melakukan private placement, BUMI mengaku kesulitan mencari pinjaman dari sektor perbankan. Sebab, sejalan dengan komitmen ekonomi hijau, bank saat ini ogah mengucurkan pinjaman ke sektor batu bara.
Dileep Srivastava, Direktur BUMI mengatakan pihaknya sejatinya memiliki sejumlah opsi penyelesaian utang sebelum akhirnya memutuskan untuk menggandeng Anthoni Salim. Termasuk, mencari pinjaman untuk refinancing utang yang jatuh tempo pada 11 Desember 2022 senilai US$ 1,56 miliar.
"Tapi, mencari pinjaman bank dalam konteks saat ini sulit. Bank tidak mau memberikan kredit ke sektor batu bara. Sementara, kalau utang sampai default, ini tidak baik untuk stakeholders," terang Dileep Kepada CNBC Indonesia.
Proses rights issue atau HMETD juga sempat menjadi opsi. Namun, aksi korporasi ini juga memakan waktu.
Maka, dengan komitmen manajemen BUMI untuk memperbaiki profil keuangan, opsi pencarian investor baru untuk kemudian dijalankan melalui private placement yang menjadi pilihan.
"Jadi, yang paling memungkinkan adalah mencari investor yang mau melakukan settlement atas utang sekitar US$ 1,6 miliar itu, untuk kemudian mengambil sebagian ekuitas BUMI," ujar Dileep.
Saat itulah Anthoni Salim masuk melalui kendaraan investasinya.
Mengingatkan saja, BUMI akan melepas 200 miliar saham di harga Rp 120 per saham saat private placement. Akan ada dua entitas usaha yang menyerap saham ini.
Entitas pertama adalah Mach Energy (Hongkong) Limited (MEL). Sedang entitas berikutnya adalah Treasure Global Investments Limited (TGIL).
Adapun komposisi pemegang saham MEL adalah, PT Bakrie Capital Indonesia memiliki sebesar 42,5% saham MEL. Kemudian, Clover Wide Limited menguasai 15% saham. Terakhir, Mach Energy (Singapore) Pte. Ltd. (MPEL) memiliki 42,5% saham MEL.
Nah, Mach Energy Pte. Ltd. adalah perusahaan di bawah Grup Salim. Anthoni Salim memiliki kendali penuh atas Mach Energy Pte. Ltd.
Setelah penyelesaian private placement, baik BCI maupun MPEL akan bersama-sama mengendalikan MEL. Semua keputusan yang dibuat MEL akan disetujui bersama oleh BCI dan MEPL.
Sedang TGIL merupakan perusahaan yang berdomisili di Singapura. PT Aswana Pinasthika Investasi dan MPEL masing-masing menguasai 16,5% dan 83,85% saham TGIL.
MEL bakal mengambil 85% dari 200 saham baru yang diterbitkan BUMI di harga Rp 120 per saham melalui private placement. Sedang TGIL bakal menyerap 15% sisanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Sukses Lunasi Utang Jumbo, Saham BUMI Siap Terbang?