
Gara-Gara Inflasi AS, Harga Timah Kembali Lesu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah dunia terpantau kembali melemah pada sesi perdagangan hari ini di tengah Kekhawatiran resesi dan permintaan konsumen yang lesu telah memukul permintaan barang elektronik yang berujung kepada konsumsi timah yang lebih lemah.
Harga timah di pasar logam dunia, London Metal Exchange (LME) pada Rabu (14/9/2022), pukul 15.05 WIB tercatat US$ 21.245 per ton, melemah 0,63% dibandingkan harga penutupan kemarin yakni US$ 21.380 per ton.
Persediaan timah di gudang yang dipantau oleh bursa logam London (LME) terus naik mencapai posisi tertinggi sejak Desember 2020.
Pada 13 September 2022 persediaan timah di gudang LME tercatat 4.785 ton, naik 63,03%point-to-point (ptp) sejak awal bulan Juni lalu yakni sebesar 2.935 ton. Hal ini menjadi indikasi bahwa permintaan timah dunia masih tertekan sehingga persediaan di gudang masih terus menumpuk.
Harga timah saat ini diperdagangkan di level US$ 21.000-an setelah sebelumnya sempat nyaris menyentuh level US$ 49.000 awal Maret atau beberapa hari pasca serangan Rusia ke Ukraina.
Harga timah berfluktuasi sideways sejak Juli. Baru pada tanggal 30 Agustus, penurunan mulai mendominasi pasar, dan harga timah LME turun ke level terendah baru US$ 19.750 per ton.
Pelemahan ini terjadi akibat prospek suram ekonomi global yang di sebabkan oleh laporan indeks harga konsumen (CPI) AS pada Agustus yang menyebutkan angka inflasi lebih tinggi dari perkiraan.
Laju inflasi tahunan sebesar 8,3%year-on-year/yoy,lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,1%yoy. Sementara secara bulanan naik 0,1%month-to-month/mtm meskipun terjadi penurunan harga gas. Inflasi inti sendiri naik 0,6%mtm.
Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus. Di mana terjadi penurunan 0,1% untuk inflasi umum dan kenaikan 0,3% untuk inflasi inti.
Laporan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed, bank sentral Amerika, akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September. Laporan Agustus yang tinggi dapat membuat The Fed melanjutkan kenaikan secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.
Inflasi yang melonjak dan suku bunga yang dikhawatirkan memicu resesi global membuat harga timah turun. Saat resesi terjadi, ekonomi akan mandek. Begitu juga dengan aktivitas industri yang jadi konsumen timah. Akibatnya permintaan timah diramal akan lesu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum) Next Article Melesat! Harga Timah 'Terbang' 3% Lebih