Kabar Buruk dari AS Bawa Harga Nikel Terperosok Nyaris 1%
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia melemah hampir 1% pada perdagangan hari ini setelah laporan inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih panas dari perkiraan berpotensi membuat permintaan menyusut.
Pada Rabu (14/9/2022) pukul 14.45 WIB harga nikel dunia tercatat US$24.0606 per ton, turun 0,91% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Data yang dirilis Selasa malam menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS secara tak terduga naik pada Agustus.
Laporan indeks harga konsumen (CPI) Agustus menunjukkan angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan. Laju inflasi tahunan sebesar 8,3% year-on-year/yoy, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,1% yoy.
Sementara secara bulanan naik 0,1% month-to-month/mtm meskipun terjadi penurunan harga gas. Inflasi inti sendiri naik 0,6% mtm. Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus, di mana terjadi penurunan 0,1% untuk inflasi umum dan kenaikan 0,3% untuk inflasi inti.
Kenaikan inflasi mendorong mata uang dolar mendekati rekor tertinggi dalam 20 tahun. Dollar index (yang mengukur Greenback dengan enam mata uang utama) tercatat 109,728, sementara rekor berada di 110,214.
Dolar yang menguat membuat nikel menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Permintaan turun, harga pun mengikuti.
Laporan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed, bank sentral Amerika, akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September.
Laporan inflasi pada Agustus yang tinggi dapat membuat The Fed melanjutkan kenaikan secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.
Kenaikan suku bunga dan inflasi yang masih tinggi membuat para pelaku pasar cemas akan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap permintaan logam industri, termasuk nikel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)