Timah Ngeprank Lagi, Kali Ini Jatuh 1,77%

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
20 September 2022 15:29
Dok.PT Timah
Foto: Dok.PT Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah dunia terpantau kembali amblas. Kurang moncernya harga terjadi di tengah tertekan ekspektasi kenaikan suku bunga yang meningkatkan risiko resesi global.

Harga timah di pasar logam dunia, London Metal Exchange (LME) pada Selasa (20/9/2022), pukul 14:45 WIB tercatat US$ 20.575 per ton, melemah 1,77% dibandingkan harga penutupan kemarin yakni US$ 20.945 per ton.

Harga timah saat ini kembali diperdagangkan di level US$ 20.000-21.000 setelah sebelumnya sempat nyaris menyentuh level US$ 49.000 awal Maret atau beberapa hari pasca serangan Rusia ke Ukraina. Tetapi, harga yang tinggi saat ini seakan susah digapai akibat tidak seimbangnya permintaan dan penawaran.

Persediaan timah di gudang yang dipantau oleh bursa logam London (LME) terus naik mencapai posisi tertinggi sejak Desember 2020. Berdasarkan pantauan Tim Riser CNBC tanggal 19 September 2022 persediaan timah di gudang LME tercatat 4.855 ton, naik 65,42%point-to-point (ptp) sejak awal bulan Juni lalu yakni sebesar 2.935 ton.

Hal ini menjadi indikasi bahwa permintaan timah dunia masih tertekan sehingga persediaan di gudang masih terus menumpuk dan stok terus bertambah setiap harinya.

Permintaan yang tertekan memicu stock yang kian menumpuk dam membuat harga timah akan terus bergeraksideways, kecuali ada peristiwa besar yang membalikkan keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar.

Saat ini, investor tengah fokus menanti hasil pertemuan rutin The Fed (FOMC) pada 20-21 September 2022 yang diperkirakan akan ada kenaikan suku bunga.

Pasar telah sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga setidaknya 75 basis poin (bps) pada akhir pertemuan The Fed minggu depan, bahkan mungkin setinggi 100 bps.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00% - 3,25% adalah 80,0%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuansebesar100 bp menjadi 3,25% - 3,50% adalah 20%.

Saat suku bunga meningkat, bunga kredit pun turut naik sehingga akan membebani ekspansi korporasi dan konsumsi rumah tangga. Akibatnya roda ekonomi tidak berputar sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut kemudian menciptakan pesimisme di pasar, begitu juga dengan aktivitas industri yang jadi konsumen timah.

Kekhawatiran resesi AS tentunya membuat negara-negara di dunia ikut ketar-ketir. Termasuk pula China di mana penguncian terus-menerus akibat Covid-19 pada akhirnya melemahkan permintaan timah.

Kenaikan suku bunga yang agresif juga berpotensi membuat nilai tukar dolar AS semakin perkasa. Dolar yang menguat membuat timah menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya sehingga berpotensi melemahkan permintaan. Saat permintaan turun, harga pun mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum) Next Article Melesat! Harga Timah 'Terbang' 3% Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular