Pasar saham AS ditutup ambles pada perdagangan Selasa (20/9) waktu New York karena investor masih waswas menantikan keputusan kebijakan The Fed. Sementara itu, imbal hasil Treasury 10-tahun AS terus meningkat, setelah mencapai level tertinggi dalam satu dekade pada hari Senin (19/9) kemarin.
Dow Jones Industrial Average ditutup turun 313 poin, atau 1,01%. Sedangkan S&P 500 dan NASDAQ masing-masing melemah 1,13% dan 0,95%.
Suramnya perdagangan di Wall Street juga terlihat di seluruh sudut pasar di mana dari total 11 sektor di S&P 500, semuanya berakhir di zona merah.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) saat ini telah memulai pertemuan September atau pada hari Selasa waktu setempat, di mana para pejabat sentral diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga 75 bps pada hari Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pasar saham AS telah jatuh dalam beberapa pekan terakhir karena komentar dari Ketua Fed Jerome Powell dan laporan indeks harga konsumen atau inflasi Agustus yang urung mendingin menyebabkan para pedagang dan investor bersiap untuk kenaikan suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi sampai inflasi dapat dikendalikan.
Sementara itu di pasar obligasi, imbal hasil terus melonjak ke level tertinggi baru multi-tahun. Imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik menjadi 3,573% dari sebelumnya 3,489% pada hari Senin, tertinggi sejak April 2011. Imbal hasil obligasi dua tahun, yang terkait erat dengan ekspektasi kebijakan moneter, terdorong ke 3,975% dari semula 3,946%, tertinggi sejak Oktober 2007.
Pergerakan yang lebih tinggi dalam imbal hasil 10-tahun kemungkinan berkontribusi pada gejolak di pasar ekuitas pada hari Selasa, kata Jack Ablin dari Cresset Capital dilansir CNBC Internasional.
"Investor telah mencerna kenaikan 75 basis poin dengan cukup baik besok, tetapi mungkin ada beberapa kekhawatiran bahwa retorika pada konferensi pers [saat pengumuman suku bunga] masih sangat hawkish," katanya.
Investor dan pedagang mengawasi proyeksi bank sentral yang keluar dari pertemuan dalam upaya untuk mengukur berapa besar kenaikan suku bunga serta serangkaian implikasi bagi perekonomian yang lebih luas.
Sementara itu, saham Ford merosot 12% lebih setelah mengumumkan bahwa masalah rantai pasokan akan menelan biaya tambahan US$ 1 miliar pada kuartal ketiga. Pengumuman awal dari Ford datang setelah peringatan profitabilitas juga diumumkan oleh FedEx, yang juga membuat sahamnya ambles Jumat lalu.
Hari ini sentimen utama yang berpotensi menggerakkan IHSG masih akan didominasi oleh keputusan hasil rapat pejabat bank sentral untuk menentukan kebijakan moneter suku bunga, termasuk dari dalam negeri oleh Bank Indonesia.
Selain BI, Bank sentral utama dunia lain yang ikut mengumumkan suku bunga acuannya termasuk The Fed AS, Bank of England, Swiss National Bank dan Bank of Japan.
Berkaitan dengan tingkat suku bunga Kanada dan Jepang baru saja melaporkan tingkat inflasinya untuk bulan Agustus 2022. Inflasi di Kanada tercatat turun menjadi 7% secara tahunan (yoy), mendingin lebih cepat dari prediksi dan konsensus pasar. Sedangkan Jepang melaporkan tingkat inflasi Agustus naik menjadi 3% (yoy), lebih tinggi dari konsensus pasar dan merupakan yang tertinggi dalam delapan tahun.
Selanjutnya investor perlu menyimak pergerakan harga komoditas yang sering kali ikut mendikte pergerakan pasar saham domestik. Sejumlah emiten di sektor energi, pertambangan hingga perkebunan pergerakannya nyaris secara eksklusif ditopang oleh naik turunnya harga komoditas di pasar global.
Minyak mentah berjangka acuan AS, west texas intermediate (WTI), jatuh lebih dari 2% ke bawah level US$ 84 per barel di tengah kekhawatiran tentang dampak pertumbuhan ekonomi global yang lebih lambat akan permintaan energi.
IEA memprediksi pertumbuhan permintaan akan tertahan di Q4. Namun, kekhawatiran akan turunnya permintaan mulai mereda setelah China melonggarkan beberapa pembatasan di sejumlah kota sambil menjanjikan stimulus lebih lanjut untuk mendukung ekonomi.
Di sisi pasokan, OPEC+ gagal mencapai target produksi minyaknya pada Agustus, sementara kebuntuan kesepakatan untuk memulihkan perjanjian nuklir Iran ikut memperburuk kekhawatiran akan pengetatan pasokan.
Harga emas masih terkoreksi dan dalam sepekan sudah anjlok 1,7% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas ambles 4,3% sementara dalam setahun menyusut 5,2%.
Selanjutnya harga gas berjangka Belanda bulan depan turun ke level terendah dalam dua bulan, setelah pekan lalu juga turun 9%. Sementara itu, persediaan gas Eropa jelang musim dingin telah 86% penuh, dan untuk Jerman mencapai 90%, mengutip data Gas Infrastructure Europe.
Kemudian harga gas alam Eropa akhirnya mengalami rebound setelah turun tiga hari beruntun, dengan para pedagang kini menimbang apakah upaya intensif saat ini akan cukup untuk menghindari kekurangan pasokan.
Kondisi tersebut tentu akan berpengaruh pada harga komoditas ekspor unggulan RI, yang mana pergerakan harga batu bara global beberapa waktu ini nyaris secara eksklusif dipengaruhi oleh krisis energi benua Biru. Meski demikian, permintaan batu bara diperkirakan akan tetap naik jelang musim dingin tahun ini.
Selanjutnya imbal hasil obligasi AS terus melonjak ke level tertinggi baru multi-tahun. Imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik menjadi 3,573% dari sebelumnya 3,489% pada hari Senin, tertinggi sejak April 2011. Imbal hasil obligasi dua tahun, yang terkait erat dengan ekspektasi kebijakan moneter, terdorong ke 3,975% dari 3,946%, tertinggi sejak Oktober 2007.
Kenaikan ini dapat menjadi petaka bagi Wall Street yang pada penutupan perdagangan Selasa berakhir di zona merah. Saat ini, kurang dari 16% saham S&P 500 memiliki yield dividen yang lebih besar daripada imbal hasil surat utang AS dua tahun, yang mendekati 4%.
Menguatnya imbal hasil surat berharga AS juga akan berdampak bagi pasar keuangan RI, yang mana karena spread yang kian menyempit tersebut, membuat pasar keuangan domestik menjadi semakin kurang menarik. Data terbaru Bank Indonesia (BI) melaporkan outflow sejak awal tahun mencapai Rp 143,14 triliun di pasar obligasi atau surat berharga negara (SBN).
Sementara itu di pasar ekuitas kondisinya jauh lebih baik, dengan asing mencatatkan rekor beli bersih Rp 72 triliun sejak awal tahun. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa bursa domestik menjadi salah satu pasar ekuitas dengan kinerja terbaik di dunia tahun ini, sehingga wajar jika dana asing ikut parkir di dalam negeri. Meski demikian dalam sepekan terakhir asing mencatatkan jual bersih.
Selanjutnya dolar juga masih kuat dan diperkirakan akan semakin perkasa pasca pertemuan FOMC. Saat ini dollar index (yang mengukur Greenback dengan enam mata uang utama) masih berfluktuasi di sekitar puncak tertinggi dalam 20 tahun.
Penguatan dolar dapat menghantam rupiah dan menjadi sentimen negatif bagi sejumlah emiten tanah air. Baik itu yang kinerjanya tergerus karena harus mengimpor barang mentah dan dibayarkan dengan dolar, atau likuiditas yang tertekan bagi sejumlah emiten yang harus membayarkan utang dalam denominasi dolar AS.
Pertemuan The Fed atau yang lebih dikenal sebagai FOMC telah dimulai sejak hari ini atau Selasa waktu AS dan akan berakhir besok dan diumumkan pada hari Kamis (21/9) dini hari waktu Indonesia.
Mengacu pada alat ukur FedWatch, pasar memprediksi peluang The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) menjadi sebesar 80%. Sementara sisanya memproyeksikan The Fed akan lebih agresif lagi dengan menaikkan suku bunga sebesar 100 bps menjadi 3,25%-3,5%.
Pandangan hawkish tersebut terjadi setelah rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) AS per Agustus 2022 berada di 8,3% secara tahunan (yoy). Meskipun melandai dari bulan sebelumnya di 8,5%, tapi posisi tersebut masih berada di atas prediksi analis, dengan inflasi inti malah tercatat naik.
Selain The Fed, besok pagi bank sentral Jepang (BoJ) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga yang diprediksi tetap ditahan di level ultra rendah.
Lalu siangnya Bank Indonesia yang akan mengumumkan tingkat suku bunga baru yang diprediksi diperketat naik seperempat poin presentase. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, semuanya kompak memperkirakan kubu MH Thamrin akan menaikkan suku bunga acuan.
Sebanyak 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,00% sementara dua lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,25%.
Lonjakan inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi dan tren kenaikan suku bunga di tingkat global menjadi pertimbangan BI untuk mengerek BI7DRR.
Negara Asia Tenggara lain yakni Filipina juga akan mengumumkan tingkat suku bunga di waktu yang berdekatan dan diperkirakan akan naik hingga 50 bps.
Kemudian besok sing - pagi waktu setempat, juga terdapat sejumlah bank sentral negara Eropa yang akan mengumumkan tingkat suku bunga baru. Bank sentral Swiss (SNB) diperkirakan akan menaikkan suku bunganya secara agresif sebanyak 75 bps dan kembali ke zona positif pertama kali dalam sepuluh tahun lebih. Lalu ada Bank sentral Norwegia yang diprediksi akan menaikkan suku bunga untuk ketujuh kali sejak pandemi ke level tertinggi baru dalam lebih dari satu dekade.
Terakhir besok malam giliran bank sentral Inggris (BoE) yang dijadwalkan mengumumkan kebijakan moneter baru dengan suku bunga diperkirakan naik 50 bps ke level tertinggi baru sejak krisis keuangan global 2008.
Mayoritas suku bunga global yang meningkat tajam berpotensi menyebabkan resesi, dengan sejumlah organisasi besar seperti Bank Dunia telah mewanti-wanti.
Berikut beberapa pidato dan data ekonomi penting yang akan dirilis hari ini:
Tingkat pertumbuhan GDP Argentina kuartal II (02.00)
Cadangan minyak mentah American Petroleum Institute (03.30)
Pidato pejabat bank sentral Australia/RBA (09.00)
Indeks keyakinan konsumen Belanda September (11.30)
Pidato pejabat bank sentral Eropa/ECB (14.00)
Data penjualan rumah AS (21.00)
Dengan berakhirnya musim laporan keuangan dan RUPST, hari ini hanya terdapat tiga agenda korporasi. Pertama adalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Hexindo Adiperkasa (HEXA) pada pukul 10.00 WIB. Kemudian ada cum date dividen dua emiten bati bara Grup Baramulti yakni Baramulti Suksessarana (BBSR) dan Mitrabara Adiperdana (MBAP).
Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:
TIM RISET CNBC INDONESIA