Menguat Nyaris 1%, Harga Timah Masih Mencoba Bangkit...

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
16 September 2022 15:09
PT Timah memusatkan produksi sumber daya timahnya di pulau Bangka, yang terdiri dari penambangan, pengolahan, pemurnian, peleburan, hingga penjualan.
Foto: PT Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah dunia terpantau masih mencoba bangkit pada sesi perdagangan hari ini, di tengah isu larangan ekspor timah dari Indonesia. Di sisi lain, pergerakan harga timah cenderung terbatas dan masih berada dalam tren yang rendah pasca laporan ekonomi yang menunjukkan gambaran suram dari ekonomi Amerika Serikat (AS).

Harga timah di pasar logam dunia, London Metal Exchange (LME) pada Jumat (16/9/2022), pukul 14.30 WIB tercatat US$ 21.000 per ton, menguat 0,91% dibandingkan harga penutupan kemarin yakni US$ 20.810 per ton.

Harga timah saat ini diperdagangkan di level US$ 20.000-21.000 setelah sebelumnya sempat nyaris menyentuh level US$ 49.000 awal Maret atau beberapa hari pasca serangan Rusia ke Ukraina.

Harga timah masih menunjukan tren melemah pasca ketidakpastian ekonomi yang kini dihadapi oleh negara-negara di dunia terutama Amerika Serikat (AS). Laporan ekonomi yang menunjukkan gambaran suram dari ekonomi Amerika Serikat (AS) sulit membuat harga timah membaik.

Kenaikan suku bunga berkorelasi negatif serta dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi bahkan resesi pada saat ini. Tak bisa dipungkiri bahwa laporan inflasi di AS juga semakin meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed, bank sentral Amerika, akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September.

Saat suku bunga meningkat, bunga kredit pun turut naik sehingga akan membebani ekspansi korporasi dan konsumsi rumah tangga. Akibatnya roda ekonomi tidak berputar sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut kemudian menciptakan pesimisme di pasar, begitu juga dengan aktivitas industri yang jadi konsumen timah.

Inilah yang menyebabkan permintaan berkurang, stock terus menumpuk sehingga harga timah masih bergerak di tren yang rendah. Persediaan timah di gudang yang dipantau oleh bursa logam London (LME) terus naik mencapai posisi tertinggi sejak Desember 2020.

Pada 15 September 2022 persediaan timah di gudang LME tercatat 4.810 ton, naik 63,88%point-to-point(ptp) sejak awal bulan Juni lalu yakni sebesar 2.935 ton. Hal ini menjadi indikasi bahwa permintaan timah dunia masih tertekan sehingga persediaan di gudang masih terus menumpuk dan stok terus bertambah setiap harinya.

Di sisi lain, naiknya harga timah dipicu oleh kekhawatiran global kekhawatiran potensi gangguan di negara-negara produsen, meskipun prospek permintaan global yang lemah masih membebani harga timah.

Presiden Joko Widodo kembali menekankan akan melarang ekspor logam timah, di mana Indonesia adalah produsen utama.

Menurut data Fitch Solution, Indonesia adalah produsen tambang timah terbesar kedua di dunia. Pada 2021, jumlah produksi tambang timah Indonesia sebesar 83.000 ton. Jumlah ini setara dengan 26% total produksi tambang dunia.

Akibatnya, pelaku pasar menjadi cemas bahwa pasokan timah akan berkurang, meskipun dari sisi permintaan yang tertekan karena perlambatan ekonomi global. Dampaknya adalah harga timah dunia mulai menanjak. Meskipun masih dalam tren yang rendah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum) Next Article Breaking News: Harga Timah Lompat 7%!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular