Jatuh-Bangun Salim, Dari Bikin Indomie sampai Bisnis Batubara

Tim Riset, CNBC Indonesia
07 October 2022 19:17
Penjualan mie instan di warkop kawasan Radio Dalam, Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Foto: Penjualan mi instan di warkop kawasan Radio Dalam, Jakarta, Rabu (10/8/2022).

Anthoni Salim adalah putra konglomerat orde baru yang dekat dengan Cendana, Liem Sioe Liong atau Sudono Salim. Anthoni lahir dengan nama Liem Hong Sien pada 25 Oktober 1949 lalu. Anthoni merupakan anak bungsu dari Sudono dan Lie Las Nio.

Ia menyelesaikan sekolahnya pada 1971 di Ewell County Technical dan meraih gelar Bachelor of Arts. Sekembalinya ke kembali ke Indonesia ia membantu ayahnya mengurusi bisnis, yang sudah beranak pinak. Ada produsen semen, PT Indocement Tunggal Perkasa, Bank Central Asia, produsen dan importir otomotif PT Indomobil Sukses Internasional, hingga makanan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan produsen terigu PT Bogasari Flour Mills.

Kepiawaian Anthoni teruji ia menggantikan ayahnya, saat BCA mengalami rush pada saat krisis multidimensional pada 1997. Anthoni harus menggunakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan berutang Rp 52 Triliun kepada negara. Ia kemudian menjual bisnis semen, bank dan otomotifnya guna melunasi utang. Ia menyisakan Indofood dan Bogasari Flour Mills untuk memulai perjalanannya sendiri.

Pilihan itu terbukti tepat, karena hampir tak ada masa krisis untuk makanan. Indofood kini adalah produsen mie instan terbesar di dunia. Riset Kantar berjudul 'Global Brand Footprint 2021' memasukkan Indomie dalam deretan merek fast moving consumer goods (FMCG) paling populer ketujuh di dunia dengan nilai Poin Jangkauan Konsumen (Consumer Reach Points) sebesar 2,2 miliar. Nomor satu dalam daftar ini adalah Coca-Cola.

Indofood adalah mesin uang utama Anthoni untuk tumbuh kembang. Laba bersih perusahaan ini sebesar Rp7,6 triliun pada 2021. Bermula dari sini, Anthoni dan keluarganya sebagai pemilik Grup Salim dinobatkan oleh majalah Forbes sebagai orang terkaya nomor 3 di Indonesia. Total kekayaan Keluarga Salim menurut Forbes mencapai US$ 8,5 miliar pada 2021, atau setara dengan hampir Rp 129 triliun (Rp 15.200/US$).

 

Selama ini Grup Salim paling dikenal dengan dua emiten konsumen yang mereka miliki yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) serta anak usahanya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Sebagai perusahaan induk, INDF mengempit 80% saham ICBP yang menjual berbagai produk makanan dan minuman yang tentunya sudah tak asing lagi bagi konsumen di Indonesia.

Berbagai merek ICBP di berbagai segmen meliputi Indomie & Pop Mie untuk kategori mie instan, Susu Indomilk, Snack Chitato hingga Qtela, berbagai bumbu masak dengan merek Indofood mulai dari saus, kecap dan bumbu instan, makanan untuk bayi dengan merek SUN hingga berbagai merek minuman kemasan seperti Club untuk air mineral dan Ichi Ocha untuk kategori minuman berasa kemasan.

Segmen bisnis Indofood tidak hanya mencakup makanan jadi tetapi juga bahan makanan seperti gandum dengan merek Cakra Kembar, Segitiga Biru, Kunci Biru, Lencana Merah hingga Taj Mahal. Kemudian ada juga segmen bisnis yang membidangi usaha minyak goreng dan margarin dengan merek ternama seperti Bimoli, Delima, Happy, Palmia hingga Amanda.

Untuk memuluskan pelbagai aksi akusisi, Anthoni menggunakan First Pacific Co, perusahaan invetasi yang listing di bursa Hong Kong. Pada perusahaan beraset US$27 miliar dan beroperasi di enam negara ini, Grup Salim menggenggam lebih dari 40% kepemilikan.

INDF sendiri sebagai holding sebanyak 50,07% sahamnya juga dimiliki oleh Keluarga Salim lewat First Pacific Co. Selain INDF dan ICBP, portofolio bisnis Grup Salim terbilang sangat terdiversifikasi, baik yang merupakan perusahaan publik maupun privat dengan kepemilikan langsung maupun tak langsung.

Selain menggunakan First Pacific, dan perusahaan miliknya, Anthoni tidak segan-segan menggunakan nama pribadi untuk akusisi.

(mum/mum)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular